Mau Tahu Cara Mengitung Bulan Untuk Menetapkan Idul Fitri, Simak Penjelasan Berikut

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suhu udara di sepanjang bulan Ramadhan di sebagian besar wilayah Arab Saudi bisa mencapai 65 derajat celsius.

TRIBUNJAMBI.COM – Inilah rahasia bagaimana menghitung bulan  untuk menetapkan awal bulan puasa dan hari Lebaran. Terdapat 305 tempat di Indonesia yang dipakai untuk melihat bulan.

Kepala Subdit Pertimbangan Hukum Agama dan Hisab Rukyat (kala itu), Departemen Agama RI Drs. Wahyu Widiana, M.A. mengungkapkannya kepada kita.

Bulan suci Ramadhan ini diyakini sebagai bulan "panen"  bagi mereka yang menyenangi kebajikan.

Betapa tidak? Pada bulan ini banyak sekali keistimewaan yang tidak akan diperoleh pada bulan-bulan lainnya.  

Amalan ibadah wajib akan dibalas berlipat ganda, dan amalan sunah akan diberi pahala seperti mengerjakan amalan wajib di luar bulan Ramadhan.

Dikatakan, pada bulan suci ini pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu neraka tertutup rapat, dan tangan jahil setan terbelenggu kuat.

Orang yang lulus menjalankan kewajiban Ramadhan akan disebut sebagai orang fithri, orang suci sebagaimana sucinya seorang bayi yang baru lahir.

Baca: Bom Surabaya, Begini Nasib 7 Anak Teroris Saat Ini, Memilukan

Namun sayang sekali, sering ditemui masalah yang ,sedikit "menggangu" walaupun ada yang menganggap itu hal biasa; tak perlu dipermasalahkan dan dibesar-besarkan. Masalah yang dimaksud adalah perbedaan hari dalam merayakan Idul Fitri.

Perbedaan ini menjadikan banyak orang ingin tahu permasalahannya: mengapa hal itu bisa terjadi. Tulisan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut dan memberi gambaran tentang penetapan Idul Fitri di Indonesia.

Mengintip bulan

Semula, awal dan akhir  Ramadhan ditentukan dengan cara melihat bulan sabit. Fase bulan - yang semula gelap, lalu tampak kecil berbentuk sabit tipis, semakin besar sampai purnama, kemudian kembali mengecil sampai hilang dan timbul lagi seperti sabit - dijadikan pedoman dalam melakukan puasa Ramadhan.

Bahkan lebih jauh dari itu, fase bulan tersebut dalam istilah astronomi dikenal sebagai periode bulan sinodis itu (satu periode sekitar 29,5 hari) dijadikan pedoman dalam menentukan bulan-bulan Islam.

Memulai dan mengakhiri puasa dengan cara melihat bulan diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW: "Berpuasalah- kamu jika melihat bulan, dan berbukalah jika melihat bulan".

Baca: Inilah 4 Kesepakatan Donald Trump dan Kim Jong Un dari Pertemuan Singapura

Perintah Nabi tersebut sangat praktis, sebab melihat bulan dapat dilakukan oleh setiap orang, tanpa harus mengetahui perhitungan dan data astronomis.

Dengan perintah tersebut, setiap menjelang awal bulan Ramadhan, kaum muslimin beramai-ramai mendatangi pantai, gunung, dan bukit yang diperkirakan mudah untuk melihat bulan sabit.

Halaman
1234

Berita Terkini