Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen Rabu 16 Nov 2022 - Tuhan yang Memberkati
Bacaan ayat: Ayub 42:12 (TB) TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas
Renungan Harian Kristen Rabu 16 Nov 2022 - Tuhan yang Memberkati
Bacaan ayat: Ayub 42:12 (TB) TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.
Oleh Pdt Feri Nugroho
"Ach, enak ya Kamu! Anak-anak masih kecil. Belum memerlukan biaya banyak!" "Ach, enakan kamu! Anak-anak sudah besar, sudah bisa ditinggal. Tidak harus repot setiap saat!" "Iya juga sich..! Tapi lebih enak tetangga sebelah. Anaknya sudah nikah semua. Tidak repot." "Ach, tidak juga! Kemarin dia cerita, harus nombok, karena usaha anaknya bangkrut!"
Itulah kira-kira obrolan dua orang yang sedang berjumpa di teras rumah. Atau bukan perkiraan lagi! Itu bisa menjadi fakta yang tidak bisa terhindar untuk diobrolkan dalam setiap perjumpaan.
Orang bilang, rumput tetangga lebih hijau.
Melihat tetangga, kita menilai betapa enaknya mereka dibandingkan kehidupannya sendiri. Ini menjadi virus yang mematikan kehidupan.
Seseorang akan sukar bersyukur, ketika ia tidak bisa melihat berkat Tuhan dalam diri, yang sebenarnya berlimpah-ruah.
Membaca Kitab Ayub, kita disuguhi sebuah cerita yang happy ending. Bukankah enak menjadi Ayub: segala hal yang sempat dimiliki, dipulihkan kembali setelah hilang; bahkan dua kali lipat. Kalau melihat hasil akhirnya, mungkin beberapa orang bisa berkomentar, "Mau ach, semua hilang, asal nanti dipulihkan kembali seperti Ayub!"
Persoalannya, hidup kita tidak sesederhana sebuah cerita yang tinggal dibaca ulang. Setiap kita adalah tokoh utama dalam setiap cerita dimana kita ada.
Untuk sampai pada kondisi dipulihkan, Ayub mengalami proses panjang.
Kalau akhirnya ia mendapatkan dua kali lipat, itu semua terjadi karena Ayub memilih untuk tetap setia kepada Tuhan dan berlaku benar.
Bayangkan, ketika segala hasil jerih lelah lenyap, apa yang dirasakan?
Banyak orang stress ketika itu terjadi. Rasa tidak rela menjadi dominan untuk dirasakan.
Ayub memilih berkomitmen bahwa yang dipunyai asalnya dari Tuhan, maka Ia berhak untuk mengambil. Ketika duka dan penderitaan datang beruntun, ia memilih untuk bersabar.
Ketika para sahabat menghakimi, bahkan kekasih hatinya pergi, Ayub tetap bertahan dalam kesetiaannya kepada Tuhan.