TRIBUNJAMBI.COM - Di Era pemerintahan Presiden Soeharto. Para pengguna tato mendadak segan dan takut untuk keluar rumah.
Pasalnya, kala itu dilakukan operasi petrus alias penembak misterius, banyak kalangan yang berbondong-bondong menghapus tato atau rajah yang menandai tubuh mereka.
Rajah alias tato yang menandai tubuh sejumlah warga ingin buru-buru dihapus dengan berbagai cara.
Ada cara menghapus dengan tindakan kedokteran, tapi ada juga yang menggunakan cara apa pun karena keterbatasan biasa untuk menghapus tato.
Baca Juga:
Besok Bebas! Basuki Tjahaja Purnama Tak Mau Lagi Dipanggil Ahok, Ini 10 Fakta Jelang Kebebasannya
Resmi Cerai dari Gading Marten, Ekspresi Gisel Ceria Saat Datang, Namun Sedih saat Dengar Putusan
7 Reasons Why Temerloh, Malaysia is Perfect for Your Next Weekend Getaway
Live Streaming Indonesia Masters 2019 Rabu (23/1) - Marcus/Kevin, Greysia/Apriyani dan Owi/Butet
Yang terparah, upaya menghilangkan tato dengan menggunakan setrika panas, yang kala itu terjadi, setrika dengan hiasan ayam jago, yang menggunakan arang.
Fenomena ini memang menjadi kegiatan yang marak, banyak anggota tubuh sejumlah warga menjadi cacat karena tindakan yang dianggap kurang tepat tersebut.
Menggunakan tato memang banyak dilakukan kalangan bandit karena mereka meniru legenda Yakuza di Jepang atau Triad di China yang merajah tubuh mereka pakai tato.
Masalahnya, tidak semua orang yang bertato adalah penjahat atau gali, mereka menggunakan tato untuk menghiasi tubuh mereka.
Sebagian gali memang berupaya keras menghapus tanda di tubuh mereka tersebut agar mereka tidak dijadikan sebagai sasaran untuk diringkus oleh para petrus.
Soalnya, kalau sampai ditangkap, mereka akan hilang.
Ada banyak bandit yang tidak bertato, tapi biasanya para korban petrus, tubuh mereka bertato.
Mungkin, fenomena yang pernah melegenda di era Orde Baru itu sudah terlupakan seiring tumbuhnya sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) dan sejumlah lembaga internasional seperti Amnesty Internasional.
Namun, kekejaman para bandit yang juga meningkat dengan jumlah kejahatan yang juga tinggi menjelaskan bagaimana tindakan petrus bisa menekan angka kejahatan yang sangat tinggi.
Kualitas kejahatan juga meningkat seiring hilangnya upaya penindakan tegas yang dilaksanakan tersebut.
Perampokan disertai pembunuhan, bahkan korbannya di antaranya ibu hamil, belum lama ini terjadi.