KFC Indonesia Rugi Sejak 2020, Tahun Ini Kerugiannya Rp3,56 Triliun

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang menaungi restoran waralaba KFC Indonesia mencatat rugi bersih Rp 557,08 miliar hingga kuartal III/2024.

Editor: Suci Rahayu PK
(Wikimedia/Chongkian
Ilustrasi KFC di Malaysia. Ratusan gerai KFC di Malaysia tutup di tengah aksi boikot produk Israel 

TRIBUNJAMBI.COM - PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang menaungi restoran waralaba KFC Indonesia mencatat rugi bersih Rp 557,08 miliar hingga kuartal III/2024.

Ini seperti dilaporkan KFC Indonesia dalam Laporan keuangan konsolidasian per 30 September 2024 yang diunggah di laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tercatat aset perusahaan juga ikut mengalami penurunan.

Per 30 September aset perusahaan tercatat Rp 3,83 triliun, merosot dibandingkan pada 31 Desember 2023 yang asetnya dicatat Rp 3,91 triliun.

Utang perusahaan juga mengalami kenaikan. Dalam laporan teranyar, utang KFC Indonesia adalah sebesar Rp 3,56 triliun, total utang ini naik dibandingkan akhir tahun lalu yang tercatat Rp 3,19 triliun.

Banyak pihak yang menuding kerugian KFC Indonesia akibat dampak boikot pasca-konflik yang memanas di Gaza, Palestina yang diduduki Israel.

Namun bila merujuk pada Laporan Tahunan atau Annual Report KFC Indonesia 2023, perusahaan sejatinya sudah mengalami kerugian besar beruntun selama empat tahun terakhir.

Baca juga: Daftar 7 Calon Rektor UIN STS Jambi - Ada 2 Perempuan dan 5 Laki-laki

Baca juga: Prediksi Skor Mainz 05 vs Dortmund , Cek Head to Head dan Statistik Tim di Bundesliga Jerman

Sementara konflik di Gaza Palestina terjadi sejak Oktober 2023.

Pada 2022 perusahaan sudah mencatat rugi tahun berjalan Rp 77,45 miliar, lalu berlanjut pada tahun 2023, KFC Indonesia juga mencatat rugi Rp 418,21 miliar.

Berikutnya pada 2020 dan 2021 KFC Indonesia juga mengalami kerugian sangat besar, masing-masing Rp 300,61 miliar dan Rp 377,18 miliar.

Dalam laporan manajemen KFC Indonesia yang disampaikan ke BEI, penyebab yang pertama kerugian perusahaan adalah kondisi ekonomi yang belum membaik, terutama setelah pandemi Covid-19. 

Penyebab kedua kerugian tahun ini, adalah karena imbas kampanye boikot beberapa produk Amerika Serikat (AS) di Tanah Air. 

"Kondisi ini merupakan dampak berkepanjangan dari pemulihan Grup dari pandemi Covid-19, di mana penjualan belum mencapai tingkat yang diharapkan oleh manajemen, dan situasi pasar memburuk akibat dampak dari Krisis Timur Tengah," tulis FAST dikutip pada Sabtu (9/11/2024). 

"Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024," sambung FAST.

 

 

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Daftar 7 Calon Rektor UIN STS Jambi - Ada 2 Perempuan dan 5 Laki-laki

Baca juga: Gandeng Aditya Gumay, Kasus Rudapaksan dan Pembunuhwn Penjual Gorengan di Padang Pariaman Difilmkan

Baca juga: Harga Emas di Galeri24 Jambi - Logam Mulia Antam, Lotus Archi, IBS

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved