Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen 8 Juni 2025 - Roh Kudus yang Mempertemukan

Bacaan ayat: Kisah Para Rasul 2:6 (TB)  Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Pdt Feri Nugroho, GKSBS Palembang Siloam 

Renungan Harian Kristen 8 Juni 2025 - Roh Kudus yang Mempertemukan

Bacaan ayat: Kisah Para Rasul 2:6 (TB)  Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Dalam sejarah peradaban manusia, perbedaan bahasa menjadi kendala besar dalam menstranmisikan pesan.

Setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri yang tidak bisa ditemukan dalam bahasa lain yang berbeda. 

Ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang berkembang dalam suatu wilayah maupun konteks alam yang ada disekitarnya. 

Alkitab mencatat bahwa perbedaan bahasa terjadi saat peristiwa Menara Babel, dimana manusia ingin mencari nama dengan membuat menara yang puncaknya sampai ke langit. 

Ini dipandang sebagai benih pemberontakan oleh Tuhan, sehingga Ia berinisiatif menggagalkan rencana itu dengan mengacaukan bahasa mereka. 

Pada Perayaan Pentakosta Yahudi dua ribu tahun silam, lebih kurang, terjadi keajaiban, ketika para murid Yesus berbicara tentang perbuatan besar Allah, tiba-tiba "mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri."

Dapat kita bayangkan bagaimana hiruk pikuknya para orang saleh yang merayakan Pentakosta, dimana mereka sedang merayakan Hari Raya Panen, justru disuguhi sebuah keajaiban: mereka mendengar para murid berbicara dalam bahasa asal tempat tinggal mereka

. Ini keajaiban!

Mereka paham sekali, bagaimana sulitnya berbicara dalam bahsa yang berbeda. 

Perlu puluhan tahun baru bisa beradaptasi, baik dalam pengartian pesan maupun logat yang dipakai.

 Meskipun bahasa yang mereka pakai adalah hal biasa ditempat asalnya, namun hari itu justru mereka mendengar para Murid Yesus memakai bahasa tersebut di Yerusalem; kota yang jauh dari asal bahasa tersebut ada.

 Lagipula mereka mengenal para murid bukan sebagai orang-orang yang ahli dalam hal berbahasa lain.

Mereka hanya para nelayan yang dipilih oleh Yesus. 

Ajaib bukan, bahwa karya penyelamatan Allah pada akhirnya dikumandangkan melintasi bahasa yang berbeda-beda.

Karya penyelamatan Allah menyasar setiap manusia di belahan bumi manapun, sekalipun dengan bahasa yang berbeda-beda. 

Pada akhirnya, memerlukan waktu yang cukup lama, sampai akhirnya karya penyelamatan tersebut dapat disebarkan dengan menterjemahkan Alkitab dalam bahasa yang berbeda-beda hingga hari ini. 

Inilah Pentakosta, bukan lagi tentang hari raya panen sebuah bangsa. Pentakosta dimaknai ulang sebagai hari dimana Roh Kudus memprakarsai sebuah perjumpaan, bahwa karya penyelamatan Allah harus terus diberitakan.

Tidak boleh lagi ada kendala bahasa. 

Setiap orang dari bangsa manapun dan dengan bahasa apapun, adalah sasaran penyelamatan Allah. Allah beranugerah kepada semua orang. Selamat Pentakosta. Amin.

     Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved