Laporan Wartawan Tribun Jambi, Mareza Sutan A J
TRIBUNJAMBI.COM, BUNGO - Sepanjang tahun 2018, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bungo mencatat ada 117 kasus demam berdarah dengue (DBD).
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Bungo, M Rosyid mengatakan, kasus terbanyak terjadi pada Desember sebanyak 26 kasus.
"Yang paling banyak terjadi pada Desember, ada 26 kasus. Kemudian Agustus 25 kasus, September 23 kasus, dan November 17 kasus," terangnya, saat dijumpai di Dinkes Bungo, Senin (4/2/2019).
Baca: Siapa yang Bermental Juara, Liverpool atau Manchester City? Ini Kata Pep Guardiola dan Kevin Bruyne
Baca: Dua Tim Liga Inggris yang Menanggung Beban Terberat Musim Ini: Liverpool dan Manchester City
Baca: Bukan Orang Biasa! Sosok Danpaspampres Jokowi Pernah Bercokol di Satuan Elit Kopassus, Ini Sosoknya
Adapun rinciannya, Januari 5 kasus, Februari 0 kasus, Maret 1 kasus, April 2 kasus, Mei 0 kasus, Juni 4 kasus, Juli 4 kasus, Agustus 25 kasus, September 23 kasus, Oktober 8 kasus, November 17 kasus, dan Desember 26 kasus.
Dia melanjutkan, kasus tersebut paling banyak terjadi di kecamatan Kuamang Kuning I dengan 34 kasus, diikuti Kuamang Jaya 30 kasus, dan Rimbo Tengah 20 kasus.
"Selain itu, juga terjadi di Batin III sebanyak 13 kasus, Muara Bungo I 3 kasus, Bungo Dani 7 kasus, Batin III Babeko 3 kasus, Rantau Keloyang 2 kasus, Tanah Sepenggal 2 kasus, Batin II Pelayang 2 kasus, dan Limbur Lubuk Mengkuang 1 kasus," paparnya.
Baca: Haji Umar Keluarkan Jurus Pukul ke Master Karate Jepang Hingga K.O, Prajurit Kopassus Terperangah
Baca: Soal Propaganda Rusia, Duta Besar Rusia Beri Klarfikasi di Twitter : Kami Tak Ikut Campur
Baca: RUU Permusikan, Penjelasan Kenapa Ditolak dan Kontroversi Pasal 5, Dianggap Membatasai Ekspresi
Disebutkannya, ada 10 Puskesmas yang tidak menangani kasus DBD sepanjang 2018. Dari jumlah tersebut, berdasarkan data yang dimiliki Dinkes, tidak ada penderita yang meninggal dunia.
Menurutnya, perubahan cuaca menjadi faktor yang paling memengaruhi perkembangan penyakit tersebut. Hal itu, kata dia, terlihat dari bulan yang mengalami perubahan cuaca pada tahun lalu.
Namun, dia juga tidak menampik faktor kebiasaan masyarakat.
"Kebiasaan yang terjadi di masyarakat, adalah membiarkan air tergenang. Padahal, itulah yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk," sebutnya.
Dalam penanganan kasus itu, jelas Rosyid, pihaknya melakukan diagnosa kepada penderita. Jika penderita perlu rawat inap, maka akan dilakukan.
Selain itu, jika menurutnya jentik nyamuk di sekitar daerah terjangkit DBD sudah melebihi 5 persen, maka mereka melakukan fogging.
"Kita juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan oleh bagian Promosi Kesehatan (Prokes). Jadi, selain upaya penanganan, kita juga lakukan upaya pencegahan," ujarnya.
Saat disinggung mengeni data penderita DBD per Januari 2019, dia mengaku belum menerima rekap data tersebut. Namun dia mengklaim, sejauh ini pihak Dinkes masih bisa melakukan penanganan terhadap kasus tersebut.(*)