Lebaran 1435 H

Hari Kedua Ied Masyarakat Duano Tanjabbar Sudah Mencari Nafkah

Penulis: Awang Azhari
Editor: Fifi Suryani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Hari raya Idul Fitri bagi umat Muslim merupakan hari kemenangan setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa. Idul Fitri juga menjadi momentum tersendiri untuk saling memaaf-maafkan. Lalu bagaimana suasana Idul Fitri di perkampungan Suku Duano yang terletak di kawasan Kampung Nelayan, Kuala Tungkal, Senin (28/7).

Terlihat kesederhanaan bukan hanya menjadi keseharian yang mereka jalani, Idul Fitri juga tampak dijalani oleh masyarakat Suku Duano yang keseluruhan berprofesi sebagai nelayan tanpa kemewahan.

Tidak ada kemeriahaan, kecuali berhentinya aktivitas melaut selama satu hari penuh di awal Idul Fitri, salat ied dan saling bersilaturahim di hari pertama lebaran, setelah itu aktivitas kembali seperti sedia kala, setiap lelaki dari Suku Duano kembali ke laut untuk mencari nafkah.

Seorang warga setempat, Muhammad, kepada Tribun menuturkan, dalam memperingati lebaran, mereka layaknya seperti umat muslim kebanyakan. Namun yang membedakan bahwa mereka merayakannya lebih sederhana lagi. Tidak semua mampu merayakan dengan menggunakan baju baru. "Paling satu dua orang yang pakai baju baru. Sajian lebaran ya ginilah, apa adanya," kata Muhammad, Selasa (29/7).

Hal ini tak lain karena himpitan ekonomi, ini jualah yang membuat rerata masyarakat Suku Duano sudah kembali ke laut guna mencari nafkah di hari kedua lebaran.

Harapan besar tertuang dari Suku Duano yang sudah menetap di Kuala Tungkal sejak sebelum Indonesia merdeka ini. Dari dulu hingga saat ini, taraf ekonomi masyarakat setempat masih sangat lemah, sejauh ini mereka masih mengandalkan laut sebagai sumber ekonomi. Padahal semakin hari sumber laut semakin habis, ditambah mereka yang rerata merupakan nelayan tradisional harus bersaing dengan banyaknya nelayan pengguna alat-alat modern baik yang datang dari Tanjab Barat, maupun nelayan luar daerah, seperti pengguna lamparan daras (trol).

Karena itu, harapan terus tertuang dari para Suku Duano. Mereka berharap ada fasilitas yang memadai untuk melaut dari pemerintah, atau jika memungkinkan, ada lapangan kerja yang lebih layak bagi anak-anak mereka sehingga tak lagi perlu beradu nasib di tengah teriknya laut pesisir Tanjung Jabung yang terasa tak terlalu 'asin' lagi bagi nelayan tradisional.

"Kehidupan kami dari dulu sampai sekarang seperti ini la, tidak ada perubahan. Kalau bisa pemerintah kasih lowongn pekerjaan untuk anak-anak kami, kasih perhatianlah," tutur Muhammad.

Berita Terkini