Teh Kayu Aro Dari Masa ke Masa

Sejak panen perdana teh zaman Belanda hingga dekade tahun 1990an cara panen petik daun teh masih cara manual

Editor: Rahimin
istimewa
Fahran, Manager PTPN 6 Unit Usaha Kayu Aro. 

TRIBUNJAMBI.COM - Sejak dikelola pertama kali oleh perusahaan Belanda pada 1920 atau sudah 103 tahun sampai dengan saat ini, tiga generasi pemetik kebun Teh Kayu Aro serta alat petik teh juga berevolusi.

Bahkan alat petik teh juga telah berkembang mengikuti zaman. Dulu petik teh dengan cara manual kini dengan mesin elektrik.

”Kebun Teh Kayu Aro ini merupakan peninggalan Belanda, dikelola Belanda pertama dibuka sejak 1920. Dulu baik penanaman dan cara petik daun teh juga manual dilakukan dengan tangan,” kata Fahran, Manager PTPN 6 Unit Usaha Kayu Aro, Senin (27/11/2023).

Fahran menjelaskan, sejak panen perdana teh zaman Belanda hingga dekade tahun 1990an cara panen petik daun teh masih cara manual atau dengan dipetik pakai tangan oleh pekerja, kemudian ada alat mesin double yang digunakan untuk panen teh. 

Mesin ini menggunakan bahan bakar bensin dan harus digunakan sampai lima orang tenaga manusia terdiri dari tiga orang memegang mesin, satu orang melangsir pucuk, satu orang lagi mengiwir dan memasukan pucuk ke fishnet saat operasi.

”Setelah mesin double kini kami sudah gunakan mesin single elektrik, mesin ini pakai listrik bukan bahan bakar. Mesin ini pakai batrei cas, seperti handphone bila malam dicas siang digunakan dikebun,” kata Fahran yang didampingi Firdaus, Asisten Personalia Kebun Teh PTPN 6.

Mesin single elektrik ini, tambah fahran jauh lebih efisien dan efektif bila dibandingkan dengan mesin double.

Mesin petik double menggunakan biaya untuk minyak bensin dan saat panen harus lima pemetik menjadi operatornya, sedangkan Single tidak pakai minyak hanya batrai cas listrik dan cukup dengan satu tenaga pemetik pegang sudah bisa operasional panen.

”Dari sisi biaya kami jelas efisien tak perlu beli bensin cukup cas. Dari tenaga manusia juga efektif cukup satu orang pegang saat petik daun teh, tidak lagi lima orang seperti mesin double. Daun teh dan hasil petik juga jauh lebih bagus lagi,” katanya.

Generasi pemetik Teh juga sudah berubah semua, sudah masuk generasi kedua bahkan ketiga dari pemetik teh awal.

"Pemetik sekarang sudah generasi kedua dan ketiga sejak awal kebun ada. Pemetik sekarang ada generasi anak dan cucu pekerja awal dulu zaman Belanda,” ujar Fahran.
 
 Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: PTPN 6 Goes To Campus di Universitas Jambi

Baca juga: PTPN 6 dan SPBUN Sepakat Sejahterakan Karyawan

Baca juga: PTPN 6 Perbaiki Jalan di 4 Kabupaten Sepanjang 12 Kilometer


 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved