Berita Viral

Bohong Nilai Ujian, Rani Tusuk Anak Sendiri hingga Tewas, Pelaku Malu Terlanjur Pamer

Kejadian maut itu berawal dari korban yang mengaku lulus ujian akhir dengan nilai tinggi, yang mencapai 95 persen, para program pendidikan pra-kuliah.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
IST
Seorang ibu nekat tusuk anak kandung hingga tewas karena berbohong soal nilai ujian. Ya, ibu bernama Bhimena Padmini Rani (59) kesal dengan anaknya yang mengaku lulus ujian dengan nilai tinggi. 

TRIBUNJAMBI.COM - Seorang ibu nekat tusuk anak kandung hingga tewas karena berbohong soal nilai ujian.

Ya, ibu bernama Bhimena Padmini Rani (59) kesal dengan anaknya yang mengaku lulus ujian dengan nilai tinggi.

Sementara sang anak Sahiti Shivapriya (17) tewas usai ditusuk ibunya.

Kejadian maut itu berawal dari korban yang mengaku lulus ujian akhir dengan nilai tinggi, yang mencapai 95 persen, para program pendidikan pra-kuliah.

Namun sang ibu kemudian menelpin teman putrinya untuk mengonfirmasi hal tersebut justru mendapat bahwa Sahiti gagal di lima mata pelajaran.

Kebohongan itu memicu emosi Rani yang merasa dipermalukan, hingga akhirnya nekat membunuh nyawa putrinya dengan pisau dapur.

Baca juga: Satu Ucapan Ridwan Kamil Bikin Lisa Mariana Kesal, Status Keluarga Terbongkar: Ngasih Rp 100 Juta

Baca juga: Sosok Irjen Rudi Setiawan, Deputi Bid Penindakan dan Eksekusi KPK yang Dimutasi Jadi Kapolda Jabar

Dalam laporan polisi, wanita berusia 59 tahun itu mengaku sangat malu karena sebelumnya telah membanggakan nilai Sahiti kepada keluarga.

 Ia bahkan telah mengeklaim putrinya akan segera berkuliah di Amerika Serikat. 

 “Kalau mereka tahu kenyataannya, saya pasti akan dipermalukan,” ujar Rani dalam berkas dakwaan. 

Setelah membunuh putrinya, Rani mengatakan bahwa dirinya berniat bunuh diri.

Namun, ia berhasil diselamatkan setelah mendapat perawatan medis walaupun sempat mengalami luka-luka.

Karena perbuatannya tersebut, Rani ditangkap polisi dan harus menghadapi sejumlah tuntutan hukum.

Sementara itu, kasus ibu bunuh anak lainnya juga pernah terjadi di Bekasi, Jawa Barat.

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi masih menjadi sorotan hingga kini.

Fakta terbaru mengungkap bahwa pelaku yang berinisial SNF (26) berhalusinasi sebagai nabi.

Ia menganggap anaknya dajal, hingga akhirnya memutuskan membunuh.

Peristiwa pembunuhan ini terjadi di Cluster Burgundy Summarecon Bekasi, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi pada Kamis (7/3/2024).

Bocah berusia lima tahun berinisial AAMS, ditemukan tewas bersimbah darah di kamar tidurnya akibat ditikam pisau dapur SNF.

Akibat kejadian tersebut, korban menderita luka parah di bagian dada sebelah kiri dan lengan akibat sebanyak 20 tikaman.

Dari hasil pemeriksaan psikologis, SNF terindikasi mengidap gangguan kejiwaan skizofrenia.

"Dari hasil psikologi, tersangka ini terindikasi skizofrenia," jelas Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota AKBP Muhammad Firdaus.

Rupanya, SNF menganggap dirinya seorang nabi.

Tak hanya itu, SNF juga menganggap anaknya yang masih berusia lima tahun adalah jelmaan dajal.

Oleh sebab itu, SNF tega membunuh putranya berinisial AAMS.

Kondisi SNF ini diungkap oleh pihak kepolisian setelah mendengar keterangan dari suami tersangka, inisial MAS.

Kepada polisi, MAS menyebut gelagat aneh istrinya sudah terlihat sejak dua bulan lalu.

"Hasil dari pemeriksaan seperti itu, itu salah satu keanehan yang juga disampaikan oleh suami pelaku," kata Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota AKBP Muhammad Firdaus, Jumat (15/3/2024), dikutip dari TribunJakarta.

Keanehan yang dimaksud, kata Firdaus seperti pelaku yang kerap berhalusinasi bahwa kiamat akan segera datang.

Bahkan, SNF juga sempat berhalusinasi sebagai nabi dan menggap korban yang merupakan anak sulungnya jelmaan dajal.

"Iya seperti itu (mengaku nabi dan anak dianggap dajal), makanya inilah keanehan-keanehaan, suaminya juga mengatakan sepeti itu dalam 2 bulan terakhir," terang Firdaus.

Tersangka SNF saat ini masih dalam perawatan di RS Polri Kramat Jati Jakarta.

Dia sempat dilarikan ke IGD lantaran terus menerus menyakiti diri saat berada di sel tahanan.

SNF beberapa kali membenturkan kepala dan meninju dinding hingga mengalami luka.

 "Dilakukan perawatan karena berupaya untuk melukai dirinya sendiri, untuk segera dilakukan perawatan di sana (RS Polri)," ucapnya.

Firdaus pun menambahkan, Tim Psikologi Forensik dan psikiatri RS Polri Kramat Jati akan melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap SNF.

"Nanti menunggu keterangan dari psikiater (tersangka ganguan jiwa atau tidak), keterangan dari dokter di sana membutuhkan waktu dua minggu," terangnya.

Diketahui usai membunuh anaknya, SNF ditahan di Polres Bekasi Kota.

Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota AKBP Muhammad Firdaus menerangkan SNF ditempatkan di sel khusus.

"Kan sendiri di sel tahanan," katanya.

Menurut Firdaus, SNF diasingkan dari tahanan lain.

"Diasingkan dari tahanan perempuan lain," jelasnya.

Entah mengapa SNF justru bertindak aneh dalam sel.

Kata AKBP Muhammad Firdaus, SNF tiba-tiba membenturkan kepalanya sendiri ke tembok sel.

"Tadi malam tersangka dalam ruang tahanan membenturkan kepalanya ke tembok," katanya.

Bukan hanya membenturkan kepala, SNF juga memukul-mukul tembok menggunakan tangannya.

"Dia pukul-pukul tembok pakai tangan. Ninju-ninju gitu," katanya.

Akibat tindakannya tersebut SNF mengalami luka di bagian kepalanya.

"Ada benjolan dan memar," katanya.

Atas rekomendasi dokter psikiater, kata AKBP Muhammad Firdaus, pihaknya membawa SNF ke IGD RS Bhayangkara, Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Kami sudah bawa ke sana. Sekarang dalam perawatan," katanya.

Nasib Adik Korban

Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi akan membawa adik dari AAMS ke rumah aman selama proses penyelidikan.

AAMS memiliki adik yang masih berusia satu tahun tujuh bulan.

Adik korban berada di lokasi kejadian saat sang ibu membunuh AAMS.

"Mau kami bawa ke rumah aman, biar nanti ada pendamping di sana," ujar Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian saat ditemui di Mapolres Metro Bekasi Kota, Kamis (7/3/2024) malam.

Dari keterangan SNF, kedua anaknya tidur bersama dalam satu kamar.

"Tapi (walaupun ada ayahnya) anak ini perlu kami amankan dulu, dari pihak-pihak yang nanti akan memberikan keterangan," imbuh dia.

Anak yang masih masuk usia batita itu masih perlu pendampingan dari KPAD untuk memastikan kondisi psikologisnya.

"Karena masih proses penyidikan, jadi anak masih dalam perlindungan kami," ucap Novrian.

Meski memegang kendali penuh atas keselamatan adik korban, Novrian memastikan akan berkomunikasi dengan keluarga korban.

"Kami akan berkordinasi dengan saudara terdekatnya, bagaimana nanti untuk pendampingan anak tersebut," tutur dia.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved