WAWANCARA EKSKLUSIF

Syarif Fasha: Saya Kejar Prestasi Kelas 2 SD, Masa Kecil Wali Kota Jambi 2013-2018 dan 2018-2023

Pascamenjabat, Syarif Fasha menyempatkan diri berkunjung ke kantor Tribun Jambi. Di sana, dia memaparkan bagaimana masa kecilnya, sekolah, kuliah

Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Duanto AS

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Syarif Fasha menjabat Wali Kota Jambi selama dua periode, 2013-2018 dan 2018-2023.

Masa jabatannya berakhir pada 4 November 2023, setelah pengumuman daftar calon tetap legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pascamenjabat, Syarif Fasha menyempatkan diri berkunjung ke kantor Tribun Jambi. Di sana, dia memaparkan bagaimana masa kecilnya, sekolah, kuliah hingga memutuskan berkarier di dunia politik.

Seperti apa kisahnya? Berikut petikan wawancara Syarif Fasha bersama Pemimpin Redaksi Tribun Jambi, Yoso Muliawan, di program Politictainment Tribun Jambi.

Kita sudah mengenal sosok Fasha sebagai wali kota, namun tidak banyak yang tahu bagaimana masa kecilnya. Bang Fasha, mungkin bisa berbagai di sini?

Saya dahulu sekolah mulai dari SD dan tidak sempat mengeyam pendidikan di TK, karena orang tua tidak mampu.

Biasanya kan anak-anak di TK sudah bisa membaca, saya dulu bisa dikatakan cukup ketinggalan di kelas 1 SD karena belum bisa membaca

Namun di kelas 2, saya mulai mengejar prestasi dan tidak pernah keluar dari tiga besar sampai kelas 6 SD.

Alhamdullilah, saya bisa masuk ke SMP terbaik di Kota Palembang, yaitu SMPN 16.

Nah, waktu kuliah, saya mengambil jurusan teknik di Universitas Sriwijaya. Selesai kuliah, saya bekerja di kantor konsultan di Palembang.

Pada 1991, saya ditugaskan di Kerinci. Setahun kemudian, saya ditugaskan ke Tanjung Jabung. Dulu belum ada Tanjung Jabung Barat dan Timur, baru ada Tanjung Jabung, sampai 1998.

Apa yang paling dikenang waktu masih sekolah dahulu?

Ya, seperti anak remaja kebanyakan, kenakalan remaja juga menghiasi masa muda saya. Bahkan, saya pernah sampai dikeluarkan dari sekolah. Waktu itu saya pernah mengunci guru di dalam toilet.

Bagaimana didikan orangtua kepada Bang Fasha?

Orangtua laki-laki saya jarang di rumah, karena seorang satpam, dan banyak lembur karena harus menghidupkan kedelapan anaknya. Kami lebih banyak dididik ibu saya, khususnya pendidikan agama.

Ibu saya itu selain ibu rumah tangga juga sebagai juru masak. Kalau dulu itu namanya panggung, juru masak yang dipanggil waktu ada acara atau hajatan. Selain itu dia juga ketua pengajian.

Justru yang membentuk karakter dan mental saya itu kakak saya, sehingga bisa survive.

Kebetulan tempat tinggal saya dahulu daerah "Texas", lingkungannya keras dan terkenal banyak menghasilkan orang yang masuk ke dunia hitam, jadi saya pun dibesarkan di lingkungan dunia hitam. Bahkan, di lingkungan saya dahulu hanya beberapa yang bersekolah.

Apa kesan waktu pertama ke Jambi?

Saya dahulu komplain waktu pertama ditugaskan ke Jambi, tapi pimpinan saya berhasil meyakinkan saya.

Dari Palembang ke Kerinci jaraknya lebih dari 20 jam, kurang lebih lima kali berhenti di jalan. Di jalan, saya sempat beberapa kali bertemu SAD (Suku Anak Dalam).

Tapi, saat melihat Kerinci, saya merasa terkejut karena masih banyak hutan, sedangkan di Palembang saat itu banyak bangunan. Tapi saya betah di sana karena alamnya, kemudian masyarakatnya.

Februari 1992, saya pindah tugas ke Tanjung Jabung. Waktu itu di Sengeti lagi banjir besar, air naik sampai sedengkul dan mobil saya kendarai mogok. Jadi, mobil saya tinggalkan di Sengeti hampir seminggu.

Waktu itu masih proses pembuatan jembatan dan saya ditugaskan untuk mengawasi pengerjaan jembatan tersebut.

Katanya pernah berkuliah di Jambi juga?

Jadi, di tahun 1999, waktu saya sudah berdomisili di Jambi dan saya sudah menjadi kontraktor, untuk meningkatkan kompetensi, saya ingin belajar manajemen, jadi saya kuliah S-1 manajemen. Tujuannya untuk mengembangkan usaha saya.

Di tahun 1999, itu justru saya terkena dampak dari dari krisis saat reformasi. Saya sempat terjatuh dan menjadi miskin. Namun saya bisa bangkit lagi.

Setelah selesai kuliah 2004-2005, saya sudah bangkit lagi dan sudah bekerja sama dengan perbankan

Tidak sampai di situ, untuk mengembangkan kompetensi saya kembali melanjutkan pendidikan dan mengambil S-2 ekonomi pembagunan.

Saya kuliah empat kali di ilmu yang berbeda, termasuk IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri).

Nah, bagaimana cerita di IPDN?

Pertama kali saya berkuliah itu tahun 2014. Saat itu ada Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) dan Gubernur Jambi, Al Haris

Waktu itu kami kuliah di hari Sabtu dan Minggu, sekitar empat tahun.

Nah, sekarang kita masuk ke karier ni. Cerita dong perjalanan kariernya?

Nah, di tahun 2010, saya bisa dikatakan pengusaha untuk ukuran Jambi sudah cukup besar. Jadi saya sudah mapan di ekonomi. Kemudian saya mencoba terjun ke terjun ke dunia politik.

Saya sempat berdiskusi dengan istri, mengenai partai mana tempat saya berlabuh. Istrilah yang memberikan gambaran partai mana yang cocok dengan saya.

Awalnya, saya belum menjadi pengurus partai, tapi menjadi ketua organisasi sayap. Organisasi yang saya pimpin banyak melakukan kegiatan sosial.

Di tahun 2012, saya diberitahu teman mengenai hasil survei untuk wali kota. Ternyata saya masuk tiga besar.

Saya pun heran, kok bisa seperti itu. Waktu itu saya belum tertarik untuk menjadi wali kota, namun saya masih tetap melakukan kegiatan sosial

Setelah tiga bulan, ada teman yang mengusulkan untuk melakukan survei. Jadi, kita bayar lembaga survei untuk melakukan survei.

Ternyata hasilnya saya nomor dua, tetapi bertautan sedikit dengan nomor satu, hanya satu persen. Nah, saya memutuskan maju satu tahun sebelum pemilihan, karena survei saya tinggi dan teman-teman saya juga mendukung.

Menjelang itu, saya terus melakukan kegiatan sosial, khususnya perbaikan infrastruktur. Di satu sisi, alat saya banyak dan saya bisa mengoperasikan semua alat tersebut. Dan saya waktu itu mengincar jalan yang tidak tersentuh PU (dinas pekerjaan umum).

Setelah survei lagi, ternyata saya nomor satu. Tapi saya belum dapat wakil saat itu. Saya dapat wakil itu sekitar tiga bulan sebelum pemilu.

Calon wakil saya saat itu sempat menolak karena tidak PD (percaya diri). Tapi saya yakinkan sehingga kami jalan. Lawan saya cukup berat saat itu.

Apa tanggapan istri sewaktu Bang Fasha memutuskan maju menjadi Wali Kota Jambi ?

Istri saya tidak setuju, tapi saya tetap jalan. Di satu sisi, saya tidak pernah membawa istri saya kampanye, karena saya tidak ingin masyarakat melihat figur istri, saya ingin masyarakat melihat figur saya.

Saat penghitungan pemilihan, sampai sore hari perolehan suara saya belum menjadi yang utama. Nah, waktu malam hari barulah perolehan suara saya banyak dan menjadi yang pertama.

Ketika terpilih apa yang terbayangkan?

Saya tidak terbayang akan menang, karena menang itu urusan Tuhan. Saya waktu itu hanya berpikir calon wali kota. Karena menjadi calon wali kota adalah warga terbaik yang ada di Jambi.

Jadi ketika saya diumumkan menang, saya bingung. Selama tiga bulan, saya sempat bengong, baca buku dan meminta masukan kepada teman, termasuk Arifin Manaf.

Setelah saya dilantik saya berpikir secara entrepreneur. Saya ingin Jambi bisa bangkit dan berlari.

Kalau saya ganti pejabat yang tidak mendukung saya, maka mereka membutuhkan waktu satu tahun untuk belajar lagi. Kalau kita pakai pejabat lama, secara psikologis mereka akan mendukung saya 200 persen dan itu yang terjadi.

Sehingga satu tahun pertama yang dilakukan adalah akselerasi, Di satu sisi, dengan dana yang minim ini pembagunan bisa meningkat.

Pada saat apel pertama, saya sampaikan jika ada datang tim sukses saya keluarga termasuk istri saya yang mengatur-ngatur, anda abaikan, kecuali yang keluar dari mulut saya.

Saya katakan kepada OPD, saya tidak akan menukar anda maka bekerjalah dengan tenang, tapi ikuti ritme saya

Yang pertama saya lakukan saya membedah APBD. Kemudian saya mulai melakukan efesiensi.

Contoh, waktu itu kepala dinas kesehatan masih membangun puskesmas, sehingga tidak fokus memberi pelayanan kesehatan. Begitu juga di dinas pendidikan. Untuk itu, semua pembagunan dialihkan ke PU (dinas pekerjaan umum). Kemudian saya juga memangkas perjalanan dinas.

Selanjutnya, saya mengunakan jaringan saya di tingkat nasional untuk mencari bantuan pembiayaan. Di 2014 saya juga menggarap dana bantuan internasional. Sehingga banyak yang kami dapatkan.

Sampai saat ini, dana internasional yang membantu Jambi telah lebih dari Rp1 triliun. (m yon rinaldi)

Baca juga: Tolak Stockpile Batubara, Warga Sudah Surati Gubernur Jambi dan Ancam Bawa Massa Lebih Besar

Baca juga: Viral Pengantin Wanita Kesurupan Tiba-tiba Menari Menuju Pelaminan, Bikin Merinding Warga

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved