TRIBUNJAMBI.COM - Kemampuan prajurit Kopassus bukan hanya kemampuan fisik. Perlu kecerdasan tinggi, yang diasah sejak latihan hingga bisa sukses menjalankan misi-misi terbilang mustahil.
Lantaran kemampuan fisik dan kecerdasdan itu, Komando Pasukan Khusus atau Kopassus diakui sebagai pasukan elite bangsa Indonesia. Di luar negeri, Kopassus juga mendapat pengakuan sebagai pasukan elite berkemampuan tinggi.
Satu di antara misi yang gemilang, saat operasi anggota Kopassus menjadi pasukan perdamaian PBB.
Kisah ini terjadi pada 1962, saat Kopassus yang masih bernama RPKAD, diminta PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo.
Kala itu, Kongo tengah dilanda badai mencekam akibat adanya kumpulan pemberontak.
Akhirnya, Indonesia pun mengirimkan tim terbaik yang dikenal sebagai pasukan Garuda III.
Baca: Kelompok Bersenjata yang Ditakuti Ini Terbirit-birit Diserbu 13 Pasukan Kopassus, Ini Kisahnya
Baca: Benny Siapkan 17 Peti Mati, Kopassus Lakukan Misi Pembebasan Sandera di Thailand
Baca: Denjaka Kejar Perompak Somalia Sampai ke Pantai, Aksi Pasukan Elite Seperti di Film Captain Phillips
Letjen Kemal Idris saat itu memimpin pasukan Garuda III. Mereka bermarkas di kawasan Albertville.
Membumi dengan warga setempat
Selama bertugas di sana, pasukan Garuda III mudah beradaptasi dengan warga setempat.
Para anggota Kopassus kerap berinteraksi, hingga mengajarkan cara memasak makanan Indonesia. Tak heran, warga kerap menaruh kepercayaan tinggi.
Alhasil, pergaulan hangat yang dijalin pasukan Garuda III, membuat warga turut bersimpati atas program yang dilancarkan untuk mengamankan daerah tersebut dari pemberontak.
Hal itu membuat warga tanpa pamrih memberikan bocoran, terkait akan adanya serangan dari gerombolan pemberontak.
Serangan pemberontak
Memang benar, suatu waktu markas pasukan Garuda III diserang pemberontak.
Pemberontak merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.