Kisah Manusia yang Dituhankan Kaumnya dan Dijuluki Singa Penakluk dari Yehuda

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Haile Selassie (Tengah) duduk bersama para pengawal dan pejabat

Haile Selassie adalah raja, dan jadi hari pembebasan sudah dekat. Itu berarti mereka harus mempersiapkan diri untuk eksodus ke Afrika. 

Meskipun Marcus Garvey tidak pernah benar-benar seorang Rastafarian, ia dianggap sebagai salah satu nabi agama, karena cita-citanya sangat membentuk filosofi Rastafarian. 

Hanya beberapa tahun setelah penobatan Haile Selassie, Ethiopia terlibat dalam perang yang mengerikan. 

Atas nubuat tersebut, banyak julukan disematkan kepadanya, seperti Singa penakluk dari Yehuda, Raja diatas segala raja dan Tuhan dari segala tuhan. 

Baca: FOTO: Keindahan Dibalik Tanah Tandus dan Kesunyian Planet Mars yang Jarang Terekspose

Pada tahun 1935, pasukan Benito Mussolini menyerang Etioipia dan pada tahun 1936, Haile Selassie melarikan diri dari pengasingan bersama keluarganya.  

Tahun itu, ia menyampaikan pidato terkenal ke Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa, meminta bantuan untuk melawan penjajah. 

Selama perang berlangsung Haile tingal di London, tindakannya tersebut dikecam oleh Marcus Garvey karena dianggap meninggalkan bangsanya. 

Namun, atas belas kasihan Itali Haile, ia dikembalikan menjadi Kaisar pada tahun 1941, dengan dukungan Inggris. 

Baca: Tahukah Kamu Negara Republik Tertua di Dunia? Satu Diantaranya Miliki Dua Pemimpin

Selanjutnya ia mengunjungi Jamaika pada tahun 1966, 36 tahun setelah ia menjadi Kaisar dan melihat antusiasme rastas tanpa batas. 

Dia tak melakukan apa pun untuk menghilangkan status ilahi-nya ketika Garvey meninggal, namun namanya kembali diagungkan ketika seorang Rastafari benama Bob Marley membuat musik dan namanya melenggang. 

Bob Marley bisa dibilang yang paling berpengaruh dalam sejarah Rasta. Dia tidak pernah mengaku sebagai nabi, meskipun nyanyiannya memiliki karakter kenabian; dan dia tidak pernah menjadi pemimpin, meskipun banyak pengikutnya memperlakukananya sebagai pemimpin. 

Kempali ke Haile, ia akhirnya kembali ke Afrika pada tahun 1973 kondisi Etiopia kala itu semakin memburuk, kelaparan yang mengerikan menewaskan sekitar 200 ribu orang Etiopia, kebanyakan di provinsi Wollo. 

Baca: Pria ini Hidup Hingga Usia 138 Tahun Karena Udara Sehat dan Hobi Memancing, Benarkah?

Halaman
123

Berita Terkini