TRIBUNJAMBI.COM, LAMONGAN - Bila mengingat nama Amrozi, apa yang terlintas dipikiran anda?
Bom, terorisme dan juga Bali pastinya. Ada cerita dibalik matinya Amrozi yang dipidana oleh negara atas perbuatannya.
Hingga berujung kepada 'warisan' dirinya pada keluarga. Namun semua dapat berubah seiring pesan dan kebaikan yang terus tertular pada keturunannya tersebut.
Baca: Ramadhan 1439 H, Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh, Bagaimana Hukumnya?
Baca: Harga Ayam di Hypermart Rp 24.900/Ekor, Daging Sapi Rp7.790/Ons
Berikut ceritanya:
Ada yang berbeda di antara peserta upacara Kemerdekaan HUT RI ke 72 di lokasi Yayasan Lingkar Perdamaian (LP) yang didirikan mantan napi teroris dan kombatan di Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro, Lamongan, Kamis (17/8/2017).
Petugas pengibar bendera bernama Zulia Mahendra (32), anak bungsu terpidana mati bom Bali, Amrozi.
"Baru satu tahun saya sembuh dari dendam dan marah pada negara, sejak abi (bapak, red) dieksekusi," ungkap Zulia Mahendra saat ngobrol dengan SURYA.co.id.
Ia mengaku sempat lama dendam dan marah dengan negara, terhitung 10 tahun.
Amrozi, ayahnya dihukum mati dengan cara ditembak bersama pamamnya, Ali Gufron pada 2008.
Baca: Hilal Diposisi Ini, PBNU Prediksi 1 Ramadhan 17 Mei Seperti Penetapan Muhammadiyah
Bahkan kala itu Mahendra dengan membentang spanduk bertuliskan, "Akan aku lanjutkan perjuangan Abi."
Selama hampir sembilan tahun dendam itu terus membara.
Menurutnya, sejak Amrozi ditembak mati, baik ia saat masih sekolah dan kuliah, ia tidak pernah mau angkat tangan hormat bendera. "Baru hari ini," ungkapnya.
Lewat bimbingan pamannya, Ali Fauzi, terhitung baru satu tahun terakhir ini menyadari dan menghilangkan dendam serta amarah pada negara.
Baca: Sambut Puasa Ramadhan, ini Pilihan Menu Sahur Pertama yang Enak & Siap Saji Buat Para Pengantin Baru
Menurutnya, semua tidak akan pernah selesai jika selesaikan dengan dendam.
Sebab katanya, akan muncul pendendam-pendendam baru saat ia membalas dengan pengrusakan dan pembunuhan.
Itu masa lalu, toh akhirnya Mahendra bersama anak mantan teroris lainnya, Syaiful Arif dan Khoerul Mustain, mau menjadi petugas pengibar bendera pada momen yang juga menjadi perhatian sejumlah media asing, Kamis (17/8/2017).
Baik Mahendra, Syaiful dan Khoerul sangat sempurna saat menjalankannya sebagai petugas pengibar bendera.
Untung ia masih punya paman, Ali Fauzi yang juga mantan teroris, pentolan JI, intruktur perakit bom dan kini pendiri Lingkar Perdamaian.
"Awalnya sangat susah menyadarkan keponakan (Zuli Mahendra, red) dan butuh waktu lama," ungkap Ali Fauzi.
Baca: Melawak di Acara Kampanye, Pelawak Gogon Srimulat Meninggal Dunia, ini Keluhannya Terakhir
Baca: Ajak Anak Istri Untuk Lakukan Bom Bunuh Diri di Surabaya, Ini Pesan Tersembunyi Dita
Seringkali Mahendra bertandang ke rumah sang paman, dan hanya minta diajari membuat bom. Intinya untuk balas dendam.
Namun akhirnya menyadari itu bagian dari suratan hidupnya.
Baca: Astaga! Usai Subuh Berjamaah Keluarga Dita Pelaku Bom Surabaya Lakukan Hal Ini, Gak Nyangka Banget!
Perlahan-lahan Ali Fauzi akhirnya mampu menyadarkan keponakannya itu. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Dendam Membara Anak Amrozi Terpidana Mati Bom Bali. Tak Mau Hormat Bendera Merah Putih, http://jogja.tribunnews.com/2017/08/17/kisah-dendam-membara-anak-amrozi-terpidana-mati-bom-bali-tak-mau-hormat-bendera-merah-putih?page=all.