Ada Mantera dan Kemenyan, Ini Analisa Pakar soal Misteri Kematian Satu Keluarga di Kalideres
Misteri kemenyan dan mantra di kain milik satu keluarga tewas di Kalideres hingga kini belum terungkap
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
TRIBUNJAMBI.COM - Hingga kini kemenyan dan mantra di kain milik satu keluarga tewas di Kalideres hingga kini masih misteri.
Pakar Ahli Psikologi Forensik, Reza Indrairi Amriel berspekulasi bahwa tidak menutup kemungkinan keluarga tersebut melakukan bunuh diri karena dimotivasi oleh nilai spiritualitas tertentu.
Cukup beralasan jika dugaan satu keluarga tersebut berencana ingin meninggal dunia dengan damai.
"Damai menurut mereka tentunya," ucap Reza, menurut keterangan dari press release yang ia kirimkan kepada Tribunnews.com, Rabu (30/11/2022).
Selanjutnya spekulasi bisa mengarah soal kematian atau bunuh diri tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan.
Di antaranya anggota termuda harus meninggal paling akhir dan menutup akses makanan bagi tiga anggota keluarga lainnya.
Dengan situasi yang demikian, maka peristiwa bunuh diri satu keluarga di Kalideres tersebut dianggap sebagai peristiwa yang disertai pidana.
Sebagaimana pada Pasal 345 KUHP tentang Penganjuran dan Pertolongan Bunuh Diri.
Namun di Indonesia tidak mengenal istilah Posthumous Trial atau pengadilan yang diadakan setelah kematian terdakwa, maka Ditreskrimum Polda Metro Jaya (PMJ) dapat menyatakan kasus ditutup.
Dari analisa ini, simpulan yang didapatkan termasuk pada simpulan kasus yang tidak terpecahkan.
Sebaiknya pemberitaan dan obrolan mengenai kasus kematian satu keluarga tersebut juga berhenti.
"Sehingga tidak mendorong terjadinya penularan bunuh diri di tengah masyarakat," ungkap Reza.
Pengaruh sang Paman
Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengatakan, Budyanto diduga menjadi sosok yang menganut kepercayaan tersebut.
Tak semua anggota keluarga menganut kepercayaan itu secara penuh.