Pengawal Khusus Beberkan Keseharian Soeharto Saat Tak Lagi Jadi Presiden, Kaget di Luar Dugaan

Editor: bandot
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto

Ia pun memutar otak, mencari cara agar Soeharto tetap dikawal, tetapi tanpa terlihat.

Akhirnya, Maliki meminta polisi mengawal di belakang saja, bukan di depan untuk membuka jalan.

Jika jalanan macet, barulah petugas pengawal maju ke depan.

Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966. | kompas.com ()

"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," kata Maliki.

Hari berikutnya, ide baru melintas di benak Maliki.

Ia meminta pihak kepolisian agar tidak lagi mengawal mobil Soeharto.

Sebagai gantinya, ia akan berkoordinasi dengan petugas lewat radio.

Jadi, setiap kali mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala.

Kalau lampunya merah, harus berubah menjadi hijau.

Akhirnya, hari itu, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi.

Baca: Buat Ibu Tien Cemburu, Begini Peristiwa Pertemuan Soeharto dan Dewi Soekarno Hingga Salah Penafsiran

Setiap kali melewati lampu lalu lintas di persimpangan, lampu hijau selalu menyala agar mobilnya tidak berhenti menunggu rambu berganti.

Namun, lagi-lagi Soeharto mengendus keanehan.

Ia mempertanyakan mengapa setiap persimpangan yang ia lewati tidak pernah ada lampu merah.

Ia pun menegur Maliki agar jangan memberi tahu polisi untuk mengatur lalu lintas.

"Sudah, saya rakyat biasa. Kalau lampu merah, ya, biar merah saja," ujar Pak Harto sebagaimana ditulis Maliki.

Halaman
123

Berita Terkini