Candi Muaro Jambi, Permata yang Terjepit Akar Pohon Ratusan Tahun Akhirnya Tersibak

Di Menapo Parit Duku terdapat sekira 18 struktur candi, satu di antaranya Candi Induk yang memiliki ukuran terbesar dibanding struktur lainnya.

Penulis: tribun | Editor: asto s
TRIBUN JAMBI
SUMUR KUNO - Temuan sumur kuno di Candi Kedaton, kompleks Percandian Muaro Jambi, Sabtu (5/9/2020) 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Di antara akar-akar pohon itu, tumpukan batu bata yang tersusun terlihat tak simetris lagi.

"Permata" peninggalan abad ke-7 Masehi itu terjepit di antara akar pohon-pohon duku di kompleks Kawasan Cagar Budaya Nasional atau KCBN Muarojambi.

Penampakan struktur candi-candi di kompleks Percandian Muara Jambi di Kabupaten Muarojambi.

Itulah menapo atau gundukan tanah membukit, berupa batu bata reruntuhan bangunan atau peninggalan purbakala.

Tercatat ada 121 objek cagar budaya, di antaranya sembilan candi telah dibuka dan dilakukan penanganan pelestarian.

Kawasan percandian agama Buddha yang terluas se-Asia Tenggara itu memang menarik perhatian para ahli.

Misteri Candi Muaro Jambi seakan tak habis-habis ditelusuri.

Arkeolog dan sejarawan sampai kini masih menelisik kemegahan peninggalan kebudayaan yang berusia ribuan tahun itu.

Semisal struktur candi yang berada di sisi barat dari Candi Gedong, yakni Menapo Parit Duku.

Ada keindahan menapo di sana.

Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi (Creative Commons/Anandajoti Bhikkhu)

Dalam bahasa lokal, menapo diartikan warga setempat sebagai lokasi yang menyimpan struktur bata kuno.

Di Menapo Parit Duku terdapat sekira 18 struktur candi, satu di antaranya Candi Induk yang memiliki ukuran terbesar dibanding struktur lainnya.

Sementara yang berukuran lebih kecil dari candi induk, disebut candi perwara.

Keberadaan struktur itu diketahui setelah ada penggalian arkeologi pada 2022 lalu.

Penggalian arkeologi yang bertujuan untuk temu-kenali bentuk struktur Candi Parit Duku itu masih terlihat hingga kini.

Fondasi itu terdiri dari beberapa lapis bata. 

Kondisi fondasi masih berdiri kokoh, meski bagian atasnya sudah hilang.

Bata-bata bekas penggalian di lokasi masih tersimpan secara baik.

Di tiap tumpukan bata, dituliskan pengodean khusus yang diberikan para peneliti.

Menapo Parit Duku berdiri di atas tanah uruk yang sengaja ditinggikan oleh arsitek pada zamannya.

Lokasinya dikelilingi parit yang berguna untuk pengendalian banjir di tempat suci itu.

Di masing-masing struktur, di bagian atas candi, berdiri tegak pohon duku.

Dari bekas penggalian yang telah dilakukan, terlihat jelas akar-akar batang duku sudah terangkat ke permukaan tanah.

Menapo Parit Duku di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarojambi.
Menapo Parit Duku di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarojambi. (Tribunjambi.com/Musawira)

Dugaan sementara Tribun, penamaan Menapo Parit Duku diselaraskan dengan banyaknya pohon duku di lokasi tersebut, sehingga candi itu diberi nama Menapo Parit Duku.

Pemugaran

Kondisi peninggalan di KCBN Muarojambi masih terawat secara baik.

Tinggalan purbakala dari masa Kerajaan Sriwijaya dan Melayu Kuno itu telah ada sejak abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

Sedikitnya ada 121 objek cagar budaya, di antaranya sembilan candi telah dibuka dan dilakukan penanganan pelestarian.

Seperti Candi Gumpung, Candi Gumpung II, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Kedaton, Candi Kembar Batu, Candi Astano dan Candi Teluk I.

Informasi itu merujuk terhadap berkas pendaftaran satuan ruang geografis Muara Jambi sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseum 2013.

Secara umum, satuan ruang geografis Muarojambi dapat dikelompokkan menjadi struktur candi, menapo, struktur kolam, kanal, danau, sungai dan artefak.

Satuan ruang geografis KCBN Muarojambi merupakan yang terluas di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V bakal melakukan proses rehabilitasi dengan pemugaran di candi.

Kepala BPK Wilayah V Provinsi Jambi dan Bangka Belitung, Agus Widiatmoko, mengatakan hingga kini dari ratusan objek cagar budaya berupa candi masih berbentuk menapo, yaitu gundukan sisa-sisa struktur yang belum dipugar.

Perencanaan pemugaran akan dilakukan pada 2024.

Candi Muaro Jambi destinasi favorit wisatawan yang berkunjung ke Jambi
Candi Muaro Jambi destinasi favorit wisatawan yang berkunjung ke Jambi (Tribunjambi.com)

"Ya, tahun depan kita melakukan Pemugaran di Candi Koto Mahligai dan Candi Parit Duku. Selain pemugaran, pemerintah pusat juga melakukan penataan lingkungan di lima lokasi," katanya.

Pada 2022 lalu, pihaknya sudah berhasil menyelesaikan pemugaran Candi Teluk I dan melanjutkan pemugaran Candi Gedong I.

“Candi Teluk I itu bertahun-tahun terbengkalai, saat ini sudah dipugar,” katanya, beberapa waktu lalu.

Untuk memugar satu candi, Agus Widiatmoko mengatakan membutuhkan waktu 4-7 bulan, tergantung volume ukuran dari candi.
Misalnya Candi Koto Mahligai dan Parit Duku itu luasannya cukup besar.

“Kalau diitung dari kebutuhan tenaga yang terlatih, itu bisa dua candi. Karena pemugaran candi ini tidak sembarangan butuh tenaga yang terlatih,” ujarnya.

Pohon Seratusan Tahun

Abdul Haviz, tokoh pemuda setempat yang aktif terlibat pelestarian Candi Muara Jambi, menuturkan keberadaan pohon duku di atas menapo kemungkinan sudah seratusan tahun.

Menurutnya ada sekira 113 menapo yang ditumbuhi pohon duku di atasnya.

"Sekitar 95 persen menapo mungkin," ujarnya.

Dalam sepengetahuannya, 40 tahun lalu, pada 1980-an, pohon duku yang tumbuh sudah berukuran besar.

Dari situ, lelaki yang akrab disapa Ahok itu menduga pohon-pohon itu telah berusia seratusan tahun.

"Kalau banyaknya di sana duku dan durian. Kalau soal pohon itu endemi asli sana atau bukan, ada penelitian itu," lanjutnya.

Menurut Ahok, kondisi batu bata menapo yang ditumbuhi pohon duku itu kondisinya masih bagus kisaran 60 persen.

"Kalau untuk dipugar lagi masih bisa, karena bata yang in take masih bagus," tuturnya.

Sementara itu, Pemandu Wisata KCBN Muaro Jambi, Rafsanjani, menuturkan vegetasi di lingkungan menapo saat ini rerata ditumbuhi pohon duku.

"Pohon duku ini yang jelas sudah ada era buyut kita. Kalau ditarik belakang menurut catatan S.C Crooke tahun 1820, vegetasi di sini sudah semak belukar, di antaranya ada pohon duku juga," katanya.

Akar dari pepohonan ini menjalar ke mana-mana, mengakibatkan kerusakan dari struktur tersebut.

"Kakek kita dulu mungkin sudah tahu, saat menanam duku itu di bawahnya ada reruntuhan bata, karena mungkin mereka tidak tahu bangunan apa," ujarnya.

Perhatikan Data Saat Pugar

Peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, BRIN, Retno Purwanti, mengatakan KCBN Muarojambi masih banyak menyimpan reruntuhan bata kuno.

Oleh karena itu untuk kegiatan pengupasan, pemugaran dan penataan, harus pihak yang berkompeten dan kredibel.

Selama kegiatan itu harus memperhatikan data-data arkeologi secara cermat dan seksama.

Akan lebih bagus, jika dalam kegiatannya memperhatikan data arkeologi sehingga bisa digunakan untuk menambah narasi KCBN Muarojambi.

Bagian yang diutamakan, yaitu menapo-menapo yang ada disekitar candi yang sudah dipugar.

Dengan cara itu, selain bisa diketahui bentuk arsitektur menapo, diharapkan juga dapat digunakan untuk mengetahui fungsi bangunannya, serta kaitannya dengan bangunan-bangunan di sekitarnya.

Ini penting dilakukan untuk mendukung kelengkapan informasi dalam rangka pengajuan Muarojambi sebagai world heritage.

Dilarang Injak Batu

Selama liburan akhir tahun, jumlah pengunjung objek wisata Candi Muara Jambi meningkat.

Berdasarkan data yang petugas penjaga candi, ribuan orang per hari datang ke sana.

Pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah, baik Kota Jambi, kabupaten tetangga hingga wisatawan luar provinsi.

PASAR TERAPUNG - Ibu-ibu berjualan di atas sampan di halaman Candi Astano, Kabupaten Muarojambi, yang terendam banjir luapan Sungai Batanghari, Rabu (17/1).
PASAR TERAPUNG - Ibu-ibu berjualan di atas sampan di halaman Candi Astano, Kabupaten Muarojambi, yang terendam banjir luapan Sungai Batanghari, Rabu (17/1). (TRIBUN JAMBI/A MUSAWIRA)

Palin, penjaga tiket pintu masuk candi, mengatakan jumlah pengunjung sekira 1.000 orang per hari.

Artinya dalam momen libur Natal, jumlah pengunjung sudah lebih dari 1.000 orang.

"Kemarin hingga sore ada 700 orang lebih. Untuk hari ini belum bisa dipastikan," kata Palin.

Untuk menjaga kebersihan dan ketertiban candi, pengunjung tidak diperkenankan untuk membawa bekal atau makanan ke dalam kawasan Candi.

Selain itu, pengunjung juga dilarang menginjak batu bata candi seperti sebelum-sebelumnya.

Pengunjung hanya diperbolehkan berswafoto dari depan atau samping candi.

"Dilarang menginjak batu candi," jelasnya. (wir/sud/zak)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved