Nuno Tavares Sebut Laga Lazio Menghadapi AS Roma jadi Momen Terbaik dalam Karirnya saat

TRIBUNJAMBI.COM - Bek kiri Lazio Nuno Tavares tengah menikmati apa yang mungkin menjadi musim paling gemilang dalam kariernya sejauh ini.

Pemain berusia 25 tahun itu direkrut Biancocelesti pada musim panas dari Arsenal dengan status pinjaman dan kewajiban pembelian. 

Ia hanya akan menelan biaya €6 juta bagi klub Italia itu yang dianggap sebagai harga yang sangat murah, tetapi The Gunners tetap meminta biaya penjualan sebesar 40 persen.

Alasan Nuno Tavares Memilih Lazio

Bek kiri yang langsung menjadi bintang di ibu kota Italia itu memberikan wawancara panjang kepada A Bola (via La Lazio Siamo Noi) dan membahas beberapa topik, dimulai dengan alasan yang mendorongnya memilih Aquile dibanding klub lain, dan Claudio Lotito yang mematok harga €70 juta untuknya.

"Ketika Anda merasa nyaman dan merasakan kepercayaan klub, segalanya berjalan baik. 

Namun, jika sejauh ini saya tidak tampil maksimal, mungkin presiden tidak akan mengatakannya. 

Baca juga: Meski Cedera Bintang Arsenal Gabriel Martinelli  Masuk Daftar Pemanggilan di Timnas Brasil

"Setelah menganalisis karier saya, saya mulai lebih memperhatikan siapa yang benar-benar menginginkan saya, karena ada perbedaan antara mereka yang tertarik dan mereka yang berusaha keras.

"Saya memilih Lazio karena saya merasa mereka benar-benar menginginkan saya, dan ketika itu terjadi, kemungkinan besar Anda akan berhasil. Saya rasa saya belum mencapai puncak performa saya. 

"Saya telah berkembang dalam banyak aspek dan saya tahu apa yang masih bisa saya lakukan.

"Konsistensilah yang akan membuat saya semakin menunjukkan nilai diri saya dan mencoba mencapai puncak karier saya," jelasnya.

Tavares Pilih Momen Terbaik Lazio

Tavares juga mengidentifikasi sesi latihan terbuka pra-Derby sebagai momen favoritnya di Lazio, karena ia merasa terharu dengan dukungan para penggemar

"Saya akan memilih sesi latihan terbuka sebelum Derby melawan Roma. Itu sangat emosional. Para penggemar menyemangati kami, berteriak dan bernyanyi. 

"Bahkan ketika kami kalah 0-6 melawan Inter di kandang, mereka selalu mendukung kami, dan kemudian di akhir pertandingan, ketika kami bermain di bawah Curva Nord.