3 Fakta Kebakaran di Gunung Agung Bali, 2 Pendaki WNA Sempat Terjebak

Kebakaran terjadi di Gunung Agung, Bali. Sebelum kebakaran terjadi, pendakian ke puncak Gunung Agung telah ditutup. Meskipun demikian, 2 WNA nekat ...

Editor: Nurlailis
ist
3 Fakta Kebakaran di Gunung Agung Bali 

TRIBUNJAMBI.COM - Kebakaran terjadi di Gunung Agung, Bali, tepatnya di lereng barat daya pada ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut (Mdpl). 

Hingga Senin, 14 Oktober 2024, petugas dan warga masih mencari cara untuk mencegah api meluas ke area lain.

Kebakaran yang melanda lereng Gunung Agung ini telah menghanguskan vegetasi berupa pohon pinus, cemara, dan semak belukar. 

Baca juga: Kisah Pendaki Hilang di Gunung Slamet, Andalkan Petunjuk Burung untuk Mencari Jalan

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, menjelaskan bahwa tim sempat berkumpul di kantor Resor Pengelolaan Hutan (RPH) Rendang untuk merencanakan penanganan.

Lokasi kebakaran diperkirakan berada sekitar empat hingga lima kilometer dari Pura Pengubengan dan pemukiman warga. 

"Kami terus melakukan pengawasan agar api tidak sampai ke pemukiman warga," jelas Arimbawa.

1.  Ada Pengunjung WNA yang Nekat Mendaki

Sebelum kebakaran terjadi, pendakian ke puncak Gunung Agung telah ditutup dari semua pos pendakian sejak 1 Oktober 2024 hingga 30 November 2024. 

Penutupan ini dilakukan sebagai bagian dari upacara Karya Tabuh Gentuh dan ritual lain di Pura Pasar Agung Besakih Giri Tohlangkir pada tahun 2024.

Meskipun demikian, terdapat laporan bahwa masih ada pengunjung yang nekat mendaki gunung tertinggi di Bali ini. 

Saat kebakaran terjadi, dua warga negara asing (WNA) dari Rusia dan Jerman yang nekat mendaki berhasil dievakuasi oleh pemandu lokal. 

Mereka mendaki melalui jalur Pura Pengubengan pada 12 Oktober 2024. 

Menurut I Gusti Ngurah Eka Wiadnyana, Koordinator Pos SAR Karangasem, keduanya ditemukan dalam perjalanan turun setelah kebakaran terjadi di lereng gunung. 

"Kami hanya melakukan pemantauan dari bawah karena pemandu lokal sudah menemukan target dan sedang dalam perjalanan turun," ungkapnya.

Baca juga: Pendaki Asal Bengkulu dan Sei Penuh Hipotermia di Gunung Kerinci, Padahal Mendaki Pagi Hari

2. Kondisi Kebakaran dan Upaya Penanganan

Arimbawa menyebutkan bahwa titik api pertama kali terlihat pada Minggu sore dan semakin jelas terlihat di malam hari. 

Lokasi kebakaran sulit dijangkau, membutuhkan waktu perjalanan sekitar empat jam dengan akses yang sangat terjal. 

Hal ini membuat upaya pemadaman belum bisa dilakukan secara langsung. 
"Kondisi cuaca panas juga menambah risiko dan memperlambat penanganan," tambahnya.

Dugaan sementara kebakaran dipicu oleh percikan api di semak kering yang membesar karena tertiup angin. 

"Kami masih memantau situasi dari Pura Pengubengan sambil menunggu kondisi yang memungkinkan untuk melakukan tindakan lebih lanjut," jelas Arimbawa.

Hingga kini, luas hutan yang terbakar di Gunung Agung diperkirakan mencapai 100 hektare dengan enam titik api yang membakar vegetasi di lereng gunung.

Baca juga: 2 Pendaki Gunung Kerinci Mengalami Hipotermia Berhasil Dievakuasi dengan Selamat

3. Cuaca Panas Akibat Gerak Semu Matahari

BMKG Wilayah III Denpasar menjelaskan bahwa cuaca panas yang melanda Bali dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh gerak semu matahari. 

Prakirawan BMKG, I Gede Agus Mahendra, mengungkapkan bahwa posisi matahari yang dekat dengan ekuator membuat suhu udara terasa lebih panas, terutama pada siang hari. 

Fenomena ini diperkirakan berlangsung hingga tiga hari ke depan. 

"Suhu masih akan panas, namun sifatnya fluktuatif mengikuti pergeseran gerak matahari," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com

Update berita Tribun Jambi di Google News

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved