Berita Unik

Mengenal FOMO, Fenomena Psikologis yang Muncul pada Pertengahan 2000-an

Banyak orang sering melihat sorotan kehidupan orang lain di platform seperti Facebook, Instagram, atau Snapchat, dan merasakan tekanan untuk mengikuti

Penulis: M Fadli | Editor: M Fadli
freepik, anastasia1012
ilustrasi Fomo 

TRIBUNJAMBI.COM - FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi istilah yang diperkenalkan pada tahun 2004 untuk menggambarkan fenomena yang sering terlihat di situs jejaring sosial.

FOMO mencakup dua proses utama, yaitu persepsi kehilangan dan perilaku kompulsif untuk mempertahankan koneksi sosial.

Fenomena ini merupakan respons psikologis umum yang ditandai dengan perasaan cemas atau tidak nyaman saat seseorang merasa bahwa mereka mungkin melewatkan pengalaman, peristiwa, atau peluang yang menyenangkan atau bermanfaat.

FOMO sering kali muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain sedang berpartisipasi dalam sesuatu yang menarik, atau ketika mereka merasa tidak sepenuhnya terlibat dalam momen yang sedang terjadi.

Fenomena ini menjadi semakin umum di era media sosial dan konektivitas yang konstan.

Banyak orang sering melihat sorotan kehidupan orang lain di platform seperti Facebook, Instagram, atau Snapchat, dan merasakan tekanan untuk mengikuti atau membandingkan diri dengan orang lain.

Media sosial menjadi salah satu pemicu utama FOMO.

Melihat postingan tentang pesta, liburan, atau acara seru orang lain dapat memicu rasa takut ditinggalkan dan membuat individu merasa kehilangan pengalaman penting.

Selain itu, FOMO juga dapat mempersulit proses pengambilan keputusan, karena individu khawatir bahwa memilih satu opsi berarti kehilangan sesuatu yang lebih baik.

Orang-orang dengan FOMO juga cenderung terus-menerus memeriksa media sosial atau ponsel mereka untuk tetap mengikuti apa yang dilakukan orang lain, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecemasan dan menurunkan produktivitas.

Selain itu, paparan terus-menerus terhadap kehidupan sempurna yang ditampilkan oleh orang lain di media sosial juga dapat menyebabkan perasaan tidak puas dengan kehidupan sendiri dan kebutuhan yang berkelanjutan akan validasi dan perhatian.

Untuk mengelola atau mengatasi FOMO, ada beberapa langkah yang dapat diambil.

Pertama, penting untuk mengenali pemicu yang memicu rasa takut akan kehilangan dan memahami bagaimana hal tersebut mempengaruhi emosi dan perilaku.

Selanjutnya, penting untuk memprioritaskan dan menetapkan batasan dalam kehidupan sehari-hari.

Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting dan sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi.

Batasi penggunaan media sosial dan tentukan waktu yang ditentukan untuk memeriksanya.

Selanjutnya, latihlah rasa syukur atas apa yang sudah dimiliki dan pengalaman yang sedang dialami saat ini.

Ingatkan diri sendiri bahwa kehidupan setiap orang memiliki pasang surut, dan apa yang ditampilkan di media sosial hanyalah versi yang dipilih dengan sengaja.

Terakhir, hadirkan diri sepenuhnya dalam momen saat ini dengan melatih perhatian penuh.

Hal ini dapat membantu mengurangi kecemasan karena kehilangan apa yang dilakukan orang lain dan memungkinkan seseorang untuk menikmati dan menghargai pengalaman pribadi.

Dapatkan Berita Terupdate Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Isi Curhatan Vera Simanjuntak, Kekasih Brigadir Yosua yang Tewas di Tangan Ferdy Sambo Setahun Lalu

Baca juga: Prediksi Skor Persita vs PSIS Semarang, Berita Tim dan Starting XI, Kick off 19.00 WIB

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved