Paus Fransiskus Wafat

Permohonan Paus Fransiskus untuk Dunia yang Lebih Bersaudara

Dalam ensiklik pentingnya ‘Fratelli tutti,” Paus Fransiskus menekankan gagasan persaudaraan manusia.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Media Vatikan
DOKUMEN PERSAUDARAAN: Paus Fransiskus menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia dengan Imam Besar Ahmed Al-Tayyeb di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari 2019. (Media Vatikan) 

TRIBUNJAMBI.COM - Dalam ensiklik pentingnya ‘Fratelli tutti,” Paus Fransiskus menekankan gagasan persaudaraan manusia.

Gagasan itu dengan mengacu pada warisan Santo Fransiskus dari Assisi untuk mengilhami tindakan politik yang berakar pada solidaritas dan menyoroti peran penting agama dalam membangun perdamaian.

Mungkin salah satu dokumen paling simbolis dari kepausan Paus Fransiskus, yang paling merangkum ajaran sosialnya, adalah surat ensikliknya Fratelli tutti.

Dokumen itu ditulis setahun setelah ia menandatangani “Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” yang bersejarah di Abu Dhabi pada tahun 2019.

Diterbitkan pada tanggal 3 Oktober 2020, pada malam Hari Raya Santo Fransiskus dari Assisi yang kata-katanya mengilhami judulnya.

Ensiklik tersebut menguraikan poin-poin yang telah ia sampaikan dalam pidato, pesan, dan teks lainnya (termasuk ensiklik lingkungannya Laudato si’ dan Seruan Apostolik Laudate Deum) selama 12 tahun pelayanannya sebagai Penerus Petrus. 

Krisis moral dunia yang terpecah

Ditulis dengan latar belakang pandemi Covid-19 dan meningkatnya ketegangan internasional, Fratelli tutti menyoroti krisis moral masyarakat modern, yang ia gambarkan dibayangi oleh "awan gelap di atas dunia yang tertutup."

Baca juga: Barack Obama: Paus Fransiskus Pemimpin Langka, Membuat Kita Ingin Menjadi Orang yang Lebih Baik

Baca juga: Kenangan Menag Nasaruddin Tentang Paus Fransiskus: Persahabatan Beliau Tak Bisa Kita Lupakan

Paus Fransiskus menyesalkan pergeseran dari dialog konstruktif dan pengejaran kebaikan bersama ke lanskap yang didominasi oleh individualisme, pencarian keuntungan, "budaya membuang-buang," dan retorika yang memecah belah.

Ia menyoroti keterkaitan manusia dan perlunya respons kolektif terhadap tantangan berat saat ini, termasuk meningkatnya kemiskinan, konflik, dan krisis lingkungan.

Mengacu pada ajaran Yesus dan warisan Santo Fransiskus dari Assisi, Paus mendesak umat Katolik untuk menegakkan prinsip bahwa semua manusia adalah sama dan menolak sikap eksklusif yang melanggar martabat manusia dan mengarah pada rasisme dan diskriminasi. 

Paus Fransiskus mengingatkan bahwa meski Gereja tidak mengklaim berwenang atas urusan politik, Gereja selalu menekankan bahwa iman hendaknya memberi masukan pada pilihan politik, khususnya dalam memajukan keadilan, kasih sayang, dan kesejahteraan semua orang.

Contoh Orang Samaria yang Baik Hati

Paus Fransiskus mengutip perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati sebagai contoh yang menunjukkan bahwa bertetangga sejati menuntut tindakan, bukan ketidakpedulian.

Ia memperingatkan bahwa ketika orang gagal mengenali kemanusiaan mereka bersama, mereka menciptakan "orang asing yang eksistensial"—individu yang, meskipun secara hukum merupakan bagian dari masyarakat, diperlakukan sebagai orang luar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved