Sempat sepi di masa reformasi
Sukirno mengisahkan bahwa saat era reformasi, Astana Giribangun sempat sepi pengunjung.
"Bu Tien meninggal 1996, sejak itu Giribangun ramai pengunjung. Bahkan sampai 12.000 orang tiap harinya", papar Sukirno.
"Tahun 1998, masa reformasi, sepi pengunjung. Bahkan kita menutup kompleks makam selama satu bulan sebagai tindakan preventif."
Menurut Sukirno, saat ini rata-rata jumlah pengunjung sebanyak 300 orang setiap hari. Namun saat hari libur umum, jumlah pengunjung dapat mencapai 3.000 orang.
"Jika dilihat dari Sabang sampai Merauke, sekitar 35 persennya dari Jawa Timur," terangnya.
Lonjakan pengunjung ini diiringi dengan meningkatnya penjualan suvenir.
Satu souvenir yang paing laris adalah kaos bergambar Soeharto yang bertuliskan 'Piye Kabare Bro, Isih Penak Jamanku To' (Apa kabarnya Bro, lebih enak zamanku kan?)
"Kalau banyak peziarah pasti yang beli souvenirnya juga banyak," kata Sukirno.
"Ambil positifnya saja"
Bagi para peziarah, mengunjungi makam Soeharto adalah bentuk penghormatan kepada mantan penguasa Orde Baru itu.
Jazim Aziz sampai meluangkan waktu dari Yogyakarta untuk memperingati haul Soeharto.
"Pak Harto sebagai Bapak Pembangunan bisa membawa spirit bagi kami ini untuk melanjutkan perjuangan beliau. Kami berdoa untuk beliau agar amal baiknya diterima, dosanya diampuni," kata Jazim.
Ditanyakan mengenai "dosa" pelanggaran HAM dan korupsi besar-besaran di pemerintahan Soeharto, Jazim hanya menanggapi bahwa baginya, Soeharto adalah pahlawan.
"Satu hal yang wajar jika orang memiliki sisi negatif dan positif. Tapi bagi kami Pak Harto tetap memiliki kelebihan," jawab Jazim.