Berita Selebritis

Masa Kecil Ferry Irwandi, Waktu SD Sudah Bisa Memasang Jaringan Komputer di Jambi

Nama Ferry Irwandi dikenal sebagai content creator dengan pemikiran kritisnya. Belakangan namanya Kembali mencuat karena menantang dukun santet.

Penulis: Nurlailis | Editor: Nurlailis
Ist
Masa Kecil Ferry Irwandi 

TRIBUNJAMBI.COM - Nama Ferry Irwandi dikenal sebagai content creator dengan pemikiran kritisnya.

Belakangan namanya Kembali mencuat karena secara terang-terangan menantang dukun santet.

Ia bahkan melakukan live streaming sambil menunggu santet itu datang, yang hasilnya tidak kunjung datang juga.

Baca juga: Kemarin Sesumbar Ancam Ferry Irwandi, Kini Akun YouTube Malam Mencekam Bikin Video Klafirikasi

Ferry Irwandi merupakan content creator asal Jambi.

Ia memiliki perjalanan hidup yang penuh warna sejak masa kecilnya di Jambi

Dalam wawancaranya bersama Denny Sumargo di YouTube, ia berbagi kisah menarik tentang latar belakang pendidikannya, pengalaman masa kecil, dan bagaimana lingkungan keluarga yang mendidiknya berperan penting dalam perkembangan dirinya.

Dari Jaringan Komputer di SD hingga Pengaruh Keluarga

Ferry bercerita bahwa sejak usia enam tahun, ia sudah memulai kegiatan yang tidak biasa untuk anak seusianya, yaitu memasang jaringan komputer dan internet di Jambi, yang pada saat itu adalah teknologi yang langka. 

Ia mengungkapkan bahwa pengalamannya ini dimulai dengan bantuan dari sang paman, yang awalnya menganggap Ferry hanya sebagai teknisi kecil, padahal ia yang mengerjakan instalasi internet dan komputer tersebut. 

"Di usia enam tahun, saya sudah memasang jaringan komputer dan internet. Pada waktu itu, internet adalah barang langka di Jambi. Saya belajar otodidak, karena ayah saya mengajarkan saya cara merakit komputer dan memasang sistem jaringan," kenangnya, dikutip tribunjambi.com (20/11/2024).

Keunggulan Ferry dalam bidang teknologi dan komputer sejak dini tak lepas dari dukungan keluarganya, terutama ayahnya yang merupakan seorang dosen.

Ayah Ferry yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi itu mengajarkan banyak hal sejak usia muda, termasuk cara mengoperasikan komputer dan merakit perangkat keras.

Meski pada saat itu Ferry tidak begitu tertarik dengan bidang tersebut, namun ia dengan cepat menguasainya karena keinginan kuat untuk membantu ayahnya yang terbatas dalam hal waktu dan sumber daya.

Baca juga: Ferry Irwandi Ungkap Alasan Menentang Praktik Perdukunan, Buat Deddy Corbuzier Khawatir

Pendidikan yang Mencetak Pemikir Kritis

Selain minat terhadap komputer, sejak kecil Ferry juga menunjukkan bakat luar biasa dalam hal pengetahuan umum.

Ayahnya tidak hanya mengajarkan hal-hal teknis, tetapi juga mengajarkan materi yang lebih kompleks seperti sistem pemilu di Amerika Serikat—topik yang bahkan bisa dijelaskan dengan baik oleh Ferry di usia muda. 

"Di usia 8 tahun, saya sudah bisa menjelaskan tentang Electoral College di Amerika dan perbedaan sistem pemilu di Indonesia. Ayah saya mengajarkan saya banyak hal, tidak hanya soal komputer, tetapi juga topik-topik berat yang membuat saya berpikir kritis sejak dini," jelas Ferry.

Ferry menggambarkan masa kecilnya dengan penuh kedisiplinan, di mana ia dibiasakan untuk berpikir secara logis dan analitis. 

"Matematika itu bukan hanya hitungan, tetapi bahasa. Itu yang diajarkan bapak saya," ujar Ferry. 

Pendidikan yang diterima oleh Ferry tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan, tetapi juga cara berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara efektif. 

Bagi Ferry, pendidikan adalah alat untuk mempermudah kehidupan, karena semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, semakin mudah menghadapi tantangan hidup.

Baca juga: Deddy Corbuzier Ungkap Kekhawatiran pada Ferry Irwandi Karena Tantang Dukun Santet

Tantangan Masa Kecil: Buta Warna dan Disleksia

Meskipun memiliki kecerdasan luar biasa, Ferry mengungkapkan bahwa masa kecilnya tidak bebas dari tantangan. 

Ia mengidap disleksia, yang membuatnya terlambat dalam menulis, serta buta warna yang membuatnya kesulitan membedakan warna dengan jelas. 

Ia menceritakan bagaimana kesulitan tersebut mempengaruhi kehidupannya, tetapi dengan dukungan keluarga, ia mampu mengatasinya. 

"Saya menderita disleksia dan buta warna, jadi saya kesulitan membedakan warna, bahkan hingga sekarang. Tetapi, saya tidak membiarkan itu menghalangi saya. Dengan bantuan keluarga, saya bisa terus maju," ungkapnya.

Baca juga: Content Creator Asal Jambi Tantang Dukun Santet Live Streaming, Ferry Irwandi Beri Hadiah Alphard

Awalnya hanya Ingin Hidup Santai di Jambi

Perjalanan Ferry menuju dunia pendidikan tinggi juga tidak mudah. 

Meski sempat merasakan kehidupan yang lebih santai di Jambi, ia akhirnya memutuskan untuk mengikuti tes seleksi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). 

Tanpa niat yang besar untuk masuk ke STAN, Ferry malah berhasil lulus dengan hasil yang memuaskan, membuktikan kemampuannya di bidang matematika dan bahasa Inggris yang diajarkan sejak kecil oleh ayahnya. 

"Saya waktu itu tidak berniat untuk masuk STAN, saya hanya ikut tes karena teman saya mengajak. Tapi ternyata saya berhasil lolos dengan hasil yang sangat memuaskan," kata Ferry.

Ferry menekankan pentingnya berpikir secara strategis sejak dini.  

Update berita Tribunjambi.com di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved