Massa Rusak Kantor BKSDA dan FZS di Tanjab Barat, Mess dan Kendaraan Hancur

Pada pukul 00.30 WIB, warga bergerak dari desa menuju kantor Dinas BKSDA dan FZS di Simpang Burut, Kelurahan Lubuk Kambing.

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI/HO/BKSDA
Kantor BKSDA dan kantor Frankfurt Zoological Society (FZS) di Kelurahan Lubuk Kambing, Kecamatan Renah Mendalu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, rusak parah, Senin (26/2) pukul 02.00 WIB. 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Kerusakan parah terjadi di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan kantor Frankfurt Zoological Society (FZS), Kelurahan Lubuk Kambing, Kecamatan Renah Mendalu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Kantor tersebut diserang warga pada Senin (26/2) sekira pukul 02.00 WIB.

Penyerangan oleh seratusan orang yang diduga warga Desa Tanah Tumbuh, Desa Muara Danau, dan Kelurahan Lubuk Kambing, Kecamatan Renah Mendaluh.

Penyerangan itu dipicu karena laporan warga ke BKSDA tentang gajah yang masuk perkebunan tidak ditanggapi pihak terkait.

Peristiwa berawal pada Minggu (26/2) pukul 22.30 WIB. Saat itu warga berkumpul di desa masing-masing.

Pada pukul 00.30 WIB, warga bergerak dari desa menuju kantor Dinas BKSDA dan FZS di Simpang Burut, Kelurahan Lubuk Kambing.

Informasi yang dihimpun Tribun, aksi warga diduga akibat lambatnya penanganan pengaduan dari warga ke pihak BKSDA tentang gajah liar yang masuk kebun dan merusak tanaman.

Warga yang mendatangi dua kantor tersebut spontanitas melakukan perusakan.

Kantor BKSDA dan kantor Frankfurt Zoological Society (FZS) di Kelurahan Lubuk Kambing, Kecamatan Renah Mendalu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, rusak parah, Senin (26/2) pukul 02.00 WIB.
Kantor BKSDA dan kantor Frankfurt Zoological Society (FZS) di Kelurahan Lubuk Kambing, Kecamatan Renah Mendalu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, rusak parah, Senin (26/2) pukul 02.00 WIB. (ist)


Akibatnya, kantor BKSDA, satu unit mobil dinas kehutanan bernomor polisi B 9439 BX dan satu unit sepeda motor trail mengalami kerusakan.

Personel BKSDA dan FZS kemudian dievakuasi oleh personel Polsek Merlung.

Nama-nama personel dinas kehutanan dan FZS yang sudah dievakuasi, yakni Poltak Napitupulu, Erwin, Arisman, Ahyat, Adi Oktaper, Zulkarnain, Sartono dan Bambang.

Camat Renah Mendalu, Suhardi, mengatakan bahwa gajah yang masuk perkebunan kelapa sawit warga merupakan gajah penangkaran yang sengaja dilepaskan.

"Gajah penangkaran," katanya, Selasa (27/2).

Menurutnya, gajah itu memang dilepaskan ke hutan lindung. Namun, dia tidak mengetahui mengapa gajah tersebut bisa masuk kawasan perkebunan warga.

"Memang dilepaskan di hutan lindung," ujarnya.

Kejadian itu, Suhardi, kerap berulang setiap tahun. Kejadian serupa kerap terjadi selama dua tahun terakhir.
"Kejadian ini sering berulang ulang dua tahun terakhir ini," ungkapnya.

Sementara itu, terkait penyerangan kantor BKSDA dan kantor FZS di Kelurahan Lubuk Kambing, Suhardi mengaku tidak mengetahuinya.

"Kalau perusakan belum diketahui pasti. Tapi kalau gajah masuk perkebunan warga, ya, ada,"imbuhnya.

BKSDA Beri Tanggapan

Kepala BKSDA Jambi, Donal Hutasoit, menjelaskan kronologi kejadian di mess FZS Simpang Burut.

BKSDA Jambi menyampaikan kronologi awal unjuk rasa warga yang berujung perusakan kendaraan operasional BKSDA dan fasilitas milik FZS selaku mitra BKSDA Jambi.

Donal Hutasoit mengatakan peristiwa itu diawali laporan atas tudingan warga terhadap gajah melakukan perusakan kebun sawit.

Menyikapi laporan warga Muara Danau, pada 20 -26 Februari 2024, BKSDA Jambi menugaskan tim yang terdiri dari dua petugas BKSDA Jambi dan empat anggota FZS untuk memantau dan menggiring tiga ekor Gajah Sumatera yang dilaporkan telah merusak tanaman kelapa sawit warga.

Setelah dicek di lapangan, kebun-kebun masyarakat berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) yang merupakan habitat daerah jelajah Gajah Sumatera di Bentang Alam Bukit Tigapuluh.

"Pada 21 Februari 2024, masyarakat Muara Danau mengadakan rapat dan mengundang tim pengiringan gajah dari BKSDA Jambi dan FZS. Pada pertemuan itu, masyarakat meminta agar gajah tidak digiring, tapi dipindahkan dari wilayah Desa Muara Danau," kata Donal.

Pada 22-25 Februari 2024, tim melakukan penggiringan tiga ekor gajah ke arah utara Desa Muara Danau.

Ketiga gajah itu sudah berada di kawasan hutan produksi (masih berhutan) setelah digiring melewati kawasan hutan produksi yang telah ditanami sawit oleh masyarakat.

"Pada 23 Februari, beredar isu bahwa terdapat 40 gajah sedang bergerak dari Desa Lubuk Mandarsah, Kabupaten Tebo, menuju ke Desa Muara Danau dan Kelurahan Lubuk Kambing, Kabupaten Tanjung Jabung Barat," sebut Donal.

Kondisi kantor BKSDA di Tanjabbar usai diserang warga.
Kondisi kantor BKSDA di Tanjabbar usai diserang warga. (ist)


Pada 24 Februari, tim melakukan verifikasi terkait informasi itu.

Hasilnya menunjukkan adanya pergerakan 15 ekor gajah di kawasan hutan produksi Penyangga TNBT di Desa Lubuk Mandarsah.

Pergerakan gajah tidak mengarah ke Desa Muara Danau dan Kelurahan Lubuk Kambing, tapi mengarah ke Dusun Brandan, Desa Lubuk Mandarsah, Kabupaten Tebo, di kawasan hutan produksi.

Pada 25 Februari 2024 sekira pukul 21.00 WIB, di mess FZS di Simpang Burut, secara tiba-tiba ada 50-100 orang berdatangan dan melakukan demo.

Mereka menuntut jaminan dari BKSDA Jambi agar memindahkan gajah-gajah yang berada di Desa Muara Danau, Kelurahan Lubuk Kambing dan sekitarnya.

Tidak berselang lama, kata Donal, massa yang sudah terprovokasi melakukan tindakan perusakan sebuah mobil operasional BKSDA Jambi, dua unit sepeda motor, dan melempari mess FZS yang berada di Simpang Burut, Desa Tanah Tumbuh, Kecamatan Renah Mendaluh, Tanjabbar.

"Selain melakukan perusakan, masyarakat juga melakukan ancaman terhadap tim di lokasi," ujarnya.

Pada 26 Februari 2024, sekira pukul 01.30 WIB, personel Polsek Merlung sampai di lokasi untuk melakukan evakuasi tim dan sampai di Mapolsek Merlung sekitar pukul 04.00 WIB," kata Donal.

Sore harinya, pada hari yang sama, masa kembali terprovokasi dan merusak fasilitas konservasi di stasiun OOS (Open Orangutan Sanctuary) Danau Alo.

Massa juga membawa serta dan menahan lima orang petugas FZS di Stasiun OU Danau Alo ke Desa Muara Danau.

Setelah itu, BKSDA Jambi menginformasikan dan berkoordinasi dengan Kapolsek Merlung.

Tim kepolisian dipimpin Kapolsek AKP Agung Heru Widodo bersama personel ke lokas. Mereka berhasil mengevakuasi lima orang petugas FZS ke Mapolsek Merlung.

Selanjutnya, pada Senin (26/2) malam, kepolisian dan TNI menuju Stasiun OU Danau Alo untuk mengecek kondisi stasiun pascaperusakan.

"Kami prihatin dengan kondisi ini, dan berharap semua pihak dapat menahan diri, serta bersama-sama mencari solusi untuk menyelamatkan satwa liar, khususnya Gajah Sumatra dan Orangutan Sumatra, sebagai aset dan kebanggaan bangsa Indonesia," tuturnya.

Periksa Saksi

Kapolres Tanjab Barat, AKBP Agung Basuki, mengatkan telah melakukan pemeriksaan saksi terkait dugaan penyerangan warga ke kantor BSKDA dan FZS.

Peristiwa diduga akibat laporan warga ke BKSDA terkait gajah yang merusak perkebunan kelapa sawit warga, namun tidak ditanggapi.

"Ya, mas, kejadian kemarin malam," katanya, Senin (26/2).

Kapolres mengatakan tim penyidik gabungan dari polres dan Polsek Merlung sudah di lokasi untuk memeriksa para saksi terkait penyelidikan dan penyidikan.

"Sekarang sedang proses pemeriksaan saksi di TKP (tempat kejadian perkara; red), oleh Penyidik Polsek Merlung," ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Mulia, melalui Puar Penmas Bidhumas Polda Jambi Ipda Alamsyah Amir mengatakan kasus sudah ditangani Polsek Merlung.

Imbas kejadian itu, ada lima bangunan, mess, kantor, gudang dan dua bangunan mess tamu mengalami kerusakan.

"Beruntung tidak ada yang luka- luka maupun korban jiwa. Saat kejadian langsung dievakuasi ke Polsek Merlung," kata Alamsyah, Selasa (27/2).

Supaya permasalahan dapat segera diselesaikan, kata Alamsyah, warga dengan BKSDA dan FZS sedang dimediasi. "Ya, mereka saat ini masih dimediasi. Untuk informasi lebih lanjut akan disampaikan kembali," tuturnya. (ian/fan)

Baca juga: Kepala Seperti Ular Kobra, Harga Ikan Chana Puluhan Ribu hingga Jutaan Rupiah

Baca juga: Mbah Sumila Dimakamkan Pagi Hari, Siangnya Dipindah Gara-gara Lahan Permakaman Dijual Orang

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved