LIPUTAN KHUSUS

Adu Merek di Toko antara Kopi Jambi vs Kopi Saset, Seri ke-3

Bila fokus kepada produksi kopi saja, maka rentan terjadi "nama" kopi Jambi akan diatasnamakan kopi daerah lain.

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
ISTIMEWA
Biji kopi Jangkat di Kabupaten Merangin. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Persaingan kopi asal Jambi dengan kopi saset bermerek di pasaran, masih kalah.

Persoalan itu lantaran nilai tambah dalam pemasaran produk kopi lokal masih kurang.

Dosen Prodi Perbankan Syariah UIN STS Jambi, Refky Fielnanda, menuturkan perhatian yang ada saat ini terlalu berfokus pada lahan produksi kopi.

Sementara untuk memberikan nilai tambah pada petani kopi atau pengusaha kopi di Jambi masih kurang.

"Artinya, kita masih berfokus pada produksi, belum berfokus kepada pemasaran atau hilirisasi kopi. Jadi fokus nanam, memperluas lahan ada tetangga berhasil di bidang kopi di ikut juga nanam kopi," ujarnya beberapa waktu lalu.

Seharusnya, kata Refky, saat ini sudah memikirkan pemasaran kopi yang ada.

Bila fokus kepada produksi kopi saja, maka rentan terjadi "nama" kopi Jambi akan diatasnamakan kopi daerah lain.

Identitas kopi Jambi bisa saja pudar di ranah pemasaran.

"Karena kita tidak berupaya kopi ini sampai kepasaran tidak hilang identitasnya. Untuk varian sudah Oke, tinggal lagi pemasaran, kemasan dan lain sebagainya," kata Refky.

Refky menuturkan masyarakat jarang menemukan kopi Jangkat berada di ritel-ritel di Jambi, seperti fresh grup, Alfamart, Jamtos dan lainnya.

Justru, saat ini kopi yang ada di pasaran bukan berasal dari Jambi seperti merk saset dan lainnya.

"Tentunya pemasaran ini didukung juga oleh pemerintah, pemerintah harus punya keberpihakan terhadap pemasaran kopi Jambi. Diikuti pemberian pelatihan, aspek pemodalan bagi petani kopi atau pengusaha kopi," kata Refky Fielnanda.

"Bagaimana kopi ini layak dan menarik untuk dijual di pasaran, rasa kopi kita tidak kalah di pasaran. Saya sudah banyak merasakan kopi seperti kopi Lombok, Kampung, Aceh dan Banyuwangi. Artinya mampu bersaing kopi-kopi kita itu di pasaran," sambungnya.

Refky menyebutkan, untuk peluang usaha, melihat dari tipologi masyarakat Jambi yang mayoritas melayu.

Masyarakat yang sering bersilaturahmi dan becengkerama dengan keluarga, kawan maupun kolega, maka kopi tidak akan pernah absen dari pertemuan-pertemuan itu.

"Silaturahmi dalam bentuk apapun itu, bagi masyarakat pasti menghidangkan kopi untuk memperlama durasi silaturahmi, memperenak bicara kita," sebutnya.

Tentu ini memberikan peluang- peluang bagi pengusaha coffe shop dan kopi, dengan mengolah kopi dari Jambi yang juga dipasarkan ke masyarakat Jambi itu sendiri.

Tentunya, hal itu dibekali dengan keahlian meracik kopi jangan sampai monoton karena kopi memiliki sifat fleksibel.

Untuk peluang pertanian kopi masih terbuka peluang yang cukup besar diusaha perkebunan kopi, tetapi ada tantangan- tantangan khusus pada aspek pemasaran kopi itu sendiri, kemungkinan mendapatkan hasil tani yang lebih sedikit dan tantangan untuk menghasilkan hasil tani yang berkualitas.

Pengusaha kopi atau pengekspor kopi juga memiliki tantangan tersendiri, karena saat ini pemerintah sedang gencar bahwa makanan dan minuman harus bersertifikasi halal, standar nasional lain hingga standar negara tujuan ekspor yang harus dipenuhi oleh pengusaha.

Pemerintah pun harus turut hadir di industri kopi, memberikan peluang yang sebesar-besarnya terutama pemerintah daerah kepada produk lokal untuk masuk ke ritel yang ada di provinsi Jambi.

Itu salah satu bentuk pemerintah daerah mendukung, bagaimana produk lokal menemukan pasarnya.

Seperti negara-negara di luar yang memberikan peluang pengusaha untuk melakukan ekspor dengan memudahkan administrasi dan permodalan agar produk layak ekspor.

Sementara itu, Nonik, warga Kota Jambi, mengatakan selalu menyediakan kopi merk lokal Jambi di rumahnya.

Persediaan itu untuk suaminya dan tamu yang datang.

"Jambi ini kan beda dengan di Jawa. Di sini ngopi, kalau di sana kebiasaan ngeteh, jadi ada terus," tututrnya.

Nonik mengatakan tidak pernah membeli kopi saset, karena sudah terbiasa merk kopi lokal.

"Dulu adalah pernah yang bilang, ini rasanya kurang, pas kami kasih kopi saset. Makanya kami sekarang selalu pakai kopi (lokal) itulah," tuturnya. (ifa)

Baca juga: Kopi Jambi Keliling Negeri, Dua Pemuda Jelajahi 28 Kota dari Merangin ke Bali, Seri ke 1

Baca juga: Ada Tiga jenis Kopi Jambi, Kopi Liberica Kurang Diminati, Kopi Arabica Paling Banyak Peminat

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved