Berita Interasional

Kisah Zara Qairina Pelajar SMKA Ditemukan di Selokan, Korban Bully Tewas Cedera Otak

Zara Qairina Mahathir, pelajar 13 tahun itu meninggal dunia akibat cedera otak parah dan sejumlah patah tulang.

Editor: asto s
Tribunjambi.com/Rifani Halim
ILUSTRASI bullying atau perundungan. Zara Qairina pelajar SMKA di Kinabalu, Malaysia, ditemukan di selokan akibat perundungan. 

TRIBUNJAMBI.COM - Setelah perawatan intensif di Rumah Sakit Queen Elizabeth I, Kota Kinabalu, nyawa Zara Qairina Mahathir tak terselamatkan.

Pelajar 13 tahun itu meninggal dunia akibat cedera otak parah dan sejumlah patah tulang.

Kini, penyelidikan atas kasus tewasnya Zara Qairina Mahathir (13), kini berfokus pada tiga elemen utama, yakni intimidasi, pengabaian, dan pelecehan seksual. 

Zara Qairina Mahathir merupakan siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha di Papar, Sabah, Malaysia.

Kasus tewasnya Zara Qairina sempat menggemparkan publik Malaysia dan dunia maya.

Dia ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di dekat saluran pembuangan atau selokan asrama sekolahnya pada 16 Juli 2025.

Setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Queen Elizabeth I, Kota Kinabalu, Zara Qairina dinyatakan meninggal dunia akibat cedera otak parah dan sejumlah patah tulang, sebagaimana dilaporkan oleh International Business Times.

Soal fokus penyelidikan, hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail, dalam keterangan resminya di Dewan Rakyat, Selasa (20/8/2025).

Menurut Saifuddin, kepolisian telah menyerahkan seluruh dokumen penyelidikan kepada Kamar Jaksa Agung (AGC) setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pengambilan keterangan dari 195 saksi.

“Saya tidak mengesampingkan adanya bullying. Dari kesimpulan yang kami tarik, intimidasi terbukti. 

Sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi anak-anak kita, dan administrator sekolah harus memahami bahwa insiden semacam itu harus ditangani secara transparan. 

Itulah sebabnya penyelidikan kami difokuskan pada unsur bullying,” ujarnya, mengutip Malay Mail.

Saifuddin juga menambahkan bahwa terdapat unsur pengabaian dari sekolah terkait keluhan Zara.

Karena Zara sebelumnya pernah mengajukan keluhan resmi kepada pihak sekolah namun tidak mendapatkan penanganan yang memadai.

Selain itu, dugaan pelecehan seksual juga menjadi salah satu fokus penting dalam proses penyelidikan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved