WAWANCARA EKSKLUSIF
Prabowo Tanda Tangan Rekomendasi Menit Kelima, Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Seri II
Ahmad Ali mengaku terkesan, sebab Prabowo Subianto justru memberikan rekomendasi kepada seseorang untuk maju pilgub kepadanya.
Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, mengaku sudah bertemu langsung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, ketika menerima rekomendasi untuk maju Pemilihan Gubernur atau Pilgub Sulawesi Tengah.
Ahmad Ali mengaku terkesan, sebab Prabowo Subianto justru memberikan rekomendasi kepada seseorang untuk maju pilgub kepadanya.
Padahal, diketahui bersama bahwa Ahmad Ali merupakan "dedengkot" atau tokoh yang berseberangan dengan Prabowo di Pilpres 2024. Karena, Ahmad Ali merupakan Kepala Timnas Anies-Muhaimin.
"Saya sudah ketemu Pak Prabowo, sudah. Ketika menerima rekomendasi, saya adalah orang, mungkin dari Gerindra, saya adalah orang pertama kali diberikan rekomendasi oleh Pak Prabowo langsung," kata Ahmad Ali saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Kamis (27/6).
"Beliau tahu banget bahwa ini dedengkotnya AMIN ini. Tapi sekali lagi Pak Prabowo seorang negarawan," sambungnya.
Ahmad Ali juga mengaku mendapat pesan langsung dari Prabowo saat menerima rekomendasi Partai Gerindra untuk dirinya maju Pilgub Sulawesi Tengah.
"Tentu pesannya Pak Prabowo satu. ketika jadi gubernur, jangan pernah makan uang negara," ungkapnya.
Ahmad Ali juga mengatakan tidak perlu bertemu dengan Presiden Jokowi karena bukan kapasitasnya sebagai pimpinan partai politik. Dia juga merespons soal Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang belum memberikan rekomendasi untuk dirinya maju di Pilgub Sulawesi Tengah. Ali menilai bahwa rekomendasi itu tinggal menunggu waktu.
"Maksudnya bukan belum. Belum. Bukan tidak lho, belum-belum," ujar Ali.
Lelaki kelahiran Morowali itu juga menilai, bahwa konfigurasi pilpres tidak ada tarikannya dengan Pilkada serentak 2024. Sebab, dia menyakini bahwa Pilpres 2024 telah berakhir.
Ali juga menepis anggapan jika Pilkada 2024 ini akan sama seperti Pilpres 2024 lalu. Dimana, ada pihak yang cawe-cawe dalam pemenangan calon. Apalagi, dia menilai dugaan yang selama ini muncul yakni pengerahan kekuasaan, bantuan sosial hingga kecurangan di Pilpres 2024 tak terbukti oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
Berikut petikan wawancara dengan Ahmad Ali bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra.
Bang, kalau boleh dijelaskan abang sebagai politisi yang senior. Apakah konfigurasi politik di Pilkada 2024 ini mencerminkan juga konfigurasi politik di tingkat nasional, Bang?
Harusnya begini, tunggu dulu, saya koreksi. Saya bukan politisi senior, kami masih muda. Jadi begini, kalau kemudian kita bicara tentang konfigurasi pilpres. Itu kita akan tarik ke Pilkada. Artinya, kita tidak ingin menyelesaikan permasalahan yang pernah terjadi di Pilpres kemarin.
Artinya, ada dua kelompok, ada tiga kelompok. Harusnya ketika sudah selesai pilpres, maka tidak ada lagi sekat itu.
Nah, sehingga kemudian Pilkada 2024 ini harusnya kita lihat dalam konteks secara nasional, secara utuh. Bahwa siapa pun itu tidak lagi menarik sentimen pilpres yang lalu. Jadi tidak ada lagi kalah dan menang.
Dan itu dicerminkan oleh, hari ini sudah dipraktikkan oleh Koalisi Indonesia Maju, KIM. Contoh saya, saya pasti yang pertama yang diberikan rekomendasi adalah Gerindra. Padahal, semua orang tahu saya dari dedengkotnya AMIN.
Artinya, ada kebesaran jiwa, kebesaran hati yang dimiliki oleh teman-teman yang di Koalisi Indonesia Maju untuk melihat Indonesia secara utuh. Sehingga, menurut saya tidak konteksual lagi kita bicarakan itu.
Nah, kalau kita mau melihat Indonesia secara utuh ke depan, maka ayo, kita kontestasi ini mencari kader terbaik.
Jadi, siapa pun figur-figur terbaik yang di daerah, harusnya diberi peluang untuk itu. Dan Partai jangan kemudian tidak memberikan dukungan kepada satu orang, figur yang dimiliki oleh bangsa ini, hanya karena dia berbeda pilihan daripada Pilpres.
Artinya kalau seperti itu, nanti akan dirugikan bangsa ini. Artinya, kita mau setiap daerah akan berangkat bintang. Bintang yang memang nanti diuji oleh rakyat, apakah dia layak menjadi bintang. Dan dia diberi percaya oleh rakyat, tentunya dengan pikiran, gagasan, dan integritas. Karena di setiap daerah pasti memiliki tokoh-tokoh itu.
Bang, banyak orang berpendapat bahwa cerminan dari pilkada ini nanti juga akan membawa efek. Karena cara-cara yang dipakai di pilpres, konon juga akan dipakai di dalam Pilkada. Kebetulan, abang mendapatkan dukungan dari partai atau kelompok yang sekarang menang pemilu. Jadi aman dong abang, karena apa bisa menggunakan infrastruktur politik yang ada untuk kepentingan itu?
Sebenarnya gini, isu tentang hal-hal yang kemudian nanti membuat orang risau. Menggelembungkan kembali isu itu, mengulirkan kembali isu pilpres itu, itu adalah upaya teror menurut saya. Orang pada ketakutan, seakan-akan pilpres ini selesai dengan kekuasaan, interfesi kekuasaan, dan lain-lain.
Tapi karena Mahkamah Konstitusi kemarin sudah memutuskan, tidak terbukti terjadi interfensi kekuasaan itu.
Kalau kemudian itu ada kekhawatiran, maka itulah pentingnya kenapa kita tidak merawat kelompok dalam menghadapi pemilu Pilkada 2024 ini. Sehingga tidak terjadi kristalan kekuasaan.
Jadi kita tidak kemudian, sehingga kemudian ada kelompok yang merasa dipinggirkan, dan tidak dikehendaki.
Saya pikir itu hanyalah isu yang kemudian sengaja digelontorkan, digulirkan terus menurut orang-orang yang memang tidak memahami peta politik secara nasional. Saya pikir Pak Jokowi, partai penguasa hari ini, Pak Presiden, Pak Prabowo yang akan memulai pada bulan Oktober, juga ingin meninggalkan legasi dalam demokrasi kita. Tidak akan ada cawe-cawe menurut saya.
Contohlah, saya ini adalah dedengkotnya Amin. Di mana-mana saya menemani Anies.
Sayalah orang yang pertama kali menemani Anies berkeliling di seluruh Indonesia. Hampir setiap minggu saya muncul. Tapi hari ini saya didukung oleh Gerindra.
Terus, partaiku sendiri belum memberikan rekomendasi.
Nah artinya apa? Artinya bahwa itu tidak akan ada, saya pikir kontestasi pemilihan 2024 ini adalah kontestasi figur dan gagasan. Insyaallah kekuasaan tidak akan ikut. Gak cewe-cewe kayak dulu gitu ya? Gak cawe-cawe. Dulu pun saya tidak melihat itu.
Karena fakta hukumnya, Mahkamah Konstitusi mengatakan tidak menemukan itu. Jadi kita bicara pada konteks politik, konteks hukumnya saja.
Dan saya pun mengambil, apa, memohon ke Gerindra untuk menjadi calon gubernur, tidak mempertimbangkan faktor itu.
Bang, perlu gak sih, abang bertemu langsung dengan Pak Prabowo, minta support dari Pak Jokowi gitu, ketemu Pak Airlangga, perlu gak?
Saya sudah ketemu Pak Prabowo, sudah. Ketika menerima rekomendasi, saya adalah orang, mungkin dari Gerindra, saya adalah orang pertama kali diberikan rekomendasi oleh Pak Prabowo langsung.
Ada sesuatu massage atau pesan tertentu?
Tentu Pesannya Pak Prabowo satu. ketika jadi gubernur, jangan pernah makan uang negara.
Dan beliau tidak teringat masa lalu ketika Pak Ahmad Ali getol?
Beliau tahu banget bahwa ini dedengkotnya AMIN ini. Tapi sekali lagi Pak Prabowo seorang negarawan.
Tapi gak mengungkit itu?
Gak mengungkit itu sama sekali.
Saya ketemu dengan beliau, di menit kelima, rekomendasi sudah ditandatangani langsung.
Menit kelima? Luar biasa ya? Berarti yakin, betul percaya betul sama abang lho?
Masa masyarakat Sulawesi Tengah percaya saya, Pak Prabowo gak percaya.
Ini kan unik lho. Pak Prabowo dalam menit kelima memberikan rekomendasi, Bang Surya belum?
Maksudnya bukan belum. Belum. Bukan tidak lho, belum-belum.
Sekali lagi di tahun 2020, saya tuh tidak jadi gubernur, tidak maju karena tidak diizinkan oleh beliau. Masih
dibutuhkan oleh pantai. Nah, hari ini 10 tahun saya mengambil di Jakarta.
Kalaulah kemudian Sulawesi Tengah itu menjadi lebih baik, jadi saya akan menguburkan mimpi saya untuk menjadi gubernur. Saya lebih nyaman berada di Jakarta. Tapi faktanya sampai hari ini, Sulawesi Tengah itu ternyata tidak jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya sampai hari ini.
Sehingga kemudian saya berkesimpulan bahwa saya harus kembali. Bangun negeri itu.
Ini yang pertanyaan kedua tadi belum dijawab. Apa perlu gak, abang ketemu sama Pak Jokowi?
Pak Jokowi, hari ini dia bukan ketua umum partai. Tidak ada konteksnya.
Tidak ada konteksnya? Kalau saya ketemu Pak Jokowi, haruslah saya lewat mekanisme izin Pak Surya Paloh.
Meskipun abang meyakini beliau masih punya pengaruh kan?
Sebagai presiden pasti punya pengaruh. Itu pasti. Tapi apakah kemudian kita mau minta Pak Jokowi menggunakan kekuasaan itu untuk kepentingan diri saya, Kita akan meminta Pak Jokowi untuk tetap seperti gaya seperti kemarin.
Jangan kita recoki.
Jangan kemudian kita menjadi bagian orang yang membuat masalah buat Pak Jokowi. Saya secara restu pasti mengharapkan itu. Mencari akan, Semua pihak pasti mengharapkan restu dari Pak Jokowi sebagai presiden.
Karena kenapa? Apa pun gubernur nanti yang akan terpilih, dia menjadi bagian daripada pemerintah provinsi, pemerintah pusat. Dia perpenjangan tangan pemerintah pusat. Sehingga hubungan harmonis antara gubernur dan pusat itu sangat diharapkan.
Karena daerah itu tidak akan terbangun. Tidak akan maju tanpa ada dukungan dari pemerintah pusat. Apalagi, Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tengah itu adalah pintu gerbang. Nah kenapa? Sulawesi Tengah itu harus berkontribusi nyata, besar, untuk IKN sendiri. Nah ini yang kemudian yang konsen yang harus dilakukan.
Bang, banyak orang berpendapat bahwa politik di negeri ini mahal lah. Kontestasi di negeri ini mahal. Apakah abang setuju gak?
Tergantung.
Maksudnya gimana, tergantung?
Begini, belajar dari Pilpres 2024. Dalam beberapa kesempatan, mungkin termasuk Kompas, saya pernah katakan bahwa Aniesitu terasa terpolitik. Kita belajar dari situ ya.
Terlepas dari Anies menang dan kalah. Tapi Anies mampu merubah politik mobilisasi ke politik partisipasi. Nah artinya apa, tergantung siapa figurnya yang akan didorong untuk maju.
Kalau figurnya itu menjadi harapan masyarakat, biaya politik itu akan kita bisa minimalisir. Saya, contoh di Sulawesi Tengah. Saya dua kali jadi anggota DPR.
Orang semua di Sulawesi Tengah itu tahu saya secara ekonomi mapan. Tapi Alhamdulillah, satu ampun demi Allah, satu empun amplop saya bagi-bagi untuk menjadi anggota DPR, itu saya tidak lakukan. Dan saya menjadi suara terbanyak.
Jadi amplop nggak ada? Nggak ada. Tapi bahwa ada ongkos sosial, apa yang saya lakukan? Di setiap kali reses saya turun. Dan saya mungkin salah satunya anggota DPR, di tengah kerumunan ribuan orang, saya berani berteriak.
Hai, masyarakat Sulawesi Tengah. Masih adakah jaji politik saya yang belum saya tunaikan di sini? Oh. Kalau masih ada, tolong ingatkan saya.
Karena kenapa, Saya melihat politik itu sebagai ladang pengabdian. Nah maka kemudian ketika dia menjadi ladang pengabdian, maka harus dijaga nilai yang ada di situ. Politik itu bagi saya bukan mata pencarian.
Makanya saya katakan kemarin ketika periode kedua saya menjadi anggota DPR, 6 bulan, zaman 1 tahun sebelumnya, saya sudah umumkan bahwa saya tidak akan lagi maju di periode ketiga. Karena kenapa? Saya mau ingin regenerasi politik.
Kalau saya maju kembali menjadi anggota DPR, saya terpilih lagi di Sulawesi Tengah.
Terus kapan yang lain bisa muncul? Kapan akan ada pengabdi-pengabdi terbaik? Karena ada politik Sulawesi Tengah yang akan muncul menggantikan regenerasi. Sehingga terjadi regenerasi politik. Artinya dengan begitu akan ada pikiran-pikiran segar baru, akan ada pengabdi, akan ada orang yang membawa aspirasi terbaik yang dimiliki Sulawesi Tengah.
Tapi kalau kemudian politik itu, DPR itu dianggap sebagai mata pencaharian, tidak akan pernah terjadi regenerasi politik. Ketika DPR itu dianggap sebagai satu zona nyaman, tidak akan terjadi. Saya maju kemarin di DKI itu adalah kewajiban terhadap partai.
Kalau saya memang maju ingin menjadi anggota DPR, saya maju di Sulawesi Tengah.
Satu di antara masalah yang dihadapi para kepala daerah itu adalah masalah korupsi, hingga 300 sekian kepala daerah harus berurusan dengan lembaga yang namanya komisi pemberantasan korupsi. Dan tadi abang juga diberi pesan khusus sama Pak Prabowo, jangan makan uang negara bukan hanya abang, tapi juga orang-orang yang nanti akan abang pimpin. Gimana itu, Bang?
Saya harus bilang saya tidak akan pernah berpihak jadi gubernur kalau saya belum selesai dengan diri saya.
Jadi cara pandang saya melihat gubernur itu adalah pengabdian, harus selesai dengan diri, sebagai manusia dalam manusia bermanfaat untuk orang lain. Alhamdulillah di umur saya 55 tahun Allah cukupkan rezeki buat saya dan keluarga sehingga saat ini waktunya untuk mengabdi terhadap masyarakat.
Memang menjadi problem kita selama ini, kita terlalu gampang terbuai dengan janji manis dari para politisi. tanpa kemudian kita realistis melihat apakah yang dia katakan itu benar apa enggak. karena tanggung jawab sosial jabatan itu terlalu tinggi.
Di sisi lain salary yang didapatkan untuk jabatan itu tidak sebesar tanggung jawab sosialnya. nah godaannya sangat besar maka kemudian saya tidak ingin men-judge yang lainnya, tapi saya bilang sama diri saya kalau secara ekonomi saya belum selesai, keluarga saya tidak selesai, saya tidak akan pernah berpihak untuk menjadi gubernur, terlalu tinggi risikonya.
Tapi alhamdulillah hari ini saya selesai dengan diri saya, sehingga ingin dengan saya untuk kemudian memiliki pengabdian terbaik kepada masyarakat Sulawesi Tengah.
Karena kesejahteraan itu tidak akan pernah lahir tanpa ada pemimpin yang membimbing rakyat.
Bang, ini pertanyaan pamungkas buat Abang. Nah, kalau Abang kemudian mendapatkan amanah masalahnya Abang selesai bagaimana menjaga agar sanak, keluarga, family, Abang tidak cawe-cawe?
Saya lima orang bersaudara, semua pengusaha. tidak ada satu yang bungsu menjadi pegawai negeri dokter dan yang terlibat di politik itu saya sendiri, keluarga saya adik satu masih DPR, tapi sebelum masuk DPR insyaAllah selesai dengan dirinya.
Saya kebetulan, ayah saya chinese, saya dididik kami dididik jadi ayah pengusaha dan berdidik anak-anaknya menjadi pengusaha.
Kedua, bagi saya pemimpin itu tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, pemimpin itu Gubernur hanya satu, kalau saya terpilih jadi gubernur hanya Ahmad Ali yang gubernur, keluarganya Ahmad Ali, bukan gubernur. Tidak boleh didengar oleh OPD lain.
Tidak kan kamu bisa dapatkan posisi tertentu yang penting di institusi itu, kalau mengharapkan orang dalam, gak mungkin. saya orang yang sangat tegas untuk itu. Insya Allah saya akan menjaga itu, insyaAllah saya tidak akan mempermalukan keluarga saya dengan hal itu.
Bang, kami minta apa memberikan closing statement kepada pemirsa kita, pada pembaca kita silakan, Bang?
Jangan pernah beri maaf kepada politisi busuk. Politisi busuk, ketika dia diberikan maaf, dia diberikan kesempatan atas kebohongannya, maka dia akan mengulangi kebohongan berikutnya. Sehingga lama kelamaan bohong itu menjadi nikmat buat mereka. jadi ayo kita sama-sama lawan politisi busuk. (tribun network/yuda)
Baca juga: Saya Ingin Mewakafkan Diri di Sulawesi Tengah, Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Seri I
Baca juga: Menebak Arah Partai Demokrat di Pilgub Jambi 2024
Saksi Kata, Anggota HMI Dikeroyok di UIN STS Jambi hingga Kepala Bocor |
![]() |
---|
Saksi Kata: Sesepuh Kenali Asam Atas Kota Jambi Siap Mati, Heran Zona Merah Pertamina |
![]() |
---|
SAKSI KATA Pasien Somasi RSUD Kota Jambi, Pengacara: Anak 4 Tahun Meninggal |
![]() |
---|
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.