Kopassus Beri Kejutan Timah Panas Saat Pembajak Ceramahi Sandera dengan Menjelekkan Soeharto

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pasukan Kopassus & operasi pembebasan sandera di pesawat

TRIBUNJAMBI.COM - Pasukan Elite TNI Kopassus kali ini membahas soal peombebasan sandera di thailand oleh teroris.

Berbagai operasi yang kebanyakan dilakukan secara diam-diam ketika dibuka membuat publik tercengang sekaligus bangga.

Seperti Operasi Pembebasan Pesawat Woyla yang dibajak kelompok teroris yang menamakan diri sebagai Komando Jihad pada 37 tahun yang lalu di Thailand.

Mengingat pesawat tersebut merupakan milik maskapai penerbangan Republik Indonesia yakni Garuda Indonesia Airlines (GIA), TNI dalam hal ini Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pun diturunkan melakukan upaya pembebasan.

Baca: Begini Suasana yang Diduga Tempat Dugem Rutan Salemba, Masuk Gratis, Sabu Bayar

Awal mula peristiwa pembajakan itu pada Sabtu, 28 Maret 1981.

Pesawat yang membawa 48 penumpang tersebut berangkat dari Jakarta dengan tujuan Medan.

Sekitar pukul 09.00, pesawat transit di Palembang.

Melansir dari Kompas.com yang mengutip Harian Kompas yang terbit 1 April 1981, pesawat lepas landas setelah menunggu lima menit.

Kopassus selamatkan pesawat yang dibajak teroris ()

Semula tak ada hal yang ganjil, semua penumpang duduk pada tempatnya masing-masing.

Ketika pramugari tengah membagikan makanan, beberapa penumpang bangun, berlari ke bagian depan kabin.

"Jangan bergerak! Jangan bergerak! siapa yang bergerak akan saya tembak!"

Pembajak meminta pesawat Woyla diterbangkan ke Sri Lanka.

Baca: Anthony Ginting Melaju ke Babak Perempat Final Japan Open 2018, Hanya Butuh 47 Menit

Baca: Akhirnya Mahasiswa Pendemo Diizinkan Masuk Gedung DPRD Provinsi Jambi

Namun, pilot Herman Rante menolak dengan alasan bahan bakar tak akan cukup bila harus melintasi bagian utara Samudera Hindia.

Maka pesawat Woyla dibelokkan rutenya menuju Penang, Malaysia dan kemudian diarahkan ke Bangkok, Thailand.

Imran bin Muhammad Zein, pemimpin kelompok pembajak pesawat itu, meminta pemerintah Indonesia membebaskan 80 rekan mereka yang kala itu mendekam di penjara.

Rekan mereka dipenjara karena terlibat peristiwa penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki, Cicendo, Bandung, 17 hari sebelum insiden Woyla.

Aksi Kopassus saat membebaskan sandera dari Pesawat Woyla yang dibajak teroris (kompas.com)

Disebut juga, pembajak meminta uang tunai sebesar 1,5 juta dolar AS.

Mereka mengancam akan meledakkan pesawat bila tuntutan tersebut tak dikabulkan.

Berhari-hari disandera membuat para penumpang merasa takut dan lelah.

Kala itu, korban sendera dicekoki ceramah yang isinya menjelekkan pemerintahan Soeharto.

Para korban sandera tak boleh berkomentar mengenai ceramah tersebut.

Tangan penumpang harus diangkat ke atas dan kedua telapak tangan harus di bagian atas sandaran kursi.

Penumpang baru boleh menurunkan tangannya setelah Woyla tiba di Bangkok, Thailand.

Pesawat tersebut mendarat di Bandara Don Mueng, Bangkok, Sabtu sekitar pukul 17.00.

Penderitaan yang dialami oleh penumpang pesawat belum berakhir.

Bahkan, penderitaan yang dialami mereka semakin menjadi-jadi.

Baca: Anthony Ginting Melaju ke Babak Perempat Final Japan Open 2018, Hanya Butuh 47 Menit

Mereka hanya diberi selembar roti tawar dan air putih.

Para korban sandera itu terus diawasi secara ketat.

Saat menggunakan toilet, mereka tak boleh menutup pintu.

Perlakuan tersebut berlaku juga bagi sandera perempuan.

Bahan bakar pesawat yang kian menipis semakin menambah penderitaan sandera.

Pendingin udara tak aktif karena mesin pesawat dimatikan.

Banyak penumpang yang lemas karena kekurangan oksigen.

Pasukan Kopassus ()

Pemerintah Thailand memberikan izin kepada pasukan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Koppasandha, sekarang dikenal Kopassus) untuk melakukan tindakan.

Pada 1 April 1981, operasi penyelamatan berlangsung singkat namun di balik itu semua persiapan yang dilakukan sudah jauh-jauh hari sebelumnya.

Suasana di sekitar pesawat sepi.

Jenderal Yoga Sugama mengelabui pembajak dengan berpura-pura mengabulkan semua tuntutan mereka pada hari ketiga.

Negosiasi ini hanya siasat mengulur waktu hingga tim antiteror melancarkan aksinya.

Pembajak menari-nari di dalam pesawat setelah dikelabui.

Pergerakan terlihat sekitar pukul 02.30, sekitar 400 meter dari pesawat.

Baca: Begini Suasana yang Diduga Tempat Dugem Rutan Salemba, Masuk Gratis, Sabu Bayar

Pasukan bergerak dalam formasi dua baris. Mereka bergerak mengendap dan membawa tiga tangga.

Tangga tersebut dikaitkan pesawat. Dua tangga ada pada masing-masing sayap, satu tangga di bagian belakang.

Dalam sekejap pasukan elite itu masuk ke dalam pesawat.

Mereka masuk dari pintu darurat dan bagian bawah pantat pesawat.

Terdengar suara baku tembak dalam waktu dua detik.

"Komando itu berteriak 'Semua penumpang tiarap'. Dan berjatuhanlah sosok-sosok tubuh yang berusaha untuk tiarap," ujar Henk Siesen, warga negara Belanda yang menjadi sandera.

Kemudian terdengar suara tembakan dari dalam kabin pesawat.

Badan pesawat berlubang akibat tembakan peluru.

Satu per satu sandera yang tiarap diselamatkan melalui pintu depan.

Ada satu pembajak yang ikut tiarap di antara kerumunan sandera.

Ia membawa granat, bahkan granat tersebut sempat dilempar setelah pinnya ditarik.

Baca: Begini Suasana yang Diduga Tempat Dugem Rutan Salemba, Masuk Gratis, Sabu Bayar

Namun, granat tersebut tidak meledak dan pembajak itu bisa diamankan pasukan.

Ia ditembak mati setelah berusaha kabur dari pintu depan.

Seorang pembajak bernama Fahrizal melepaskan tembakan, setelah terdesak ia melakukan bunuh diri dengan menembak keningnya.

Dua pembajak lain yang berusaha kabur ditembak mati.

Operasi penyelamatan penyanderaan 65 jam itu berlangsung tiga menit.

Dua orang menjadi korban. Pilot Herman Rante tewas dalam operasi pembebasan Woyla.

Anggota Koppasandha Achmad Kirang juga gugur dalam operasi tersebut.

Pemimpin pembajak ditangkap dan dihukum mati pada 28 Maret 1983.

Operasi pembebasan Woyla yang berhasil dilakukan oleh Koppasandha menjadi sorotan dunia.

Reputasinya diakui dan kini pasukan yang dikenal dengan nama Kopassus itu dicap sebagai satuan elite top dunia. (*)

Berita Terkini