Kisah dan Kepercayaan Mistik yang Dialami Pasukan TNI Saat Bertugas

Editor: Suci Rahayu PK
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prajurit TNI

TRIBUNJAMBI.COM - Dalam perjalanan sejarahnya kepercayaan pada dunia mistik masih banyak mempengaruhi aktivitas kegiatan prajurit TNI baik dalam kondisi perang maupun non perang.

Dalam misi tempur di Timor-Timur (Timor Leste, 1975) para prajurit dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sedang bertempur melawan mantan bekas pasukan khusus Portugis (Tropas) dilarang mengambil barang milik musuh yang sudah gugur.

Baca: Empat Hari Tersesat di Hutan Perbatasan, 4 Anggota TNI Ini Diselamatkan Sungai Kecil

Tapi senjata yang ditinggalkan musuh tetap diambil dan diamankan agar tidak jatuh ke tangan musuh lagi.

Ada anggapan, jika nekat mengambil barang-barang milik musuh konon prajurit bersangkutan kemungkinan tertembak juga tinggi.

Sebenarnya prinsip mengambil barang milik musuh yang sudah tak berdaya ini juga terjadi di era Perang Kemerdekaan RI (1948).

Namun karena di zaman itu para pasukan RI masih banyak mengalami kekurangan, barang-barang milik musuh pun, seperti baju, celana, dan sepatu, terpaksa diambil.

SENJATA TNI (Istimewa) ()

Meskipun ketika dipakai oleh para gerilyawan RI malah tampak lucu dan kedodoran.

Di zaman merdeka seperti sekarang ini kepercayaan mistik yang beredar kalangan prajurit TNI tetap ada.

Misalnya setiap pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) baru selalu dilakukan acara memecah kendi berisi air dan bunga tujuh rupa.

Baca: Kisah Mistis Anggota Kopassus 18 Hari Tersesat di Hutan Rimba Papua, Diikuti Tiga Sosok Tak Terlihat

Tujuannya agar semua alutsista yang dioperasikan selalu dalam kondisi “aman dan selamat”.

Di Pangkalan Udara (Lanud) Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, yang merupakan sarangnya skadron-skadron jet tempur TNI AU, setiap tahun juga diadakan upacara ritual tertentu agar semua operasional lanud Iswahyudi berjalan lancar dan aman.

Menurut Marsda TNI Joko Poerwoko yang pernah menjabat Lanud Iswayudi (2002), Lanud pernah mengalami musibah dua jet tempur jatuh sekaligus karena bersenggolan di udara.

Tak lama kemudian setelah musibah dua jet tempur jatuh itu datang “orang pintar”.

Dia memberi tahu jika musibah jatuhnya kedua jet tempur itu dikarenakan Lanud Iswahyudi belum mengadakan ritual slametan.

Demi mencegah musibah terulang meskipun secara rasional sulit dipercaya, acara slametan itu tiap tahun tetap dilaksanakan.

Halaman
12

Berita Terkini