Bergaya Mahasiswa KKN, Pasukan Intelijen Kopassus di Tim-Tim ini Dijuluki 'The Blue Jean Soldiers'

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Personel The Blue Jeans Soldiers ketika menyamar

Perjuangan pasukan bersenjata Indonesia dalam mempertahankan NKRI di wilayah Timor Timur pernah mempunyai cerita unik

TRIBUNJAMBI.COM - Timor Timur atau sekarang bernama Timor Leste pernah menjadi bagian dari NKRI.

Namun rakyat Timor Timur akhirnya melakukan referendum dan memilih lepas dari pangkuan ibu pertiwi.

Banyak kisah patriotik Tentara Nasional Indonesia saat Timor Timur masih menjadi bagian dari Indonesia.

Baca Juga:

Ucapan Intelijen Andalan Kopassus ini Bikin Gentar Sniper Inggris yang Dulu Pernah Akan Menembaknya

Kisah Pilot TNI AU yang Ngamuk ke Para Jenderal yang Makan Enak, Sedangkan Prajuritnya Makan Tempe

Melihat Peruntungan Capres Lewat Shio Babi Tanah di Tahun 2019, Apakah Jokowi atau Prabowo Tahun ini

Tiga Kali Gempa Ikut Awali 2019, Ini Info BMKG-nya

Diduga Tak Ikut Tes SKB Namun Dinyatakan Lolos, Peserta Tes CPNS di Batanghari Protes

Cerita bagaimana tentara Indonesia berusaha menangkal pergerakan gangguan keamanan di wilayah tersebut.

Selain pertempuran juga upaya spionase dengan cara memasukkan intelejen ke wilayah tersebut.

Kekuatan militer di suatu negara jika akan melancarkan operasi tempur ke salah satu target umumnya terlebih dahulu mengirim pasukan intelijen.

Personel The Blue Jeans Soldiers ketika menyamar 

Tujuan pasukan intelijen yang masuk ke daerah musuh secara diam-diam itu adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai kekuatan tempur lawan.

Target lainnya yang diintai adalah wilayah yang akan menjadi operasi pendaratan pasukan baik dari laut maupun udara, dan berusaha membangun kontak dengan kelompok-kelompok perlawanan setempat.

Dikutip Tribunjambi.com dari Intisari, ketika militer Indonesia (ABRI) berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) demi mendukung rakyat yang mau berintegrasi dengan RI.

Langkah awal yang ditempuh adalah melancarkan operasi intelijen terlebih dahulu.

Baca Juga:

Dua Anggota Polri Tewas saat Baku Tembak dengan Sipil Bersenjata di Sulteng, Begini Kronologinya

Setelah Viral Video Adik Almarhum Olga Jadi Tukang Parkir, Ternyata Begini Perlakuan Billy Syahputra

Ramalan Shio Babi Tanah Tahun 2019, Apakah Shio Milikmu Termasuk yang Beruntung atau Tidak Tahun ini

Informasi Harimau Sumatera Melintas di Jalan Kumpeh Hoax

Angin Puting Beliung Hantam Kumpeh Ilir, 8 Rumah Rusak, Ada yang Roboh

Demi melancarkan operasi intelijen itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas (safe house) di Motaain, Belu, NTT yang berfungsi untuk membentuk jaringan dengan kelompok-kelompok pro integrasi yang ada di Tim-Tim.

Petinggi Bakin yang mengendalikan operasi intelijen di Motaain adalah Ketua G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.

Sebagai tokoh intelijen yang dikenal agresif, meskipun belum ada kepastian kapan operasi militer terbuka oleh ABRI dilaksanakan, Mayjen Benny diam-diam telah menyusupkan personel intelijennya.

Para personel intelijen yang akan bertugas secara sangat rahasia itu dipimpin oleh Kolonel Inf Dading Kalbuadi yang juga komandan pasukan elite, Grup-2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda ).

Ilustrasi Kopassus (Capture/Film Merah Putih Memanggil)
Halaman
12

Berita Terkini