Berita Internasional

Kesepakatan Gencatan Senjata dari AS Masih Buntu, Israel 'Paksa' Hamas Terima Proposal

Dalam pernyataannya, Hamas menuntut agar Israel menghentikan operasi militernya dan menarik seluruh pasukan dari wilayah Gaza.

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Tangkapan Layar/khaberni
ILUSTRASI HAMAS-ISRAEL - Kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas yang difasilitasi Amerika Serikat masih menemui jalan buntu. Israel memaksa Hamas untuk menerima semua isi proposal. 

TRIBUNJAMBI.COM - Hamas akhirnya memberikan respons atas proposal gencatan senjata yang diajukan oleh utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, pada Sabtu (31/5/2025).

Dalam pernyataannya, Hamas menuntut agar Israel menghentikan operasi militernya dan menarik seluruh pasukan dari wilayah Gaza.

Meski demikian, Hamas menegaskan bahwa mereka tidak serta-merta menolak kesepakatan gencatan senjata.

Menurut Hamas, usulan Witkoff yang disampaikan kepada para mediator mencakup upaya untuk mencapai penghentian permanen konflik, penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan kelancaran distribusi bantuan bagi warga di wilayah tersebut.

"Sebagai bagian dari perjanjian ini, 10 tahanan Israel yang masih hidup yang ditahan oleh kelompok perlawanan akan dibebaskan, selain pengembalian 18 jenazah, sebagai ganti sejumlah tahanan Palestina yang disepakati," demikian bunyi pernyataan Hamas yang dikutip dari CNN.

Sumber yang mengetahui proses negosiasi menyebut tanggapan Hamas bersifat "positif", namun masih memerlukan negosiasi lanjutan dan klarifikasi pada beberapa poin penting.

Diketahui, Hamas meminta penyesuaian dalam tiga aspek utama: perpanjangan masa gencatan senjata lebih dari 60 hari, distribusi bantuan kemanusiaan, serta penentuan posisi akhir pasukan Israel setelah penarikan.

Tanggapan ini muncul setelah sebelumnya pejabat senior Hamas menyatakan bahwa mereka telah menyampaikan usulan balasan dalam tiga cabang utama.

Hamas juga menuntut adanya jaminan dari pihak AS bahwa negosiasi untuk gencatan senjata permanen akan berlanjut dan tidak akan terjadi lagi eskalasi setelah masa jeda berakhir.

Selain itu, kelompok tersebut menginginkan agar distribusi bantuan kemanusiaan dilakukan melalui PBB dan pasukan Israel ditarik ke posisi mereka pada 2 Maret.

Seorang pejabat Israel kepada The Times of Israel mengungkapkan bahwa Hamas bahkan meminta gencatan senjata berlangsung hingga tujuh tahun.

AS dan Israel Anggap Respons Hamas tak Menerima Proposal

Menanggapi pernyataan Hamas, Steve Witkoff menilai sikap kelompok itu sebagai kemunduran negosiasi dan tidak dapat diterima.

"Hamas harus menerima usulan kerangka kerja yang kami ajukan sebagai dasar perundingan jarak dekat, yang dapat segera kami mulai minggu depan," ujar Witkoff melalui media sosial X.

"Itulah satu-satunya cara kita dapat menutup kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari dalam beberapa hari mendatang, di mana setengah dari sandera yang masih hidup dan setengah dari mereka yang telah meninggal akan pulang ke keluarga mereka, dan di mana kita dapat melakukan negosiasi substantif dengan itikad baik dalam pembicaraan jarak dekat untuk mencoba mencapai gencatan senjata permanen," lanjutnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved