Lalu obrolan mengalir. Ahok berkali-kali bicara jika kembali ke masyarakat nanti, dia lebih suka menggunakan nama Basuki. "Ahok akan jadi brand aja. Misalnya, jadi mata acara Ahok Show," ujarnya.
Birgaldo Sinaga mulai membuka obrolan nyerempet-nyerempet politik. Bahkan menanyakan perasaan Ahok mengenai Jokowi. "Kita ingin tahu perasaan terdalam Pak Ahok tentang Pak Jokowi," tanyanya. Kami semua seperti menunggu apa reaksi mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
"Jika gue ditanya siapa sahabat gue, gue akan jawab : Jokowi. Gue yakin Jokowi juga akan menyebut nama gue ketika ditanya hal yang sama," katanya yakin.
Kata-kata itu disampaikan dengan cepat. Tadinya mungkin kita menyangka ada nada kekecewaan dalam jawaban Ahok. Nyata sama sekali gak tergambar. "Pak Jokowi itu pemimpin yang bagus. Dia gak pernah menyalahgunakan kekuasaanya untuk kepentingan sendiri. Makanya gue juga ikhlas," lanjutnya.
"Maksudnya, pak?"
"Dalam politik susah mencari sahabat sehati, kebanyakan hanya berorientasi kepentingan. Bagi gue, Jokowi itu seorang sahabat. Dia tulus. Makanya kita harus memahami posisi masing-masing. Itulah arti sahabat"
Di mata saya, Ahok seperti ingin mengatakan, meskipun sedang menghadapi suasana yang tidak menyenangkan, dia sama sekali tidak kehilangan kepercayaan dengan sahabatnya.
Iya, apa yang dialami Ahok, akibat dari kedegilan politik memang telah merusak sendi-sendi keadilan negeri ini. Meski telah ditetapkan bersalah oleh pengadilan, di mata saya Ahok hanyalah korban dari kedegilan itu. Keadaan memang tidak berpihak kepadanya.
"Kalaupun gue gak ngomong di Pulau Seribu, akan dicari juga masalah lain. Gue akan diobok-obok terus."
Ahok selalu meyakini persahabatannya dengan Jokowi tidak pernah terganggu dengan hingar bingar suasana politik. Meski keduanya kini ada dalam posisi berbeda, tapi mereka jalani semua dengan perasaan yang jembar. "Kalau sahabat kita sedang menjalankan amanah buat bangsa, kita jangan ngegerecokin."
Saya melirik mbok Niluh Djelantik yang sedari tadi duduk di sebelah Ahok. Matanya sedikit memerah. Rupanya kata-kata Ahok mengenai arti persahabatan sangat menyentuhnya. Soal komitmen persahabatan dikukuhkan oleh seorang pesakitan kepada sahabatnya yang sedang duduk di posisi tertinggi pemerintahan. Dan itu semua tidak membuat Ahok kehilangan kepercayaan.
"Saya makin respek pada keduanya. Pak Ahok dan Pak Jokowi. Betapa indah persahabatan mereka. Betapa beratnya ujiannya. Tapi mereka tetap yakin satu sama lainnya." bisiknya pelan.
Setelah beberapa teman meminta sedikit oret-oretan Ahok sebagai kenang-kenangan, kami pun pamit pulang. Ahok bangkit, berdiri di dekat pintu menyalami kami satu-satu.
Sore hari, ketika berjalan pulang dari Mako Brimob, kami memdengar berita soal SP3 Rizieq yang dikeluarkan Polda Jabar. Atas berita itu, ada Ahoker yang marah dan kecewa. Mereka beranggapan kondisi ini wujud ketidakadilan. Ahok di penjara. Sementara Rizieq dapat SP3.
Sialnya, ada sebagian orang yang menyalahkan Jokowi. Ujung-ujungnya malah menyerukan Golput karena kekecewaanya itu. Bagi saya itu adalah cara berfikir ngawur.