WAWANCARA EKSKLUSIF

Selepas S-1 UI Meluncur ke Manchester University, Hardianto Yoshua CEO Rumah Guru Academy

Hardianto Yoshua merupakan CEO Rumah Guru Academy, lembaga bimbingan belajar yang memiliki banyak program

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS

SELEPAS SMA di Jambi, pemuda ini kuliah di Universitas Indonesia, kemudian mendapat beasiswa di Manchester University. Petualangan hidup dimulai Hardianto setelah itu.

Hardianto Yoshua merupakan CEO Rumah Guru Academy, lembaga bimbingan belajar yang memiliki banyak program.

Meski merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Hardianto merupakan sosok yang memiliki visi dan misi dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, pendidikan dan masa depan dunia kerja terus berkembang serta mengalami perubahan terus menerus.

Berikut petikan wawancara Hardianto Yoshua, CEO Rumah Guru Academy, bersama Jurnalis Tribun Jambi, Fadly dan Tommy.

Abang lahir besar di mana?

Lahirnya di Kota Padang, sempat sekolah di sana di tingkat SD dan SMP, setelah itu pindah ke Jambi SMA. SMA pindah ke Jambi tahun 2009. Habis itu lanjut kuliah di UI Depok, kemudian sempat dapat panggilan ke Jerman, beasiswa juga di Manchester University.

Terakhir, sebelum saya balik ke Jambi, saya sempat kerja juga di Unilever, head office di Jakarta. Kalau sekarang kan yang di Serpong itu, tapi dulu saya masih di Gatsu nih, bagian Spv controller.

Setelah itu, baru saya coba merintis usaha.

S-1 di UI berapa lama, enam tahun?
Ada 3,5 tahun

Kok bisa?

Jadi dulu mindset-nya ingin cepat-cepat lulus supaya bisa cepat kerja. Jadi ngumpulin dana memang jangka panjangnya memang target saya. Memang dari awal bukan ingin kerja, tapi buka usaha.

Berarti dari awal kuliah itu mindset sudah ingin kerja?

Kerja, lulus, bahkan waktu itu skripsi sebenarnya saya sudah selesaikan dalam waktu 2 tahun 9 bulan.

Nah, inilah awal mula saya bisa dapat tawaran untuk kuliah di luar, di Manchester University. Jadi waktu itu yang jadi dosen pembimbing itu adalah salah satu Komisaris Manajemen Risiko Pertamina, ibu Dewi Hanggraini. Nah beliau yang jadi pembimbing saya untuk skripsi. Beliau juga yang tawarin mau enggak nanti saya cari sponsor kamu, saya kuliahin di UK, katanya gitu.

Skripsi sudah selesai sebenarnya 2 tahun 9 bulan. Cuma kan harus sidang bareng sama teman-teman lainnya, jadi nunggu itulah maka ujung-ujungnya jadi 3,5 tahun.

Sebenarnya kalau nunggu itu lebih, sudah lebih cepat lagi tahun S-2. Jadi waktu semester 5 itu saya sudah mulai nyusun proposal dengan empat judul skripsi. Jadi andai kata saya ditolak, yang lain masih ada cadangan, ibaratnya gitu.

Ternyata yang pertama sudah diterima, jadi langsung diproses sampai bab III. Waktu itu masih belum bab IV-V karena belum dibolehin.

Karena enggak ada dosen pembimbing, belum tentu dosen pembimbing yang ngizinin untuk lanjut ke bab karena metode penelitiannya kan belum tentu sesuai gitu. Cuma saya sudah siapin draft itu waktu semester 5 waktu lagi magang.

Saya magang di Unilever, ada program namanya Unilever Leadership Internship. Dari Unilever di situlah saya banyak belajar dan di situ juga saya siapin skripsi tadi gitu. Makanya bisa cepat selesai.

Berarti sembari kerja, skripsi jalan?

Betul, bareng-bareng. Bahkan saya sempat ngekos di dua tempat, di Depok sama daerah depan Central Park Jakarta Barat, Jalan Gelong Raya Timur.

Gimana caranya kerja sama skripsi jalan?

Kalau saya dulu kerja skripsi tinggal

Ada enggak tipsnya?

Biasa waktu sela-sela waktu kosong, misalkan di Unilever itu ada jam-jam kosong waktu, kami masih mahasiswa magang enggak selalu ada project, dikasih jam free.

Saya mulai cari-cari jurnal, baca-baca, nyicil-nyicil saja satu hari satu satu. Ibarat satu saja cukup gitu, lama-lama terkumpul juga gitu jadi waktu-waktu kosong sih.

Di Jakarta pernah party-party ya?

Belajar sela-sela kosong, kami istirahat tidur, lebih banyak olahraga.

Bahkan waktu itu kan di UI jadi ketua UKM sama UKM badminton. Jadi ketua unit kegiatan fakultas sama unit kegiatan mahasiswa. Jadi itu seminggu bahkan lima kali saya di gedung gymnasium UI.

Kadang kunci dikasih ke saya untuk ada kegiatan-kegiatan mahasiswa dikasih kesempatan untuk saya yang pegang kuncinya gitu.

Tahun 2014 kan sempat mewakili ini juga. Kabarnya BEM mulai 2012, 2013, 2014 aktif tuh di badminton, sempat tanding lawan Malaysia, Hongkong, Makau, Singapura.

Yang paling kuat waktu Malaysia itu waktu tanding badminton di sela-sela waktu skripsi juga istirahat, buka laptop set kedua di 2014 itu terakhir, ya bertandingnya.

Pelajaran yang paling disukai apa?

Matematika sama ekonomi

Apa sih yang Abang lihat dari matematika itu?

Yang menarik, oke. Matematika enggak hanya tentang rumus, tapi matematika ngajarin kita untuk pemecahan masalah melihat soal itu dari berbagai sudut pandang.

Di mana kalau cara A enggak bisa cara B. Kita masih bisa coba lakuin nah yang salah itu kebanyakan orang ngehafalin rumus, kemudian konsepnya mereka lupa gitu.

Padahal kalau konsep konsep itu terbentuk dari apa yang mereka bisa pahami. Konsep, kalau mereka sering latihan soal, sering coba kerjakan, bisa enggak pakai cara yang lebih cepat, mereka cari efisiensi dari soal tersebut.

Nah, orang pikir matematika kok nanti bisa pakai kalkulator, nanti sudah dewasa enggak terpakai lagi. Kemudian untuk dunia kerja juga enggak pakai, ada program Excel dan lain-lain. Itu mindset yang sebenarnya perlu diubah.

Karena di matematika kita belajar pemecahan masalah, problem solving dan itu bisa dipakai di dunia nyata.

Contoh, di matematika kita coba pakai rumus tapi enggak berlaku, kita kan bakal cari cara lain. Sama kayak di dunia nyata, kita enggak ketemu masalah kita. Ibaratnya mau instan, mau cepat selesai, nggak coba cari jalan-jalan yang lain gitu, jadi dia punya metodologi berpikir, sistematika berpikir dengan baik dan nggak gampang menyerah.

Kalau sekarang kan ketemu yang sulit, lebih ingin caranya simpel dan instan. Membuat mereka enggak terbiasa maksa dirinya nge-push untuk menyelesaikan tadi. Maka kalau mereka dihadapkan persoalan gampang, generasi sekarang ibaratnya mudah menyerah.

Nanti waktu mereka mau tes, sekolah kedinasan atau perguruan tinggi, mereka berusaha nyari lembaga untuk yang bisa kasih soal yang mirip sama tes. Padahal misalkan lembaga A sudah ngajarin, ternyata soalnya beda, nanti dibilang ah soalnya enggak mirip.

Padahal proses dia belajar tadi untuk mencapai tujuan akhir kalau dia benar-benar ngikutin dengan baik proses tadi itu bakal ada dampak ke dirinya sendiri.

Bukan hanya terkait masalah dia lulus atau enggak gitu. Bukan ngincar dia les bayar sekian jadi berburu-buru, cari lembaga yang berani kasih soal yang mirip gitu dijamin lulus misalkan gitu.

Kalau semua orang kayak gitu, orang yang punya uanglah yang mampu untuk bayar lebih. Contoh nih, ada lembaga A belakangan ini mulai gencar nawarin untuk tes perguruan tinggi, sekian juta dijamin masuk PTN favorit UI, ITB, UGM. Kalau semua kayak gitu, penuhlah UI UGM.

Mindset orang mulai diputar, dicuci pikirannya. Bahwa dengan uang sekian, bisa masuk. Kalau kayak gitu, orang yang punya dana ratusan juta yang punya uang lebih banyak, dia bisa bayar lebih supaya anaknya dulu yang diprioritaskan untuk masuk.

Sepuluh tahun yang akan datang mau seperti apa? Maka Rumah Guru Akademi, bimbel, bisa sampai saat ini, karena saya dari awal membuat semacam skema.

Di tahun sekian, saya punya target gol-golnya. Jadi kita berusaha semaksimal mungkin dan tenaga pengajar yang kita rekrut pun sudah terakreditasi semua ya. Kita cukup panjang proses rekruitmen.

Abang ini owner Rumah Guru Akademi yang lokasinya di mana?

Di depan pom bensin kecil Persijam.

Maksudnya gimana, apakah belajar bimbel di situ atau ada pelajaran lagi buat orang-orang yang mau tes CPNS segala macam atau gimana?

Di sana cukup lengkap. P{aketnya dimulai dari tingkat calistung masih kecil sampai dewasa. Dari usia minimal 5 tahun, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi juga. Perguruan tinggi untuk yang pelajaran ekonomi, akuntansi. Kemudian untuk tes-tes kita lebih fokus ke sana.

Tes lebih fokus. Misalkan mau tes bintara, Akpol, ataupun tes kedinasan IPDN, mau ikut STAN, Poltekim, Poltekip dan juga ada CPNS BUMN juga. Nah BUMN juga bahkan untuk anggota yang sudah jadi masuk kepolisian mau tes naik pangkat jadi perwira, kita bantu juga.

Nama tesnya sip. Kita bantu untuk TNI juga untuk Akmil khususnya untuk Olimpiade. Nah ini jadi ibaratnya titik mula Rumah Guru mulai cukup diketahui di Jambi itu karena kita pertama kali bergeraknya di bidang Olimpiade.

Bimbelnya pertama kali itu terfokus ke Olimpiade dulu, karena belum ada di Jambi ya yang benar-benar concern-nya di bimbal olimpiade. Secara umum ya Matematika Fisika semua lengkap matematika fisika kimia biologi astronomi dan terkhususnya matematika ekonomi akuntansi itu jadi prestasi tersendiri untuk Rumah Guru karena hampir tiap tahun kita selalu meluluskan siswa Jambi ke tingkat nasional.

Tiap tahun hampir selalu ada ya untuk yang OSN, maka nanti ketemu di dinas itu anak-anak kita juga sebenarnya, saya pembina. Saya juga yang ketemu anak-anak sendiri, jadi dari awal berdiri di bidang OSN kita tarik mundur lagi. (rara khushshoh azzahro)

Baca juga: Oknum Sipir Terlibat Jaringan Narkoba Internasional, Kemenkumham Jambi Tak Berikan Bantuan Hukum

Baca juga: Arti Tulisan Ibrani dan Foto Tentara yang Muncul di IG Mahfud MD Saat Diretas

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved