Pilpres 2024

Prediksi Fahri Hamzah Jelang Pilpres 2024 Setahun Silam Terbukti, Singgung Koalisi Anies Baswedan?

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah membuktikan prediksi setahun lalu terkait dinamika politik jelang Pilpres 2024.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Partai Gelora/Ist/Kolase Tribun Jambi
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah membuktikan prediksi setahun lalu terkait dinamika politik jelang Pilpres 2024. 

TRIBUNJAMBI.COM - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah membuktikan prediksi setahun lalu terkait dinamika politik jelang Pilpres 2024.

Tahun lalu dia menganalisa bahwa koalisi partai politik dan pencalonan presiden tidak bisa dipastikan.

Bahkan sebuah koalisi bisa bubar sebelum pendaftaran dibuka Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Seperti diketahui bahwa koalisi yang mengalami perubahan itu yakni Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Dalam koalisi tersebut Partai Demokrat menarik dukungan terhadap Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Penarikan itu lantaran Demokrat merasa dikhianati atas tidak dipilihnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Cawapres.

Anies Baswedan besama Partai Nasdem meminang Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai Cawapres.

Dengan demikian, Fahri Hamzah menegaskan bahwa tidak ada yang percaya terhadap prediksinya tahun lalu itu.

Baca juga: Bantah Khianati Demokrat, Sudirman Said Ungkap Alasan Anies-AHY Tak Berjodoh di Pilpres 2024

Baca juga: AHY Ucapkan Selamat ke Anies-Muhaimin Sebagai Pasangan di Pilpres 2024: Semoga Sukses

Baca juga: Ditinggal Anies, AHY: Kita Harus Segera Move On, Demokrat Siap Menyongsong Peluang Baik Didepan

"Orang tidak percaya dengan omongan saya, hanya karena ada seseorang yang mencalonkan diri begitu dini, lalu dengan pencalonan itu dipakai untuk memaksa orang untuk mendukung dia, baik parpol maupun basis-basis masa," kata Fahri Hamzah melalui keterangannya, Senin (4/9/2023).

Diketahui sebelumnya, Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS resmi mengusung Anies Baswedan sebagai Capres di Pilpres 2024.

Sayangnya, peta politik berubah karena Partai Nasdem dan Anies Baswedan meninggalkan dua partai peserta koalisinya dalam menentukan bakal Cawaspres.

Seperti diketahui, yang dipilih menjadi Cawapres mantan Gubernur DKI Jakarta itu yakni Cak Imin.

Sontak, manuver Partai Nasdem yang dipimpin ketua umumnya Surya Paloh dan capres Anies itu, membuat Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyoho (SBY) meradang.

Dengan tegas Partai Demokrat menyatakan keluar dari koalisi dan menarik dukungannya ke Anies Baswedan.

"Kekecewaan Partai Demokrat ini tentunya sangat beralasan, karena sebelumnya Anies melaui surat yang ditulisnya sendiri telah meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketum Partai Demokrat untuk bersedia mendampinginya sebagai Cawapres di Pilpres 2024 nanti," sebut Fahri Hamzah.

Karena itu, Fahri Hamzah mengatakan, bahwa omong kosong kalau koalisi dan pencalonan presiden sebelum dimulai pendaftaran akan berjalan lancar, khususnya diinternal koalisi.

Baca juga: Cerai Dengan Anies, Ini Arah Partai Demokrat Selanjutnya

"Karena semua itu adalah manuver yang motifnya bukan untuk pemenangan, tetapi untuk menaikkan posisi tawar, dan mengambil keuntungan jangka pendek sebelum pendaftaran resmi dilakukan," katanya.

"Termasuk rekrutmen partai-partai dalam koalisi untuk mencukupi 'tiket' dan sebagianya. Itu semua omong kosong, termasuk kombinasi capres-cawapres yang diiming-imingi kepada ketua umum partai politik, itu semua omong kosong. Karena sekali lagi, pada akhirnya semua itu ditentukan tidak berbasis pada angka jumlah 'tiket'," katanya lagi.

Menurut Fahri Hamzah, kekacauan dari penerapan presidential threshold atau PT 20 persen yang dipaksakan ini, maka pertemuan partai dan koalisi-koalisi itu murni hanya untuk kepentingan sesaat, termasuk adalah kepentingan memenuhi 'tiket'.

"Kalau ada kawan baru yang memenuhi kepentingan 'tiket', sementara kawan lama terlalu banyak kepentingan dan keinginan, mereka bisa ditendang," kata dia

"Atau kalau ada kemungkinan 'tiket' itu dikaitkan dengan komposisi jumlah kandidat dalam kombinasi, maka ada pihak yang bsa dikorbankan atau pada akhirnya kalau para pemberi biaya alias bohir-bohir tidak sepakat dengan kombinasi itu, maka kombinasi itu bisa dibubarkan. Jadi prediksi saya setahun lalu itu murni karena saya membaca keseluruhan sistemnya. Itu sebabnya saya kecewa karena ada pemanfatan identitas di dalamnya, seperti pemanfaatan identitas agama yang seolah-olah orang itu akan seterusnya berjuang sebagai kandidat Islam, karena tidak ada lagi seperti itu," lanjut dia.

Pemimpin itu, dikatakan Fahri Hamzah, seharusnya beradu gagasan, bukan klaim-klaim primordial yang dia halang sejak awal, yang memberikan keuntungan kepada kandidat itu dan juga pada partai pendukungnya yang bermetamorfosa untuk mendapatkan ceruk dari basis-basis yang selama ini tidak akrab dengan dia.

"Anda tahu sendiri yang saya maksud. Tetapi intinya adalah kita sebagai rakyat pemilih jangan mau lagi dibohongi, ditipu-tipu oleh rekayasa para elite, untuk mengambil keuntungan bagi mereka pribadi," kata dia.

"Tidak ada hubungannya dengan kepentingan dan perjuangan kita, itu hanya penggunaan simbol-simbol identitas saja. Saya kira harus dicermati dan kita baca secara cerdas untuk menyongsong Pemilu 2024 yang akan datang," pungkas Fahri.

AHY: Partai Demokrat Move On

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan bahwa Demokrat telah move setelah ditinggalkan Anies Baswedan yang memilih Cak Imin di Pilpres 2024.

Baca juga: Info BMKG Hari Ini, Senin 4 September2023, Tobelo dan Bengkulu Diguncang Gempa Bermagnitudo 4,7

Bahkan AHY mengungkapkan bahwa Demokrat siap menyongsong peluang-peluang baik yang ada di depan.

Awalnya dia menyebutkan bahwa para kader dan simpatisan merasa kecewa atas dinamika politik yang terjadi belakangan ini.

Dia menyebutkan bahwa kekecewaan dan kemarahan itu terjadi karenan adanya pihak yang melanggar kesepakatan.

"Saya tahu kader Demokrat marah dan kecewa. Marah dan kecewa bukan karena ketumnya tidak menjadi Cawapres, tetapi perjuangan Demokrat telah dilukai oleh mereka yang tidak jujur."

"Serta telah melanggar komitmen dan kesepakatan, bagi demokrat ini sesuatu yang fundamental," ujar AHY dilansir dari tayangan Breakingnews KompasTV, Senin (4/9/2023).

AHY mengatakan bahwa pihaknya merasakan hiruk pikuk politik menjelang Pemilu 2024 bahwa komitmen politik menjadi tidak lagi penting dan relevan dalam mencapai tujuan.

Sehingga untuk kedepannya, AHY menegaskan akan berkoalisi dengan partai lain.

"Dalam memperjuangkan upaya perubahan dan perbaikan itu, Demokrat akan berikhtiar untuk bergabung dengan koalisi lain."

"Yang memiliki kesamaan cara pandang, visi kebangsaan dan etika politik," ujarnya.

Untuk itu semua, AHY mengajak seluruh kader dan simpatisan Partai Demokrat untuk besama-sama menyongsong politik kedepannya.

"Mari kita songsong perjalanan politik yang baru dengan hati yang bersih, dengan niat yang baik, cara baik dan tujuan yang baik," kata AHY.

"Tentu dengan memberi maaf kepada siapapun yang menyakiti kita baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga kita bisa memaafkan walaupun tidak begitu saja memaafkan," katanya.

Baca juga: AHY Ajak Kader Sabar dan Ikhlas Pasca Ditinggalkan Anies: Takkan Patah Oleh Ganjalan Politik Keras

Dia menegaskan bahwa Partai Demokrat telah Move On dari Koalisi Perubahan dan Anies Baswedan.

"Mari kita buka lembaran baru kedepan, kita harus segera move on, hari ini kami keluarga Partai Demokrat dengan berbesar hati, dengan kerendahan hati menyatakan move on dan siap menyongsong peluang-peluang baik didepan," tandasnya.

Sudirman Said Bantah Khianati

Juru Bicara Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Sudirman Said mengungkap alasan Anies Baswedan dan Partai Nasdem tidak memilih Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Cawapres di Pilpres 2024.

Sebagaimana diketahui bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta dan Nasdem memilih Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Pasangan tersebut telah dideklarasikan di Hotel Majapahit pada Sabtu (2/9/2023) lalu.

Namun dibalik tidak dipilihnya AHY sebagai Cawapres disebut sebagai bentuk pengkhianatan di Koalisi Perubahan dan khsusunya Partai Demokrat.

Terkait itu, Sudirman Sait membantah bahwa Partai Nasdem dan Anies Baswedan tidak melakukan pengkhianatan.

Dia menjelaskan bahwa niat baik keduanya (Anies Baswedan dan AHY) belum mendapat momentumnya.

Baca juga: Datang Melapor dengan Wajah Lebam, Wanita ini Diduga Korban Penganiayaan Oknum Anggota DPRD

"Yang terjadi diantara keduanya bukanlah tindak pengkhianatan satu sama lain, melainkan niat baik dan komitmen bekerja sama yang belum bertemu momentum," kata Sudirman Said dalam keterangannya Senin (4/9/2023).

Dia mengatakan, baik Anies Baswedan maupun AHY memiliki keterbatasan dalam mewujudkannya.

Terlebih dikatakannya, Anies Baswedan bukan pengurus atau kader partai tertentu.

"Sehingga tidak punya daya paksa untuk memutuskan apa yang sudah menjadi pilihannya," sambungnya.

Sudirman Said mendoakan agar Partai Demokrat bersama AHY bisa menemukan jalan terbaik berkontribusi perbaikan dan kebaikan di Indonesia.

"Saya berdoa Mas AHY dan Partai Demokrat akan menemukan jalan terbaik untuk bersama-sama terus berkontribusi bagi perbaikan dan kebaikan Indonesia ke depan," kata Sudirman Said.

Dia melanjutkan semua menyadari bahwa Pemilu dan Pilpres hanyalah satu fragmen pengelolaan bangsa dan negara.

Bila dalam Pemilu belum bisa bekerja sama, masih banyak agenda-agenda besar yang dapat mempertemukan kedua tokoh muda ini.

"Bila pun karena satu dan lain hal, takdir tetap membawa keduanya untuk tetap bekerja sama dalam Pemilu 2024, jalan masih terbuka lebar," tegasnya.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: AS Roma Terpaksa Keluarkan 2 Pemain Barunya dari Skuad di Liga Europa, Berikut Daftarnya

Baca juga: KPK Sebut Proses Penyelidikan Mantan Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmano Telah Selesai

Baca juga: Oklin Fia Dikabarkan Bakal Jadi Duta MUI Pasca Buat Konten Tak Senonoh

Baca juga: Baru Bergabung ke Al-Hilal Neymar ungkap Keinginannya Bermain di MLS dan Liga Brasil

Artikel ini diolah dari Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved