Pesan Orangtua Dijadikan Pemicu, Obin Anak Petani Sumut Raih Master di AS dan Ketemu Obama

Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Barack Obama dan keluarga Robinson Sinurat. Kisah Robinson Sinurat, Anak Petani yang Sukses Raih Gelar Master di Amerika Robinson Sinurat ke Amerika Serikat Hingga Pernah Bertemu Barack Obama

“Kalo kamu enggak masuk negeri kuliahnya, kita enggak sanggup biayain. Jadi kamu harus masuk negeri. Kalau enggak ya belajar lagi setahun lagi,” kenangnya.

Robin pun berusaha giat belajar hingga akhirnya dapat diterima kuliah di Universitas Sriwijaya, Palembang, jurusan Fisika, yang tak begitu ia inginkan.

“Menurut aku pribadi bukan masalah apa pun jurusannya, tapi pola pikirnya, mindset kita itu gimana ketika kita kuliah, jauh dari orang tua juga."

"Jadi OK ambil ajalah, yang pasti masuk perguruan tinggi negeri, orang tua sanggup membayar,” terangnya.

Awal menjajaki dunia kampus, pria kelahiran tahun 1990 tersebut bahkan harus meminjam uang Rp 3 juta pada teman dekatnya untuk membayar biaya pendaftaran yang sebesar Rp 2,4 juta serta untuk tiket bis dari Bandung ke Palembang.

Saat pertama kali tiba di Palembang, Obin terpaksa tinggal bersama penjaga kos karena tak memiliki cukup uang untuk menyewa kosan.

“Kalau memang kamu mau, kamu tinggal sama saya aja, tapi ya namanya juga kamar penjaga kos-an ya, enggak ada apa-apa, dan sempit."

"Nanti kamu bayarnya terserah aja berapa dan kapan. Kalau kamu ada uang aja dibayar, tapi kalau uang listrik bayarlah ya, maksudnya paling cuman 10 apa 20 puluh ribu per bulan gitu,” ucap pria berkacamata tersebut.

Baca: PM Israel Pucat Melihat Aksi Paspampres Indonesia Kawal Soeharto, Todong Pistol ke Perut Mossad

Selama kuliah, Obin harus berhemat. Ia bahkan hanya makan satu kali sehari di kantin kampus seharga Rp 6-7 ribu pada sore hari agar bisa mengganjal lapar hingga esok hari.

Ia bahkan menyimpan biskuit kelapa di kamarnya dan dimakannya 1-3 keping saat lapar melanda di tengah malam.

Meski hidup dengan penuh keprihatinan, Obin tidak pernah sekalipun mengeluh dan menceritakannya pada orang tuanya.

“Aku enggak pernah kasih tahu (orang tua), kalau aku itu nggak makan."

"Tapi kalau yang bahagia-bahagianya aku kasih tahu."

"Karena kalau menurut aku, kalaupun aku kasih tahu aku susah segala macam, toh memang kalo mereka enggak ada (biaya) ya mau gimana, kan?” lanjutnya.

Ia bahkan pernah mnjadi pengajar Fisika di Bimbingan Belajar di Pusat Kota Palembang yang berjarak 1 jam dari kampusnya.

Halaman
123

Berita Terkini