Berita Jambi

Public Speaker Muda, Gebi Chica Lorenza: Harus Bisa Menukar Sedihnya Berubah Happy saat Tampil

Tayang: Sabtu, 15 Oktober 2022 18:02 WIB

Editor: Suci Rahayu PK

lihat foto

ist

Gebi Chica Lorenza

Baca Selanjutnya:

Dua Pedagang Sayur Luka Hadapi Perampok di Pasar Angso Duo Dini Hari Tadi

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - 23 tahun lalu di Jambi, lahirlah bayi perempuan yang diberi nama Gebi Cicha Lorenza.

Seiring waktu, Gebi Cicha Lorenza atau karib dipanggil Gebi yang selalu merasa jadi putri manja tidak menyangka dengan kehidupannya sekarang.

Tidak pernah terbayangkan oleh Gebi bahwa ia mampu menjadi perempuan mandiri walau orangtuanya sangat memanjakannya.

"Dari dulu kalau babe kemana-mana Gebi selalu diajak. Jadi Gebi kayak 'anak babe' yang apa-apa selalu sama orang tua," jelasnya.

Di balik sosok Gebi yang cantik itu, sang ayah yang hangat disapa babe itu mengajarkannya untuk menyukai off-road.

"Jadi jangan salah Gebi itu ada sisi laki-lakinya juga. Makanya Gebi bisa jadi feminim, bisa juga jadi maskulin. Menyesuaikan kondisi," ungkapnya.

Menginjak dewasa, babe memberinya kepercayaan untuk memilih jalan hidupnya dalam hal passion.

Gebi yang sedari di bangku SMA diajarkan, dan hobi off-road beralih menggeluti dunia public speaking.

Padahal ia bukan seorang yang suka berbicara di depan umum, dan bertemu dengan orang baru.

Itu semua bermula dari tawaran seorang kameramen televisi melihat ada peluang atau potensi yang dapat tumbuh dalam diri Gebi.

"Nah itu ditawarin lah Gebi untuk ikut salah satu program mereka. Awalnya Gebi nolak, tapi setelah banyak pertimbangan orang tua juga support, terus Gebi mulai," jelasnya.

Perjalanan yang tak mudah menjadi seorang presenter lapangan, dan news anchor di studio.

Mulai dari bertahun-tahun ia sulit membawakan voice over lantaran lidah yang cadel, drama menyita waktu istirahat kuliah untuk siaran dan tapping program televisi, hingga nyaris tidak punya waktu bermain selayaknya teman-teman sebaya.

"Gabi lakuin itu semua untuk pengalihan biar nggak mengarah ke tindakan negatif. Mendingan Gebi sibuk dengan kerjaan, jadi pikiran teralihkan, terus dapat uang pula," ia menceritakan.

Karena memilih passion yang awalnya ditemukan dari ketidak sengajaan itulah Gebi harus banyak mengorbankan masa mudanya.

"Jadi dari masa SMA kawan-kawan habis pulang sekolah mungkin bisa main atau kumpul sama keluarga. Tapi Gebi udah harus ke studio (televisi-red) untuk take voice over atau siaran," ungkapnya.

Kendati merasa sedih dengan hilangnya masa bermain saat usia remaja-menginjak dewasa di sekolah, Gebi juga memiliki rasa syukur yang amat dalam.

Tanpa ia mengikuti nalurinya atas tawaran menjadi seorang presenter di sebuah stasiun televisi, kehidupan karirnya tidak seperti saat ini.

Berkat keberaniannya keluar dari zona nyamannya sebagai anak introvert, Gebi kini berhasil menarik mata penonton dimana-mana untuk mengundangnya jadi Master of Ceremony (MC) dalam berbagai acara bergengsi di Jambi.

Entah itu instansi swasta, pemerintahan, atau justru acara pesta pernikahan juga mampu ia kuasai menjadi MC.

Tantangan menjadi MC yang melalui masa tidak mampu menguasai fokus audience, dibayar tidak sesuai perjanjian awal, bahkan tidak mendapat bayaran pun pernah dilaluinya.

"Sekarang masa-masa itu sudah lewat dan Alhamdulillah Gebi happy, walau demikian masih banyak yang harus dipelajari untuk jadi profesional MC," jelasnya.

Sebagai seorang MC kondang, dan seorang tenaga kerja kontrak (TKK) di sebuah instansi pemerintahan, ia harus membagi waktunya dengan sebaik-baiknya.

Tak jarang rasa lelah menyerang tubuhnya, ditambah lagi mood yang harus selalu dijaga karena harus menghadapi banyak audience saat tampil.

"Itu semua tantangan bagi Gebi. Karena ada masanya harus terlihat oke saat di depan umum, walaupun sebenarnya Gebi sedang tidak baik-baik saja atau sedih. Terus sedihnya dikembalikan lagi pas acara sudah selesai. Itulah konsekuensinya," tuturnya meyakinkan.
(Tribunjambi.com/Rara Khushshoh Azzahro)