4 Taktik Soeharto Mengakhiri G 30S PKI, Dilakukan Tenang Tegas dan Bertahap

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto saat peristiwa G 30S PKI. (pijardaritimur)

Pak Prapto pun tidak menaruh kecurigaan, karena yang menjemput beliau adalah anggota Cakrabirawa, pengawal resmi Presiden.

Tetapi begitu beliau membuka pintu, beliau diringkus dan dengan paksa dibawa naik truk menuju ke Lubang Buaya.

Juga Pak Prapto tidak diberi kesempatan berpakaian sehingga beliau menjelang akhir hidup dengan hanya mengenakan baju kaus dan sarung.

Pejabat Angkatan Darat berikutnya yang didatangi gerombolan “G-30-S" adalah Jenderal Haryono MT, Deputi III Men/Pangad.

Juga di rumah beliau tidak ada pengawal, sehingga para durjana itu dengan mudah dapat memasuki rumah setelah mengajukan dalih yang sama: “dipanggil Presiden".

Pak Haryono, meskipun yang datang adalah anggota-anggota Cakrabirawa, ada menaruh kecurigaan.

Memang beliau sudah menerima informasi bahwa ada kemungkinan akan dilakukan pembunuhan politik oleh PKI dan pendukung-pendukungnya terhadap perwira-perwira TNI yang Pancasilais sejati.

Tetapi beliau belum juga mau percaya, karena menurut beliau cara-cara mengeliminir lawan politik dengan pembunuhan, tidak masuk akal di Indonesia.

Tapi kini kecurigaan beliau timbul. Beliau menolak untuk pergi. Maka seketika itu juga anggota-anggota gerombolan itu membuka kedoknya dan menembaki pintu kamar yang terkunci sehingga dapat masuk.

Di sana mereka menembak mati Pak Haryono yang tidak bersenjata. Jenazah beliau diseret keluar sehingga darah berceceran di sepanjang jalan menuju ke kendaraan.

Seorang anak beliau yang hendak mengejar ayahnya, dipopor sehingga terjatuh di tanah. Ketika ia dapat bangkit, gerombolan itu telah berangkat lagi.

Korban yang berikut menurut urut-urutan jabatan di Angkatan Darat, adalah Jenderal S. Parman, Asisten I Men/Pangad.

Juga beliau mula-mula tidak menaruh kecurigaan, karena beliau memang sering dipanggil ke istana pada waktu-waktu yang luar biasa.

Benar, bahwa beliau pun tahu adanya kemungkinan akan diadakannya percobaan pembunuhan oleh PKI dan pendukung-pendukungnya terhadap tokoh-tokoh Pancasilais-Saptamargais sejati, tetapi menurut beliau timing-nya masih belum tiba.

Beliau baru sadar akan kemungkinan itu ketika melihat telepon beliau dicabut dan diangkut. Tetapi ketika itu sudah terlambat; beliau sudah dikepung dan dibawa ke kendaraan.

Halaman
1234

Berita Terkini