Sejarah Indonesia

Saat Pendekar dengan Ilmu Gaib Bekingi Kopassus di Misi Pembebasan Sandera di Desa Mapenduma

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Kopassus dan Jawara Banten

TRIBUNJAMBI.COM - Perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalani beberapa operasi, terkadang mendapat bantuan rakyat sipil.

Maka, semboyan 'Bersama Rakyat TNI Kuat', itu pesan yang tepat untuk menjaga dan mengamankan NKRI.

TribunJambi.com mengutip dari penulis bernama Ian Douglas Wilson, yang merupakan pengajar di Murdoch University, yang menulis tentang pasukan khusus itu.

Kala itu, sebuah operasi yang dilakukan di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Misi penyelamatan sandera dilakukan TNI baret hijau dan pasukan khususnya yang berbaret merah, yaitu Kopassus.

Siapa sangka, di antara sepasukan berbaret hijau dan pasukan khusus berbaret merah itu, terdapat tiga orang sipil menjadi ujung tombak operasi pembebasan sandera di Desa Mapenduma.

Mereka, H Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly merupakan jawara asal Banten.

Ilustrasi: Kopassus dan Jawara Banten (Kolase/Ist)

Baca: 7 Jenderal Diculik, Jadi di Manakah Soeharto saat Malam Mencekam G 30S PKI

Baca: Daud Divonis Satu Tahun, Wajdi: Keputusan Tadi Cukup Adil

Baca: Hasil Akhir Capaian Medali Asian Games 2018, Selain Indonesia 4 Negara Ini Juga Pecahkan Rekor

Ketiga jawara pemilik ilmu adikodrati tersebut, dianggap berguna untuk menghalau serangan ilmu hitam pihak musuh.

“Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal illmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera,” ungkap Sayid Ubaydillah, seturut dikutip Kompas, 9 November 1998.

TNI, termasuk Kopassus, kala itu memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma. Itu lantaran tak memiliki peta daerah.

Kopassus

Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat operasi pembebasan sandera penuh bahaya, karena memiliki ilmu kanuragan.

Jawara itu dapat melihat, mengendus dan meraba bahaya tanpa pancaindera sanggup melakukannya.

Pencak silat

Saat Operasi Timor-Timur pada 1988-1989, Douglas Wilson mengatakan Kopassus telah aktif memperkenalkan SMI kepada para pemuda lokal.

Seorang instruktur senior SMI bercerita pernah ada pelatihan anggota SMI di Timor-Timur.

Pada 1993, ujar Douglas Wilson, instruktur-instruktur SMI telah melatih para anggota Grup III Kopassus di Batujajar, Bandung.

Baca: Hal Aneh Bila Kamu Lakukan Pencarian Bendera Malaysia di Google di Ponsel

Baca: Daebak! Halaman Satu Tribun Jambi Diunggah Super Junior di Instagram

Lantas dua tahun melatih Korps Marinir, Korps Brigade Mobil (Brimob), Paskhas AU dan Batalyon 321, 315, 328, dan 330 Kostrad.

Pencak silat merupakan antara sipil dan kehidupan militer.

“Pendidikan Pencak Silat dapat menjadi aspek penting memperkenalkan pertahanan negara Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Melalui Pencak Silat, kita dapat membuat masyarakat bersiap menjadi pertahanan negara dan Sishankamrata,” ungkapnya.

Ide tersebut, kolaborasi grup Silat dan militer, kemudian diterapkan saat operasi pembebasan sandera Mapenduma, Papua.

Tiga pendekar atau jawara asal Banten ikut pada operasi.

“Prabowo beranggapan memperkuat antara grup Pencak Silat dan militer sangat penting untuk pertahanan negara,” tulis Douglas Wilson.

Baca: Pengibaran Bendera China saat Penutupan Asian Games, Duh! Masih Ada Gagal Paham

Baca: Kenapa Disebut Bulan Muharram? Ini Keutamaan dan Doa Untuk Menyambut 1 Muharram 1440 H

Banten merupakan tanah bagi seluruh pendekar silat. Tak heran bila sejarah sosial di Banten sering berisi kisah tentang para jawara dan para jago silat dari pelbagai aliran serta paguron atau perguruan.

Di seantero Banten, tak kurang 50 perguruan silat tersebar, antara lain Gagak Lumayung, Pacar Putih, dan Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH).

Ilustrasi (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Meski dasar pencak sama, masing-masing kelompok telah mengembangkan kekhasan teknik silatnya.

Di Banten, anggota SMI mencapai 9000, banyak di antaranya juga merupakan anggota Persatuan Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPSBBI) Chasan Sochib.(*)

Tulisan ini bersumber dari buku berjudul The Politics of Inner Power: The Pratice of Pencak Silat in West Java.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Berita Terkini