Bisnis

Beras Semakin Mahal, Begini Saran Analis Untuk Emiten Produsen Beras

Harga beras naik akibat El Nino yang menyebabkan terjadi kekeringan dimana-mana sehingga banyak petani gagal panen.

Editor: Hendri Dunan
Tribunjambi.com/Musawira
Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani melaunching Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Tahun 2023 Tahap II di Komplek Pergudangan Bulog Pasir Putih, Kota Jambi, Senin (11/9/2023). 


TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Harga beras naik akibat El Nino yang menyebabkan terjadi kekeringan dimana-mana sehingga banyak petani gagal panen.

Tetapi pemerintah melalui Badan Pangan Nasional memberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar modern. Penentuan HET berbeda-beda di setiap wilayah sesuai zonasi.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan, berbagai sentimen yang mempengaruhi emiten produsen beras saat ini akan dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja emiten produsen beras. Emiten beras harus menghadapi persaingan dengan beras impor yang lebih murah, serta keterbatasan dalam menaikkan harga jual produk mereka akibat adanya HET.

“Selain itu, kenaikan harga bahan baku juga dapat menekan margin keuntungan mereka. Hal ini tercermin dari kinerja saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) dan PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) yang cenderung melemah sejak awal tahun,” kata Reza, Senin (17/10).

Adapun belum lama ini, Corporate Secretary PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI), Santa Alfira mengatakan bahwa untuk penjualan beras di pasar modern saat ini memang sangat kecil dan secara rata-rata masih ada margin tetapi sangat terbatas.

Lalu PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) juga bertransformasi untuk fokus memproduksi beras berbumbu dan beras sehat agar pertumbuhan penjualan tetap naik di masa seperti ini.

“Saran atau masukan saya terhadap emiten produsen beras adalah untuk terus berinovasi dan menciptakan produk yang tepat untuk konsumen, terutama yang bersegmentasi menengah ke atas,“ kata Reza.

Selain itu, emiten produsen beras juga perlu meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk mengurangi biaya produksi. Lalu, mereka juga dapat memanfaatkan peluang ekspor beras ke negara-negara tetangga yang memiliki permintaan tinggi, seperti Filipina dan Malaysia.

Reza mengatakan, proyeksi emiten konsumen beras hingga akhir tahun ini masih bergantung pada beberapa faktor, seperti faktor cuaca el nino, kebijakan pemerintah terkait impor dan HET beras, serta dinamika permintaan dan penawaran di pasar domestik dan internasional.

“Secara umum, saya melihat prospek emiten konsumen beras masih positif, karena produk beras merupakan makanan pokok yang defensif dan memiliki pangsa pasar yang luas.” Kata Reza.

Namun, dia juga menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan tren pergerakan sahamnya dan mencari momentum yang tepat untuk membeli atau menjualnya.

 

 

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved