YANG benar itu cara menulis jika Allah menghendaki dalam bahasa Arab yang sudah diindonesiakan itu seperti Apa?
Apakah Insha Allah, Insya Allah, atau Insyaallah?
Pertanyaan-pernyataan seperti itu kerap muncul dala diskusi di media sosial, baik yang terbuka di ruang publik maupun hanya di internal anggota grup seperti whatsapp grup saja.
Pernyataan serupa juga muncul untuk penulisan Amin, Amiin, Aamiin, atau Amien?
Baca: Kapan Bertemu Amien Rais? Tak Disangka Begini Jawaban Presiden Jokowi
Ternyata, Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Pusat Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan panduan resmi penulisan tersebut.
Mau tahu yang benarnya, ini penjelasan resmi Pusat Bahasa.
Penulisan Insha Allah, Insya Allah, dan Insyaalah yang benar?
Penulisan insha Allah merupakan model penyerapan yang didasarkan pada ejaan bahasa Inggris.
Penulisan semacam itu tidak sesuai dengan kaidah penyerapan dalam nahasa Indonesia karena huruf syin dari bahasa atau tulisan Arab menjasi sy dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, ungkapan itu dalam bahasa Indonesia tidak ditulis insha Allah, tetapi ditulis insya Allah.
Hanya masalahnya, ungkapan insya Allah itu ditulis seperti itu, atau digabung menjadi insyaallah?
Selama ini, ungkapan seperti itu ditulis terpisah.
Namun, setelah dikaji, diketahui bahwa ungkapan itu terdiri atas tiga unsur, yaitu in 'jika', syaa 'menghendaki', dan -illah 'Allah', bukan dua unsur insya dan Allah.
Unsur -illah pada ungkapan insyaallah, seperti halnya pada masyaallah dan subhanallah, merupakan unsur yang terkait.
Oleh karena itu, penulisannya digabung menjadi insyaallah, yang berarti 'jika Allah mengendaki'.
Di dalam KBBI V (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V) ungkapan insya Allah sudah ditulis serangkai menjadi insyaallah.
Cara penulisan seperti di dalam KBBI V itulah yang dianjurkan sekarang.
Baca: Reaksi Petinggi PKS Setelah Mahfud MD Bilang Lahirkan 2 Koruptor Besar
Baca: Menu Sahur dan Berbuka, Lauknya Bebek Masak Kalio? Makannya Pasti Nambah Terus!
Tulisan Felix Siauw tentang Insya Allah
Ustaz Felix Siauw dalam web pribadinya menulis sebagai berikut.
Lebih dari ratusan kali saya ditanya tentang perkara ini, berkaitan dengan penulisan transliterasi bahasa Arab, mudah-mudahan status ini jadi penjelas sebagaimana seharusnya.
pertama-tama, bahasa Arab dan bahasa Indonesia tentu berbeda, bila bahasa Indonesia disusun berdasarkan huruf alfabet A-B-C dan seterusnya, sama seperti bahasa Inggris, tidak dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tersusun dari huruf hijaiyah semisal ا (alif), ب (ba), ت (ta) dan seterusnya.
perbedaan inilah yang akhirnya mengharuskan adanya transliterasi (penulisan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia), misalnya, kata الله dalam bahasa Arab, bila di-transliterasikan ke dalam bahasa Indonesia bisa jadi “Allah”, “Alloh”, “Awloh” atau apapun yang senada dengan bacaan asli Arabnya, tergantung kesepakatan transliterasi
bila orang Indonesia sudah nyaman membaca tulisan الله dengan transliterasi “Allah” ya tidak perlu diganti dengan “Alloh” atau “Awloh”, toh bacanya juga sama walau tulisannya beda
by the way, bahkan kalo orang nulis Allah dengan huruf kecil juga nggak dosa, karena dalam bahasa Arab aslinya الله pun nggak ada huruf besar dan huruf kecil
hanya kembali lagi, karena transliterasi dan penghormatan kepada Dzat Yang Maha Agung, ya sejatinya sudah kita tulis dengan “Allah”
ok, sekarang, Insya Allah atau In Shaa Allah?
yang bener إن شاء الله hehe..
jadi kita bedah begini ceritanya
إن = bila
شاء = menghendaki
الله = Allah
jadi artinya إن شاء الله = bila Allah berkehendak
Baca: Amien Rais Siap Santun di Hadapan Jokowi Asalkan Presiden Penuhi Syarat Ini, Begini Komentar Jkw
Baca: Hari Lahir Pancasila - Ini Pidato Asli Presiden Soekarno Terkait 1 Juni 1945
nah, balik lagi ke transliterasi, terserah kesepakatan kita mau mentransliterasikan huruf ش jadi apa? “syaa” atau “shaa”?,
kalo di negeri berbahasa Inggris sana, kata ش diartikan jadi “shaa”, kalo di Indonesia jadi “syaa”
masalahnya di Indonesia, huruf ص sudah ditransliterasikan jadi “shaa”, kalo disamain jadi tabrakan deh..
saya pribadi lebih suka mentransliterasikan إن شاء الله jadi “InsyaAllah”, lebih simpel dan sesuai transliterasi bahasa Indonesia
nah, bagaimana katanya kalo ada yang bilang “InsyaAllah” berarti artinya “menciptakan Allah?”, naudzubillahi min dzalik…
karena yang satu ini beda lagi masalahnya
karena إنشاء (menciptakan/membuat) beda dengan إن شاء (bila menghendaki)
dan pemakaiannya dalam kalimat berdasarkan kaidah bahasa Arab pun berbeda bunyinya,
bila إن شاء الله dibacanya “InsyaAllahu” (bila Allah menghendaki)
bila إنشاء الله dibacanya “Insyaullahi” (menciptakan Allah)
Kesimpulannya?
jadi kalo kita nulis pake “InsyaAllah”, atau “In Syaa Allah”, atau “In Shaa Allah” bacanya sama aja dan artinya sama aja, yaitu “bila Allah menghendaki”, jadi nggak ada arti lainnya
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Cara Penulisan Insha Allah, Insya Allah atau Insyaallah, Ini Penjelasan Resmi Pusat Bahasa,