Berita Tanjabbar

Festival Arakan Sahur Tanjabbar Jambi: 1 dari 110 Event yang Terpilih dari Seluruh Indonesia di KEN

Festival Arakan Sahur merupakan satu dari daya tarik wisata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Provinsi Jambi.

Tribun Jambi/ Rara Khushshoh Azzahro
FESTIVAL ARAKAN SAHUR: Festival Arakan Sahur merupakan satu dari daya tarik wisata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Provinsi Jambi. 1 dari 110 Event yang Terpilih dari Seluruh Indonesia di KEN. 

Festival Arakan Sahur 

TRIBUNJAMBI.COM - Festival Arakan Sahur merupakan satu dari daya tarik wisata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Provinsi Jambi.

Arak-arakan ini dilakukan masyarakat saat bulan Ramadan tiap tahunnya.

Festival Arakan Sahur merupakan salah satu dari 110 event yang terpilih dari seluruh Indonesia dalam kalender event tahunan Kemenparekraf, yaitu Kharisma Event Nusantara (KEN). 

Arakan Sahur sudah dilakukan masyarakat Tanjabbar sejak puluhan tahun lalu.

Sebagai informasi, Festival Arakan Sahur merupakan event tradisi dan budaya turun temurun warga Kuala Tungkal.

Para remaja berkeliling membangunkan warga sekitar untuk bersiap sahur di bulan Ramadan

Kegiatan ini telah berlangsung bahkan sejak sebelum kemerdekaan Indonesia dan baru tercatat di tahun 1966 sebagai festival rakyat.

Kemudian, FestiVal Arakan Sahur dilaksanakan turun temurun sampai sekarang. 

Baca juga: Festival Arakan Sahur Kuala Tungkal Jambi, Tradisi Unik yang Hanya Hadir di Malam Minggu Ramadan

Baca juga: Pengamanan Maksimal, Festival Arakan Sahur di Tanjabbar Jambi Berlangsung Tertib

Event ini sangat potensial menjadi daya tarik wisatawan di bulan Ramadan.

Bukan hanya membangunkan warga untuk sahur, para anak muda berkreasi menggunakan alat musik beragam dengan ritme yang enak didengar.

Momen Festival Arakan Sahur menarik perhatian wisatawan, bukan hanya di Jambi tapi juga dari luar Jambi. 

Tradisi Unik

Ramadan di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), terasa semakin semarak dengan hadirnya Festival Arakan Sahur, sebuah tradisi yang hanya berlangsung setiap malam Minggu selama bulan puasa.

Setiap malam Minggu sepanjang bulan Ramadan, ribuan warga, termasuk muda-mudi, berkumpul untuk ikut serta dalam sebuah pawai meriah yang bertujuan untuk membangunkan sahur.

Kegiatan ini bukan sekadar membangunkan waktu sahur, tetapi menjadi ajang untuk menampilkan kebersamaan, kreativitas, dan semangat gotong royong yang kental terasa di setiap langkah kaki peserta.

Di malam itu, suasana Kuala Tungkal tampak berbeda. 

Langit yang gelap disinari oleh cahaya lentera dan lampu-lampu indah yang dibawa para peserta.

Mereka bergerak bersama dalam rombongan besar yang penuh semangat, diiringi dengan irama musik tradisional yang dipukul berirama.

Setiap kelompok, yang terdiri dari pemuda-pemudi lokal, memainkan alat musik tradisional seperti tambur, beduk, angklung, dan berbagai macam lainnya dengan irama yang sangat khas dan menggetarkan. 

Namun, yang paling menarik perhatian adalah maskot-maskot hias yang mereka bawa. 

Setiap kelompok Arakan Sahur memiliki maskot yang dihias dengan penuh warna dan detail.

Maskot ini bukan sekadar hiasan, karena beberapa di antaranya juga berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan alat musik.

Maskot-maskot tersebut dirancang dengan ciri khas yang unik, mencerminkan budaya dan kreativitas masing-masing kelompok.

Ada yang berbentuk hewan, ada pula yang menyerupai ikon-ikon lokal dengan pakaian  yang berwarna seragam. 

Masing-masing maskot ini memiliki pakaian dan ornamen yang berbeda, menciptakan tampilan yang beragam dan meriah di sepanjang rute arakan.

"Maskot ini tidak hanya sebagai simbol, tapi juga menjadi identitas kelompok kami. Kami bangga bisa berpartisipasi dalam festival ini dengan membawa maskot yang kami buat sendiri," kata Eko, salah seorang pemuda setempat.

Baca juga: Menteri Parekraf Sandiaga Uno Buka festival Arakan Sahur Tahun 2024 di Tanjab Barat

Pakaian yang dikenakan oleh para peserta juga menarik perhatian. 

Mereka mengenakan seragam yang seragam, tetapi dengan sentuhan unik sesuai dengan tema kelompok mereka.

Beberapa pemuda mengenakan pakaian adat Melayu, sementara yang lain menambahkan aksesori berupa selendang, topi, dan pernak-pernik khas daerah, menambah keceriaan festival tersebut. 

Keberagaman dalam pakaian ini semakin menambah kesan warna-warni yang khas pada Festival Arakan Sahur.

Rute perjalanan yang telah ditentukan oleh panitia juga semakin menambah kemeriahan.

Para peserta berjalan mengikuti jalur yang sudah disusun dengan rapi, dari satu sudut ke sudut lainnya, menyusuri jalan-jalan utama di Kuala Tungkal.

Irama beduk dan tambur yang dipukul bersamaan dengan langkah kaki mereka mengiringi setiap detik perjalanan, menciptakan atmosfer yang penuh semangat.

Di sepanjang rute, warga setempat turut bergabung, menyemarakkan suasana dengan senyum dan sorakan. 

Tak jarang, mereka ikut bergabung dalam irama yang dimainkan, atau sekadar berdiri di depan rumah mereka, menikmati pemandangan festival yang berlangsung.

Penyelenggaraan festival ini juga melibatkan kerjasama antara warga, pemuda, dan pemerintah setempat. 

Panitia Festival Arakan Sahur berusaha menjaga agar tradisi ini tetap hidup dengan memberikan ruang bagi warga untuk berkreasi.

"Festival ini bukan hanya tentang merayakan Ramadan, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga kebersamaan dan melestarikan budaya. Melalui festival ini, kami ingin menunjukkan bahwa budaya lokal kami masih sangat kuat," ujar Novi, salah satu penonton festival.

Bagi warga Kuala Tungkal, Festival Arakan Sahur bukan hanya sekadar ajang hiburan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam mempererat hubungan sosial dan menjaga nilai-nilai kebersamaan.

Setiap tahun, festival ini semakin besar dan melibatkan lebih banyak warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Para pemuda yang terlibat dalam festival ini juga mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan kreativitas mereka, melalui pembuatan maskot, latihan alat musik, dan penyusunan rute perjalanan.

Dengan segala kemeriahan dan keceriaan yang ditawarkan, Festival Arakan Sahur di Kuala Tungkal tidak hanya menjadi tradisi yang menandai datangnya bulan Ramadan, tetapi juga menjadi simbol kehidupan masyarakat yang penuh dengan semangat kebersamaan dan kreatifitas tanpa henti. 

Setiap langkah dalam arakan sahur ini seakan menggambarkan harapan, kedamaian, dan kesatuan yang hidup dalam hati setiap warga Kuala Tungkal. (rara khushshoh azzahro)

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Ular Berbisa Cincin Emas Nyasar ke Rumah Warga, Damkar Batanghari Jambi Sigap Evakuasi

Baca juga: Sosok Ayu Asalasiyah, Wakil Bupati Way Kanan, Berpotensi Jadi Bupati Setelah Ali Rahman Meninggal

Baca juga: BREAKING NEWS: Laka Adu Kambing Bus Vs Truk di Bukit Baling Muaro Jambi

Baca juga: Profil Indro Warkop DKI, Pelawak Anak Jenderal yang Diancam Dibunuh karena Lawakan Satir

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved