Pilpres 2024

Respon Anies Baswedan Soal Survei Elektabilitas di Urutan Ketiga, Dikalahkan Prabowo dan Ganjar

Bacapres Anies Baswedan menanggapi hasil survei terkait elektabilitas yang selalu di urutan ketiga, dibawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist
Bacapres Anies Baswedan menanggapi hasil survei terkait elektabilitas yang selalu di urutan ketiga, dibawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. 

TRIBUNJAMBI.COM - Bacapres Anies Baswedan menanggapi hasil survei terkait elektabilitas yang selalu di urutan ketiga.

Dua capres yang unggul dari mantan Gubernur DKI Jakarta itu yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Namun terkait itu, Anies menyebutkan bahwa dirinya tidak mempermasalahkannya.

Anies Baswedan berkelakar bahwa survei yang paling akurat adalah perhitungan suara saat pemilihan dilakukan.

Sebagai diketahui bahwa Pilpres 2024 akan dilaksanakan pada 14 Febuari 2024.

"Nanti toh keputusannya survei yang paling akurat itu sensus tanggal 14 Februari. Itu paling akurat," ujar Anies Baswedan di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2023).

Menurutnya, saat ini dirinya fokus melakukan sosialisasi mengenai gagasannya bila terpilih menjadi presiden.

"Yang penting sekarang kami sosialisasi terus, sampaikan yang menjadi gagasan," ujarnya.

Baca juga: Tidak Dukung Anies, Golkar Memiliki Pilihan Sempit Prabowo atau Ganjar

Baca juga: Reaksi Rocky Gerung Saat Presiden Jokowi Tak Ambil Pusing Dugaan Penghinaannya: Pikirannya Benar

Baca juga: PAN Belum Tentukan Dukungan di Pilpres 2024, Gegara Erick Thohir Belum Dipinang Ganjar atau Prabowo?

Anies Baswedan menegaskan bahwa penurunan dan kenaikan hasil survei merupakan hal yang biasa.

"Mengenai survei itu ada masa naik ada masa turun, itu biasa," ucapnya.

Terkait dengan bakal calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya, Anies enggan mengungkapkan kapan cawapresnya akan diumumkan. Ia berujar, hal itu akan diumumkan pada waktunya.

"Untuk penentuan wakil (calon wakil presiden) nanti, pada waktu yang tepat diumumkan. Pokoknya pada waktunya akan diumumkan, gitu saja," tukasnya.

Adapun, survei teranyar Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Anies berada di posisi ketiga dengan meraih 21,5 persen.

Sementara, Prabowo menduduki puncak survei dengan elektabilitas 36,8 persen, disusul Ganjar Pranowo yang meraih 35,7 persen. Temuan itu berdasarkan survei yang digelar pada 20-24 Juni 2023.

Politikus PKS Mardani Ali Sera menyatakan, sosok bakal cawapres untuk Anies yang terpenting bisa meningkatkan elektoral di pilpres, dan menguatkan Koalisi Perubahan.

Sehingga, dia menambahkan, kemenangan di pilpres bisa didapat.

"Pandangan saya dua, dia bisa enggak menambah elektoral, insentif elektoralnya, tapi juga mengokohkan koalisi," ucap anggota Komisi II DPR itu.

Baca juga: Anies Baswedan Didorong Tunjuk Cawapres dari Kalangan NU, Nasib AHY?

Mardani menyinggung bahwa kerja sama Partai Nasdem, PKS, dan Demokrat dalam KPP tak dibangun secara instan.

Ia meyakini, siapapun sosok cawapres yang dipilih Anies akan diterima oleh parpol di Koalisi Perubahan.

"Tetapi apapun, pokoknya keputusan Mas Anies-lah," tandasnya

Dikaitkan dengan Donald Trump

Pengamat komunikasi politik menanggapi pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengaikan elektabilitas Anies Baswedan dengan kemenangan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Sebab saat ini kepopuleran Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan itu kalah dibandingkan dua capres lainnya.

Dua pesaing mantan Gubernur DKI Jakarta itu yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Meski kalah dari dua kandidat lainnya, Jusuf Kalla optimis Anies Baswedan akan menang di Pilpres 2024 mendatang.

Keyakinan itu disampaikannya berkaca dari Pilkada DKI Jakarta pada 2027 silam.

Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik menanggapi pernyataan Jusuf Kalla itu.

Baca juga: Ditolak Bareskrim, Laporan Dugaan Penghinaan Rocky Gerung ke Jokowi Diterima Polda Metro, Alasannya?

Dia mengatakan bahwa JK memiliki alasan yang kuat untuk mengaikan Anies Baswedan dan Donald Trump soal survei elektabilitas.

Alasan itu yakni bahwa survei tidak melulu harus dijadikan patokan dalam pemilihan.

"Optimisme JK beralasan karena hasil survei kerap sekali meleset. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara lain," kata Jamiluddin dalam keterangannya, Selasa (1/8/2023).

Tak hanya itu, Jamiluddin juga menilai bahwa hasil survei hanya bisa digunakan saat beberapa waktu usai periode penelitiannya dilakukan.

Dalam kata lain, tidak wajar jika digunakan untuk memprediksi hasilnya ke depan.

"Hal itu terjadi karena pendapat umum itu sangat dinamis. Pendapat seseorang dapat berubah-ubah tergantung isu yang menerpa objek atau sosok yang dinilai," kata dia.

Tak hanya itu, penilaian survei juga kerap kali diberikan oleh responden yang hanya melihat pada sisi objek yang dinilai.

Dimana kata Jamiluddin, jika ada satu objek yang pada saat dilakukannya survei sedang diterpa suatu isu, maka hasil surveinya akan berpengaruh pada tingkat elektabilitas.

"Kalau isu megenai objek atau sosok yang dinilai cenderung positif, maka elektabilitasnya akan berpeluang tinggi. Sebaliknya, kalau isu menerpa objek atau sosok banyak negatifnya, maka elektabilitas berpeluang akan turun," beber dia.

Atas hal itu menurut Jamiluddin, hasil survei yang selama ini beredar wajar dijadikan oleh JK alasan untuk nantinya Anies Baswedan bisa tetap memenangkan Pilpres.

Pada hasil survei juga kata Jamiluddin, kerap mengalami kesalahan dalam penetapan sampel atau contoh penelitian.

Kesalahan itu berkaitan dengan penetapan karakteristik dan jumlah sampel.

"Bisa jadi karakteristik sampel yang diambil tidak menggambarkan karakteristik pemilih (populasi). Akibatnya, karakteristik sampel tidak merepresentasikan karakteristik pemilih (populasi)," ucapnya.

Terlebih, penetapan jumlah sampel atau responden dalam survei kebanyakan terhitung sangat sedikit.

Bahkan kata dia, jumlahnya hampir tidak mewakili seluruh jumlah masyarakat Indonesia

Baca juga: Viral, Gubernur Tegur Pihak RSUD Raden Mattaher, Sesali Pasien Minta Dirawat Malah Disuruh Pulang

"Selain itu, jumlah sampel yang diteliti juga akan menentukan presisinya. Kalau jumlah sampel 1.200 dan pemilihnya 205 juta, maka presisinya rendah," kata dia.

Lebih lanjut, faktor lain juga bisa mempengaruhi hasil survei itu sendiri. Termasuk adanya 'by order' atau pesanan yang memberikan sponsor untuk menargetkan keunggulan di hasil survei.

"Dalam situasi demikian, lembaga survei tidak lagi menjadi peneliti. Ia sudah berubah menjadi tim sukses yang mengemas hasil surveinya untuk kepentingan sponsor atau capres tertentu," tukas Jamiluddin.

Atas hal itu, dinilai wajar jika JK kata Jamiluddin merasa optimistis dengan membandingkan elektabilitas Anies Baswedan dengan kemenangan Donald Trump.

Sebelumnya, Jusuf Kalla menanggapi perihal masih rendahnya elektabilitas Bacapres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan.

JK menyinggung kemenangan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump, meski memiliki elektabilitas yang rendah.

"Trump juga rendah sekali elektabilitasnya menurut para peneliti," kata JK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/7/2023).

Dijelaskan mantan Ketua Umum Partai Golkar itu, kalkulasi elektabilitas tersebut kerap terjadi jelang pemilihan umum.

Namun, kata JK, ada tren yang tidak terlalu berpengaruh lantaran hanya ditentukan oleh responden yang terbatas.

"Pilihan dari pada 1.200 orang (responden) pada pemilih 205 juta (pemilih) itu tidak menggambarkan itu. Ada caranya tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat. Itu trennya saja seperti itu," ujarnya.

Lebih lanjut, JK menyinggung Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, di mana Anies meraih kemenangan meski memiliki elektabilitas rendah.

"Waktu di DKI juga Anies terendah kan posisi tiga tapi kemudian dia terpilih. Itu lebih kecil kurang lebih tujuh juta pemilih diwakili 1.200," ujar JK.

Adapun, elektabilitas Anies berada di posisi ketiga dalam sejumlah hasil survei. Sedangkan, bakal capres Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo saling kejar di posisi satu atau dua.

Misalnya hasil Lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis Minggu (23/7/2023).

Dalam survei tersebut turut disampaikan terkait dengan tingkat elektabilitas dari para sosok yang digadang berpotensi maju sebagai calon presiden (capres) dalam Pilpres 2024 mendatang.

Peneliti Utama Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menyatakan, pihaknya menggelar survei dengan beberapa simulasi.

Dimana dalam simulasi tertutup dengan menampilkan 10 nama, nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati urutan paling atas tingkat elektabilitas nya.

"Di simulasi 10 nama tertutup Prabowo teratas dengan 33,5 persen, kemudian Ganjar 32,8 persen, Anies 17,8 persen, lalu Ridwan Kamil 4,2 persen," kata Burhanuddin saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Minggu (23/7/2023).

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Ketua Umum Partai Demokrat AHY Puji Srikandi Demokrat Jambi Mutiara Ramadhani

Baca juga: 3 Promo KFC Hari Ini 3 Agustus 2023, Bucket Special Kemerdekaan Rp161 Ribuan

Baca juga: Reaksi Rocky Gerung Saat Presiden Jokowi Tak Ambil Pusing Dugaan Penghinaannya: Pikirannya Benar

Baca juga: Pukulan Besar untuk Arsenal, Gabriel Jesus akan Kembali Absen di Awal Musim Liga Inggris

Artikel ini diolah dari TribunJateng.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved