Konferta AJI Jambi

Workshop Meliput Isu Lingkungan, AJI Jambi Gandeng Yayasan Teman Kecil

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi menggelar workshop meliput isu lingkungan dalam rangkaian Konferensi Kota (Konferta) ke-V AJI Jambi.

Penulis: A Musawira | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/Musawira
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi menggelar workshop meliput isu lingkungan dalam rangkaian Konferensi Kota (Konferta) ke-V AJI Jambi. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi menggelar workshop meliput isu lingkungan dalam rangkaian Konferensi Kota (Konferta) ke-V AJI Jambi.

Worshop ini berlangsung di Gedung Mahligai, Telanaipura, Kota Jambi, Sabtu (2/3/2024).

Workshop yang digelar AJI Jambi ini inklusif untuk masyarakat minoritas karena melibatkan Yayasan Teman Kecil, perkumpulan kaum disabilitas di Ambung Harsa, Jelutung, Kota Jambi.

Yayasan ini menyosialisasikan apa saja yang sudah mereka lakukan di hadapan para peserta workshop.

“Ambung Harsa ialah rumah kebahagiaan kaum disabilitas. Rumah ini merangkul kaum disabilitas di Jambi,” kata Nabil, anggota Yayasan Teman Kecil.

Di Ambung Harsa, ujar Nabil, para kaum disabilitas diberdayakan dengan menghasilkan berbagai produk termasuk kerajinan tangan.

Yayasan Teman Kecil membuktikan bahwa kaum disabilitas bisa menghasilkan karya walau memiliki keterbatasan fisik.

“Jangan lihat kami dari fisik. Tapi lihatlah karya kami. Misalnya batik, souvenir, dan sebagainya. Kami juga menghasilkan kopi,” ujarnya.

Adapun ada tiga pembahasan pokok dalam workshop tersebut, yaitu krisis iklim, perdagangan karbon, dan pertanian keberlanjutan.

Para pemateri dalam kegiatan ini meliputi Koordinator Program KKI Warsi Ade Chandra, Manajer Kajian dan Penguatan Informasi Walhi Jambi Dwi Nanto, dan Sustainable Rubber Program Setara Jambi Rachmat Fauzan.

Puluhan mahasiswa, sejumlah dosen, dan jurnalis, yang hadir dalam kegiatan itu memahami lebih dalam tentang bahayanya perubahan iklim dan bagaimana memitigasinya.

Tidak hanya itu, para peserta juga mengenal kejahatan lingkungan yang memperparah laju perubahan iklim.

“Soal krisis iklim ini sangat krusial. Dampak dari deforestasi dari lahan gambut besar-besaran, pertambangan ilegal, semua itu berdampak ke laju perubahan iklim. Lalu, permukaan air naik,” kata Ketua AJI Jambi Ahmad Riki Sufrian.

Riki mengatakan suatu dampak perubahan iklim ialah musim dan air pasang tidak bisa diprediksi lagi.

Imbasnya, para petani dan warga yang tinggal di area pesisir mengalami kesulitan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved