Abu Vulkanik Tipis Turun ke Beberapa Wilayah di Sumbar Pasca Erupsi Gunung Marapi Pekan Lalu
Erupsi Gunung Merapi sejak pekan lalu mulai mengeluarkan abu vulkanik dan menghujani beberapa wilayah di Sumatera Barat
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Beberapa wilayah di Sumatera Barat mulai dihujani abu vulkanik dari erupsi Gunung Marapi yang terjadi selama satu pekan terakhir.
Wilayah yang dijatuhi tersebut seperti Cumantiang, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam.
Hujan abu tipis itu dibenarkan Camat Candung, Noviardi.
Dia menyebutkan bahwa abu vulkanik mulai turun di Cumantiang pasca erupsi pada pukul 7.00 WIB.
"Kondisi di Cumantiang setelah erupsi Marapi sekira pukul 7.00 WIB pagi tadi, mengarahkan abu vulkanik halus ke sini," ungkap Noviardi.
Abu vulkanik tersebut mengeluarkan aroma menyengat khas belerang di sekitar Cumantiang.
"Abu vulkanik ini agak berbau belerang, tercium juga oleh warga di Cumantiang," terang Noviardi.
Kendati demikian, kata Noviardi, abu vulkanik yang turun di Cumantiang itu tidak berlangsung lama, sebab berselang setengah jam arah angin sudah berubah lagi.
Baca juga: Gunung Kerinci Jambi dan Gunung Marapi Sumbar Erupsi Bersamaan, Waspada Level II
"Jelang setengah jam pasca abu vulkanik turun di Cumantiang ini, arah angin berubah lagi, diperkirakan ke arah timur," kata Noviardi.
Novriadi menyampaikan, hujan abu atau turunnya abu vulkanik imbas erupsi Marapi itu, baru dirasakan di sekitar Cumantiang saja.
Sedangkan, kata Novriadi, di wilayah lain serupa Nagari Lasi dan Candung, belum ada laporan serupa hujan abu itu.
Diketahui, erupsi di Gunung Marapi telah terjadi sejak Sabtu (7/1/2023), dengan letusan perdananya pada pukul 06.11 WIB. Lalu, erupsi di Gunung Marapi masih berlanjut hingga kini.
Pendakian dan aktivitas warga ke Gunung Marapi juga telah dihentikan sementara waktu, hingga kondisi erupsi di Gunung Marapi sudah berhenti total.
Diberitakan sebelumnya, Para ahli memperkirakan, dampak bahaya dari erupsi Gunung Marapi tidak semenakutkan yang dibayangkan.
Baca juga: Erupsi Gunung Kerinci Setinggi 1.200 Meter pada Pukul 18.10 WIB
Pasalnya, erupsi Gunung Marapi itu masuk kategori letusan freatik. Terjadi akibat adanya gerakan uap air yang terlalu panas di dasar kawah.
"Kita ibaratkan serupa air dalam teko, saat dia panas, maka air otomatis keluar lalu menimbulkan uap, itulah yang kini terjadi di Gunung Marapi," kata Kepala pos PGA Marapi, Teguh Purnomo.
Teguh menyampaikan, Gunung Marapi memiliki keunikan dibanding gunung api yang lainnya. Keunikan itu pula yang bisa disebut sebagai keberuntungan.
"Jika gunung api yang lain ketika erupsi ini menimbulkan letusan percikan api dan lava yang mengalir, Gunung Marapi tidak seperti itu," ungkap Teguh.
Sebab, kata Teguh, potensi paling bahaya dari erupsi di Gunung Marapi ini, hanya berdampak kepada ketebalan asapnya dan turunnya abu vulkanik ke pemukiman warga.
Lebih lanjut, jika ledakan erupsi Gunung Marapi cukup dahsyat dan melebihi rata-rata, kata Teguh, bakal menyebabkan material batuam kecil sebesar kelereng sampai ke pemukiman.
"Radiusnya pun juga tidak terlalu jauh. Material yang terlempar itu berdampak kepada pemukiman di badan Gunung Marapi saja," kata Teguh.
"Kalau abu vulkanik yang dikeluarkan itu, bisa turun ke pemukiman yang dibawa kemana arah angin pada saat itu," tambah Teguh.
Untuk itu, Teguh mengatakan, masyarakat tidak telalu cemas dan takut ketika erupsi di Gunung Marapi. Serta, selalu memperhatikan atap rumah dan bahan pangannya.
"Ditakutkan nanti ada abu vulkanik yang turun dan sampai ke atap hingga sumur, ini beresiko besar terhadap keracunan jika sampai termakan" tutur Teguh.
Sementara itu petugas pos PGA Marapi, Ahmad Rifandi menyampaikan, sejarah Gunung Marapi meletus disertai lelehan lava pernah terjadi.
"Kalau dirunut ke sejarahnya, lelehan lava pernah terjadi di Gunung Marapi, tercatat itu pada 1987 silam," ungkap Rifandi.
Namun, potensi terjadinya lelehan lava itu, kata Rifandi, diprediksi tidak akan terjadi saat erupsi Gunung Marapi saat ini.
Sebab, sejauh ini PGA Marapi tidak melihat adanya indikasi perubahan sifat erupsi di Gunung Marapi.
Baca juga: Puluhan Pendaki Dikabarkan di Puncak Saat Gunung Merapi Sumbar Erupsi dan Semburkan Abu Vulkanik
"Sejauh ini masih akan bersifat letusan atau erupsi freatik, hanya berdampak kepada banyaknya uap berupa abu vulkanik yang disemburkan keluar kawah," kata Rifandi.
Rifandi menjelaskan, perubahan sifat letusan dari gunung api itu, tidak didasari faktor khusus. Semuanya terjadi secara alami saja.
"Untuk melihat dan menyebutnya freatik itu, kita harus melihat dan mengamati dari gerakan letusannya hingga tremor yang terjadi juga. Sejauh ini, Gunung Marapi masih aman, hanya erupsi bersifat freatik," pungkas Rifandi.
Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Putra Siregar Stop Uang Bulanan Septia Yetri Pasca Digugat Cerai: Saya Minta Transfer Nggak Dikirim
Baca juga: Barcelona Raih Trofi Pertama Musim Ini Setelah Mengalahkan Real Madrid 1-3, Gavi Tampil Brilian
Baca juga: Cerita Masa Lalu Ria Ricis, Marah Besar kepada ART Gegara Hal Kecil ini
Baca juga: Kemnaker Siap Kelola BLK Milik Pemda, Wakil Menteri Ketenagakerjaan: Berbahagialah Orang Jambi
Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.