Human Interest Story
Tiduran Beralas Kardus di Tanah, Kisah KPPS di Batang Asai Sarolangun Dihantam Cuaca Buruk
Tak sedikit para anggota KPPS melepas lelah siang itu, karena sejak Rabu (14/2) pagi hingga Kamis (14/2) siang mereka belum mendapatkan waktu istiraha
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
BEBERAPA orang tidur bergelimpangan beralas kardus dan plastik yang digelar di tanah berumput.
Pemandangan itu terlihat di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01, Desa Padang Jering, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.
Hingga Kamis (15/2) siang, sehari pascapencoblosan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) masih melakukan rekapitulasi suara di beberapa TPS wilayah Kecamatan Batang Asai.
Mereka kelelahan
Tak sedikit para anggota KPPS melepas lelah siang itu, karena sejak Rabu (14/2) pagi hingga Kamis (14/2) siang mereka belum mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Meski begitu, mereka berusaha sigap menyelesaikan penghitungan suara.
"Rasa capai dan lelah, pasti lah, dari pagi kemarin sampai siang ini kita masih di TPS melakukan rekapitulasi. Semalaman tidak tidur kami," kata Wawan, petugas KPPS di TPS 01, Desa Padang Jering, Kecamatan Batang Asai.
Kata Wawan, demi menyukseskan pelaksanaan pemilu, dia dan kawan-kawan tak menyerah saaat melakukan rekapitulasi hasil suara pilpres, DPR RI, DPRD provinsi dan kabupaten, serta DPD.
Penghitungan suara baru selesai pukul 03.00 WIB.
Sembari melepas penat dan suntuk, para petugas KPPS tiduran di atas tanah beralas kotak kardus.
Berbagai penyebab
Pemandangan yang hampir serupa ada di Desa Kasiro dan Desa Kasiro Ilir, Kecamatan Batang Asai.
Rekapitulasi suara baru selesai pada pukul 09.00 WIB.
"Ya, ini baru selesai proses perhitungan suara, mulai dari penghitungan suara presiden, DPD, DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten," kata Rin, petugas KPPS di Desa Kasiro.
Dia menuturkan lambatnya penghitungan surat suara karena pada Rabu kemarin wilayah Batang Asai diguyur hujan.
Akibatnya, warga kesulitan datang ke TPS.
"Ada warga yang sudah datang ke TPS, menitipkan absen, habis itu pulang. Kemudian proses pencoblosan surat suara oleh calon pemilih membutuhkan waktu rerata satu orang lima menit, ditambah lagi proses scan KTP, kondisi Batang Asai listrik padam," tuturnya.
Proses pemungutan dan penghitungan suara di Kecamatan Batang Asai memakan waktu lama.
Idealnya, persiapan, pencoblosan hingga penghitungan surat suara masing-masing TPS sejak pukul 08.00-13.00 WIB.
Namun, penghitungan dan buka kotak suara TPS di Kecamatan Batang Asai waktunya berbeda-beda.
Ada yang tepat waktu pukul 1400 WIB, ada yang baru pada Kamis (15/2) pagi.
Sekretariat Panwascam Desa Padang Jering, Agus Rizal, mengakui pelaksanaan pemungutan suara di Batang Asai berlangsung lama.
Meski begitu, dia mengatakan itu berlangsung aman dan damai.
"Alhamdulillah sampai sekarang hari ini, belum ada masalah dan aman-aman saja. Bahwa di masing-masing TPS Desa Padang Jering siang ini (kemarin) ada yang belum selesai rekapitulasi," tuturnya.
Proses itu butuh waktu lama, kata Agus, karena pada Rabu (14/2) wilayah Batang Asai sedang diguyur hujan. Imbasnya terjadi antrean pemilih hingga pencoblosan di bilik suara.
"Pagi ini saya lihat para petugas KPPS di TPS 01, masih semangat menyelesaikan rekapitulasi," ujarnya.
Taim, petugas KPPS di Batang Asai, juga menuturkan lambatnya proses itu lantaran terkendala cuaca buruk.
"Kemungkinan lambat proses pencoblosan di Batang Asai karena cuaca hujan dari pagi hingga sore, kemudian waktu pencoblosan di bilik suara satu orang makan waktu rata-rata 5 menit," tutupnya.
Sementara itu, Komisioner KPU Sarolangun Divisi Teknis Penyelenggara, Ari Wibowo, mengatakan penghitungan cepat hasil pemilu di Batang Asai masih angka 6 persen.
Penyebabnya kendala dengan jaringan.
"Hasil rekapitulasi yang baru masuk untuk wilayah Batang Asai masih diangka 6-7 persen, karena kendala jaringan dan sering mati lampu," katanya.
Dia mengatakan penghitungan suara di sana hingga kemarin sore masih ada yang belum selesai.
"Karena di sana sering mati lampu dan jaringan juga mati, dan juga di sana sering hujan," tuturnya. (hasbi sabirin)
Baca juga: Mengapa Komeng tak Kampanye Tapi Raih Suara Tinggi DPD Jawa Barat? Komedian Ungkap Dugaan
Baca juga: Suami Caleg di Kota Jambi Ngamuk karena Istri Hanya Dapat Tiga Suara, KPPS dan Ketua RT Babak Belur
Baca juga: Tambang dan Alih Fungsi Lahan Akibatkan Banjir di Kerinci, Warga Waswas Banjir Dahsyat dan Lama
Baca juga: Kepala Seperti Ular Kobra, Harga Ikan Chana Puluhan Ribu hingga Jutaan Rupiah
Rahasia UMKM Jambi Buat Gula Merah dari Nira Kelapa Sawit yang Rasanya Lebih Legit |
![]() |
---|
Cara Wanita Jambi Menabung Uang Koin Seribuan untuk Beli Mobil Rp281 Juta |
![]() |
---|
Kisah Orang Rimba Jambi Beli Sapi dari Menabung dan Hidup di Sudung |
![]() |
---|
Juliana Perempuan Pertama Suku Anak Dalam Jambi yang Jadi Sarjana, Seri V |
![]() |
---|
Puluhan Tahun Alex Bertahan Jajakan Putu di Era Modernisasi Kuliner: Dulu Harganya Rp50 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.