Human Interest Story

Jhoni Wismar Kumpulkan Puing-puing, 50 Orang Meninggal Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Kusen dan trali jendela ini hanyut hampir 50 meter dari rumah Jhoni yang kini hanya tersisa pondasi batu. "Jendelanya ketemu di sini, jadi saya kumpul

Editor: Duanto AS
(AFP/Ade Yuandha)
Alat berat membersihkan lumpur dan puing setelah banjir lahar dingin Gunung Marapi di Tanah Datar, Sumatra Barat, Selasa (14/5). 

TRIBUNJAMBI.COM, PADANG - Sudah tiga hari sejak banjir bandang menghancurkan rumah rumah di Galuang, Kecamatan Sungai Puar, Agam, Sumatra Barat, pada Selasa (14/5), Jhoni Wismar bersama saudaranya masih sibuk mengumpulkan puing-puing yang tersisa.

Pagi itu, Jhoni dan saudaranya memisahkan trali besi dari kusen jendela berwarna krem yang berlumuran lumpur.

Mereka menggunakan palu, linggis, dan kapak untuk membuka trali dan membawanya ke rumah saudaranya.

Kusen dan trali jendela ini hanyut hampir 50 meter dari rumah Jhoni yang kini hanya tersisa pondasi batu.

"Jendelanya ketemu di sini, jadi saya kumpulkan saja. Soalnya rumah sudah tidak ada lagi," ujar Jhoni.

Sehari sebelumnya, Jhoni juga menemukan sejumlah meja berjarak 5 kilometer dari rumahnya.

Sedangkan peralatan elektronik seperti kulkas, TV, mesin cuci, dan lainnya masih belum diketahui keberadaannya.

Puing-puing rumah semi permanen berukuran 8x12 meter itu telah hilang tak berbekas, hanyut terbawa air bah yang setinggi lima meter lebih, bersama batang beringin dan sampah.

"Airnya sudah seperti tsunami Aceh saja, sangat tinggi dan menakutkan," ungkap Jhoni.

Beruntung, Jhoni dan keluarganya tidak berada di rumah saat kejadian. Mereka menginap di rumah saudara karena akhir pekan.

BPBD mencatat banjir lahar dingin yang menerjang Sumatera Barat menelan korban jiwa sebanyak 41 orang pada Senin (13/5/2024).
BPBD mencatat banjir lahar dingin yang menerjang Sumatera Barat menelan korban jiwa sebanyak 41 orang pada Senin (13/5/2024). (Kompas.id)

Namun, begitu mendengar kabar banjir di pagi hari, Jhoni langsung bergegas ke lokasi dan mendapati rumahnya hanya menyisakan pondasi.

"Kerugiannya entah berapa banyaknya, tidak bisa saya perkirakan lagi," ujar Jhoni dengan tatapan nanar.

Jhoni masih belum tahu harus bagaimana dengan situasi ini. Ia hanya bisa tinggal di rumah saudara sementara waktu.

"Pengungsian tidak ada. Warga yang rumahnya habis hanya bisa menyelamatkan diri masing-masing," terangnya.

Setelah berjam-jam memisahkan trali dan jendela, Jhoni kembali ke rumah saudaranya tanpa melihat kembali kondisi rumahnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved