Kembangkan Produk dengan KUR BRI, Sambal Tempoyak Maugi Jual 1000 Produk Perbulan
UMKM sambal tempoyak Maugi butuh waktu sampai satu tahun hingga menemukan resep yang tepat di 2017. Nama Maugi sendiri tercetus karena nama itu...
TRIBUNJAMBI.COM - Tempoyak merupakan sajian berkuah khas di Jambi yang berbahan dasar durian. Salah satu UMKM mengembangkannya menjadi sambal tempoyak yang bisa tahan lama.
Owner sambal tempoyak Maugi, Pendrawati menceritakan proses dirinya memulai usaha pada 2015 dengan produk keripik ikan seluang. Saat itu ia mencoba banyak produk seperti kue kering, keripik pisang, dan lainnya.
Sampai akhirnya ia terpikir untuk membuat produk khas Jambi karena dulu di acara bazar belum banyak yang melakukannya. Ia pun ingin produk yang berbeda dari yang lainnya.
Baca juga: BRI Peduli, Desa Ini Dijadikan Sebagai Percontohan Pengelolaan Sampah Pilah
Maka terpikirlah sambal tempoyak yang ia beri nama Maugi. Rencananya juga tidak serta merta berjalan mulus karena ia butuh waktu sampai satu tahun hingga menemukan resep yang tepat di 2017.
"Trial eror nya sampai setahun karena tempoyak ini kan basah. Jadi belum dapat resep yang bisa buat ini tahan lama," ungkapnya, (24/5/2023).
Sampai ia melihat produk lempok di acara bazar, ia pun jadi menemukan ide untuk mengkreasikan resep sambal tempoyaknya. Karena lempok dan sambal tempoyak terbuat dari bahan dasar yang sama yaitu durian. Lempok adalah dodok durian khas Jambi yang biasa dijadikan oleh-oleh.
Saat awal pun ia belum berani memberikan tanggal kadaluarsa. Ia mengatakan produknya bisa bertahan hingga 7 bulan.
Nama Maugi sendiri tercetus karena nama itu gampang diingat dan agar orang mau lagi mencoba sambal tempoyak ini.
Awalnya ia menitipkan sambal tempoyak di toko oleh-oleh Jambi bernama Tempoyak di Thehok sebanyak 10 buah. Produknya habis terjual dengan kemasan yang masih apa adanya.
Baca juga: Tertatih saat Pandemi Covid-19, BRI Bantu UMKM Bangkit Melalui Transformasi Digital
Disperindag Jambi pun melirik produk sambal tempoyak ini untuk Expo di Jakarta. Ia membawa 100 botol dan masih tidak percaya diri apakah produknya akan laris atau tidak. Namun ia tetap memberanikan diri. Rupanya dalam satu hari 100 produknya langsung ludes terjual. Dari situ ia terus memperbaiki kualitas produk, kemasan, perizinan.
Pada 2019 ia mengajukan KUR BRI untuk pengembangan produknya. Rencananya ia akan ekspor ke Arab Saudi. Namun pandemi Covid menyerang sehingga ia harus membatalkan rencananya.
Dengan produk yang sudah dibuat ia pun mencari cara bagaimana agar laris terjual. Dengan dibantu mahasiswa magang, ia mulai berjualan secara online di instagram dan fecebook dan membuat website. Untuk penjualan di marketplace seperti Shopee dan Tokopedia ia serahkan pada reseller.
Baca juga: Anengsi 20 Tahun Berjualan di Kantin Sekolah, Setia Bersama KUR BRI Kembangkan Usaha
"Walau tidak jadi ekspor produknya tetap terjual. Penjualan sambal tempoyak ini sudah sampai ke luar negeri seperti Korea Selatan," ungkapnya.
Dalam satu minggu ia memproduksi 3 kali. Dalam satu kali produksi bisa mencapai 300 botol. Sedang untuk penjualan dalam sebulan bisa mencalai 1000 botol baik untuk Kota Jambi ataupun dikirim ke luar daerah.
Pemimpin Cabang BRI Kanca Jambi, Tomy Irawan mengatakan program Kredit Usaha Mikro (KUR) bisa membantu pelaku UMKM dalam permodalan. Dana yang dikucurkan bisa mencapai Rp100 juta.
"Dulu hanya bisa sampai dengan Rp50 juta, sekarang bisa sampai Rp100 juta tanpa agunan," ungkapnya.
Kucuran dana ini diberikan secara bertahap berdasarkan volume usaha. Bila usaha sudah berjalan dan settle namun masih kurang modal, baru bisa diberikan KUR sampai dengan Rp100 juta.
Update berita Tribun Jambi di Google News