Berita Viral

Ucapan Calon Suami Bikin Sakit Hati, Wanita Hamil Rela Ini Batalkan Pernikahannya 

Kalimat itu terasa asing dari sosok pria yang sebelumnya selalu mendampingi dan memberikan semangat dalam setiap kesulitan.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
ist
Ucapan Calon Suami Bikin Sakit Hati, Wanita Hamil Rela Ini Batalkan Pernikahannya  

TRIBUNJAMBI.COM - Seorang wanita tengah mengandung rela membatalkan pernikahan sebelum acara bahagianya.

Wanita yang tengah hamil iu membatalkan pernikahan usai mendengar ucapan calon suami yang bikin sakit hati.

Dilansir dari Eva.vn, Sabtu (16/8/2025) wanita berusia 28 tahun itu awalnya sangat yakin dengan pilihan hidupnya.

Ia telah menjalin hubungan dengan sang kekasih selama hampir dua tahun. Waktu yang cukup panjang untuk mengenal watak dan kebiasaan satu sama lain.

Bahkan ketika mengetahui dirinya hamil, ia tidak panik. Justru rasa bahagia yang muncul, sebab ia yakin akan menjadi ibu dari anak laki-laki yang ia cintai.

Ketika ia menyampaikan kabar kehamilan, reaksi sang kekasih sempat membuatnya bingung.

Baca juga: Nelangsa Siti Rohmani Berkali-kali Utang Pinjol Demi Obati Anaknya yang Gagal Ginjal: Anak Cuma Satu

Baca juga: Nasib Siswi Anggota Paskibraka Ditemukan Tewas, Kakek Tak Terima Cucunya Diduga Akhiri Hidup: Curiga

Baca juga: Ingat Setya Novanto, Eks Ketua DPR RI Terpidana Kasus Korupsi e-KTP? Hari Ini Bebas

Pria itu terdiam selama beberapa detik, lalu memeluknya dan berujar singkat.

“Kita menikah saja. Aku akan bertanggung jawab,” ucapnya.

Alih-alih merasa tersentuh, wanita tersebut justru heran. Kalimat itu terasa asing dari sosok pria yang sebelumnya selalu mendampingi dan memberikan semangat dalam setiap kesulitan.

Namun ia memilih untuk menganggap hal itu sebagai bentuk kepanikan sesaat.

Seiring berjalannya waktu, kebahagiaan yang ia bayangkan berubah menjadi rasa kesepian mendalam.

Memasuki usia kehamilan tujuh minggu, ia mulai mengalami mual, muntah, dan rasa lelah yang membuat tubuhnya melemah.

Sayangnya, calon suaminya sama sekali tidak menunjukkan kepedulian.

“Hamil itu bukan penyakit. Tidak perlu mengeluh,” ucap calon suaminya dengan enteng.

Kekecewaan semakin bertambah ketika ibu calon suaminya terus-menerus menekan dengan pertanyaan soal jenis kelamin bayi.

Sang calon mertua bahkan menyebut, jika bayi perempuan, maka pernikahan cukup dibuat sederhana.

“Air mata saya jatuh. Bayi saya bahkan belum terbentuk sempurna, sudah dijadikan bahan untuk menilai layak tidaknya sebuah pesta pernikahan,” ungkap wanita itu.

Saat meminta calon suami membela dirinya di depan sang ibu, jawaban yang didapat justru membuat hatinya semakin hancur.

“Kamu sabar saja. Nanti setelah menikah, jadi menantu, kamu akan mengerti,” ujar calon suaminya singkat.

Pernikahan yang direncanakan sebulan lagi semakin terasa hambar. Wanita tersebut harus mengurus segala keperluan pesta, dari gaun hingga undangan, seorang diri.

Bahkan ketika kontrol kehamilan, ia selalu datang tanpa ditemani.

Puncak dari semua kekecewaan itu terjadi pada suatu malam. Sambil mengelus perut, ia bertanya pelan pada calon suaminya.

“Kalau nanti aku susah melahirkan, bayi tidak tertolong, apa kamu akan menyalahkanku?” tanyanya.

Tanpa menoleh dari telepon genggamnya, sang pria menjawab dingin.

“Mungkin itu karma, ada yang belum terbayar,” ucapnya.

Jawaban tersebut bagai tamparan keras. Untuk pertama kalinya, wanita itu menatap lama wajah calon suaminya, dan sekaligus untuk terakhir kalinya.

Keesokan harinya, ia mengembalikan gaun pengantin, membatalkan pesanan gedung, dan mengganti undangan pernikahan dengan alasan ditunda.

Ketika mengetahui keputusan itu, sang pria marah besar.

“Kamu sudah hamil. Mau jadi ibu tunggal? Siapa yang mau menerima kamu?” ungkapnya.

“Lebih baik jadi ibu tunggal daripada menikah dengan pria tanpa hati,” jawab wanita itu dengan tegas.

Kini, wanita tersebut kembali tinggal bersama ibunya. Ia memilih mempertahankan kandungannya, merawat diri, dan perlahan belajar mencintai dirinya sendiri.

Ia mengurus asuransi kehamilan, mengikuti yoga, membaca buku seputar parenting, hingga menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kelahiran sang buah hati.

Tiga bulan kemudian, ia mengunggah foto USG bayi dengan keterangan singkat.

“Ibu dan bayi baik-baik saja. Terima kasih hidup, atas hadiah paling berharga,” tulisnya.

Ia menegaskan tidak lagi menyalahkan siapa pun. Baginya, kehadiran sang anak adalah anugerah terbesar, meski datang dalam kondisi yang jauh dari kata sempurna.

Ia percaya, bayinya akan tumbuh besar dalam cinta, meskipun hanya dengan seorang ibu.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved