Baca: Tuhan Tidak Mengarahkan Manusia pada Dosa, Paus Fransiskus Minta Kalimat Doa Diganti
"Jika sebuah iklan tentang vaksin dibuat dengan cara menakut-nakuti, misalnya, maka orang yang lebih religius cenderung tidak merespons," sambung profesor pemasaran dari Duke University tersebut.
Cutright juga menyebut, hal ini disebabkan mereka menarik kenyamanan, dukungan, dan rasa perlindungan yang diberikan Tuhan.
"Kami menemukan mereka percaya bahwa mereka akan didukung oleh Tuhan dan tidak peduli apa yang terjadi, sedangkan orang nonreligius tidak mungkin berpikir semuanya akan baik-baik saja," kata Cutright.
Temuan ini dianggap mempunyai implikasi pada iklan yang ditargetkan.
"Secara demografis, pemasar harus berpikir dua kali untuk menggunakan iklan berbasis rasa takut di daerah yang sangat religius, atau di antara orang-orang yang cenderung religius, seperti pada populasi yang lebih tua," ujarnya.
"Anda mungkin bisa menjual produk yang sama, tapi harus menggunakan taktik yang berbeda," imbuhnya.
Manariknya, penelitian ini menemukan efek yang sama, meski sedikit lemah, pada orang ateis.
Ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak beriman kuat pada Tuhan masih dikelilingi konsep Tuhan dalam budaya mereka.
Cutright juga menekankan bahwa temuan ini tidak menunjukkan bahwa agama atau keyakinan terhadap Tuhan mencegah orang untuk mendengarkan informasi tentang risiko atau bahaya.
Sebaliknya, gagasan tentang Tuhan membuat otak memroses informasi semacam ini dengan cara yang berbeda.