Lomba Kereta Peti Sabun Muncul Setelah 35 Tahun Tak Digelar di Bandung, Banjir Penonton

Lomba pertama digelar di Sukajadi, Bandung, pada 1950 dan terakhir di Sukajadi pada 1988. Artinya, terakhir kali lomba digelar 34 tahun lalu.

Editor: Duanto AS
TRIBUNJABAR.ID/PUTRI PUSPITA
Peserta lomba kereta peti sabun di Jalan Diponegoro, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (26/8). Desain kereta peserta bermacam-macam. 

TRIBUNJAMBI.COM, BANDUNG - Meskipun cuaca panas yang cukup terik, namun penonton lomba kereta peti sabun di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, begitu ramai antusias. Beragam jenis dan desain kereta ada di sana.

Bagi generasi milenial dan gen Z, kereta peti sabun ini mungkin hal baru.

Pasalnya, sudah 35 tahun lomba ini sudah tidak pernah diadakan kembali di Bandung, Jawa Barat.

Namun, siapa sangka, peserta perlombaan kereta peti sabun ini cukup banyak, mencapai 144 peserta.

Di halaman Museum Geologi, tampak deretan kereta peti sabun dengan bentuk berbeda-beda.

Peserta pun tampak siap berlomba menggunakan kereta peti sabun yang telah mereka kreasikan sejak beberapa bulan sebelumnya.

Berbagai warna dan bentuk kereta peti sabun ini dibuat sesuai dengan kreativitas masing-masing peserta.

"Lomba kereta peti sabun saat ini adalah lembaran sejarah baru.

"Selama 35 tahun vakum akhirnya berkat dukungan semua unsur Forkopinda dan sponsor serta alumni SMPN 2 Bandung dan Damas akhirnya terlaksana lomba Kereta Peti Sabun," kata Kemal Panigoro, Ketua Panitia Lomba Kereta Peti Sabun ke-10.

Lomba pertama digelar di Sukajadi, Bandung, pada 1950 dan terakhir di Sukajadi pada 1988.

Artinya, terakhir kali lomba digelar 34 tahun lalu.

Kemal mengatakan karena kali ini ada sponsor, maka namanya menjadi Red Bull Peti Sabun 2023.

Pihaknya tidak hanya menggelar balapan, tapi di dalam masih yang lebih seru.

Pada hari pertama, ada race atau balapan.

Hari kedua, ada perlombaan bukan hanya balapan dengan beragam rintangan.

"Ada jumping, masuk air, memukul balon dan lain sebagainya. Jadi besok datang lagi karena akan lebih seru," katanya.

Satu di antara peserta itu adalah kereta peti sabun hasil karya Desain Produk Institut Teknologi Bandung.

Sang pengendara, Ikhlas Aditya, mengatakan berkolaborasi dengan beberapa orang untuk membuatnya.

"Proses pengerjaanya kurang lebih dua bulan dan kami membuat empat jenis kereta peti sabun yang berbeda, diantaranya kereta redbull, kereta speed, kereta glamour, dan kereta versi murah," kata Ikhlas saat ditemui di sela perlombaan, di Jalan Diponegoro, Sabtu (26/8).

Uniknya, kereta peti sabun speed rancangan Desain Produk ITB ini tidak ada tempat duduk seperti pada umumnya. Pengendara harus telungkup untuk mengendalikan stang kereta peti sabun ini.

"Kami ingin membuat peti sabun yang ngebut dan kecepatan maksimal. Proses membuatnya, kami pun berkonsultasi dengan dosen ITB dan ahli engineering," ujar Ikhlas.

Ikhlas mengatakan di Indonesia ia belum pernah mengetahui apa itu kereta peti sabun.

Akhirnya, dia mencari tahu dan ada di luar negeri.

"Saya lihat kereta peti sabun ini ada di film Barbie," ucapnya.

Sebelum mengikuti perlombaan, Ikhlas mengatakan ia dan teman-temannya sudah melakukan uji coba kecepatan dari kereta peti sabun ini.

"Kami telah mengetes sebelumnya di jalur yang ekstrim, di daerah Dago Atas dan pinggirnya jurang," tuturnya.

Tanpa Mesin

Kereta peti sabun merupakan sebuah kendaraan kecil berkapasitas satu orang yang tidak menggunakan mesin. Kendaraan ini populer di Amerika pada 1930-an

Desain Unik

Setelah 35 tahun vakum di Bandung, kini perlombaan kereta peti sabun kembali diadakan yang ke-10 kalinya.

Menariknya, meskipun telah lama ditinggalkan, keikutsertaan masyarakat untuk terlibat begitu tinggi.

Berbagai jenis dan bentuk kereta peti sabun pun hadir.

Penampilan bentuk kereta peti sabun yang paling unik adalah berbentuk bathtub lengkap dengan busa-busa dan aksesori sabunnya.

Kendaraan ini dibuat oleh mahasiswa Desain Produk Itenas bersama para dosennya.

Bath tub berwarna pink ini begitu menarik perhatian dan ternyata semua bahan yang digunakan berbahan dasar limbah.

Dosen Desain Produk Itenas, Agung Pramudya Wijaya mengatakan untuk sebagian orang limbah adalah musibah, namun bagi timnya adalah sebuah berkah.

"Konsepnya adalah limbah. Kami menggunakan bathtub bekas, penutup closet bekas, shower bekas, dan rangkanya dibuat dari kaki-kaki meja gambar di studio yang dimutalasi lalu disambungkan," kata Agung saat ditemui di sela perlombaan kereta peti sabun di Jalan Diponegoro, Sabtu (28/8).

Dalam proses pembuatannya ini dikatakan Agung timnya merespon bentuk yang sudah ada.

Misalnya saja ketika mendapatkan bahan dengan lengkung berbentuk 45 derajat atau 95 derajat dimanfaatkan tanpa ada yang diedit.

"Tema yang diambil ini adalah memang kamar mandi. Katanya kamar mandi itu tempat untuk merenung dan dapat banyak gagasan," katanya.

"Ya mudah-mudahan siapa yang naik ini akan menjadi orang yang kreatif lagi untuk bisa menggali gagasannya walapun hanya dalam kamar mandi," ucap Agung.

Adanya kegiatan lomba kereta peti sabun ini, Agung begitu antusias dan membuatnya terharu.

Sambil menahan air matanya, ia mengatakan kegiatan ini adalah obat yang paling ampuh.

"Luar biasa melihat kakek-kakek mendorong mobil seperti kembali ke masa kecil. Tapi itu obat yang ampuh melebihi obat dari dokter, ini obat yang mahal untuk Indonesia," katanya.

Kegiatan Lomba Kereta Peti Sabun diikuti 144 peserta yang mayoritas berasal dari Bandung, Cirebon, Jakarta dan Surabaya. (tribunjabar.id/putri puspita nilawati)

Baca juga: SDN 212 Kota Jambi akan Dieksekusi, Putusan MA Soal Sengketa Pemkot Jambi vs Hermanto

Baca juga: Sekuriti Meninggal Usai Lerai Suami Istri Cekcok saat Sidang Perceraian di Bukittinggi

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved