Hantaman gelombang tsunami membuat dirinya terpisah dengan kedua anaknya.
Pada saat kejadian, Sulis dalam kondisi tengah hamil 6 bulan.
Tubuhnya sempat terendam air laut dan tergulung gelombang bersama dengan puing-puing bangunan lainnya.
Sulis pun mengungkap jika dirinya sempat berusaha menyelamatkan diri.
Namun apa daya, karena kondisi yang licin dan dalam keadaan panik, tubuh Sulis pun jatuh dan terendam luapan air laut.
Sulis yang terendam air laut pun merasa hidupnya akan segera berakhir.
Namun, Tuhan masih berkata lain terhadapa takdir hidupnya.
Saat merasa hidupnya sudah di ambang batas, Sulis merasakan sebuah tangan menarik tubuhnya ke permukaan air.
"Waktu hendak menyelamatkan diri saya sempat jatuh. Suami saya menyelamatkan anak. Saya terendam luapan air.
Saat itu, saya merasa hidup saya akan berakhir, sampai ada tetangga yang menarik tangan saya," tuturnya.
Tidak ingin kesempatan hidupnya ia sia-siakan untuk kedua kalinya, Sulis bersama suami dan anak-anaknya segera mengikuti arus warga yang menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi.
Sulis dan keluarganya menyelamatkan diri dengan berlari ke kaki gunung Rajabasa.
Menurut penuturan Sulis, malam itu keadaan sangat mencekam.
Aliran listrik dari PLN mati sehingga ia bersama dengan warga yang lain kalang kabut menyelamatkan diri dalam kegelapan.
Sulis dan keluarga kembali ketika air telah surut dan kondisi pesisir benar-benar aman.